PART 2

2K 196 10
                                    


***

Bu Maryam keluar ruangan duluan. Aizreen mengikuti dari belakang. Mata merahnya membuat orang yakin kalau Aizreen telah dimarahi oleh Boss mereka itu.

Dengan ditatap oleh semua orang, Aizreen masuk ke dalam mobil Bu Maryam.

"Kamu masih tinggal di rumah yang lama?" tanya Bu Maryam.

"Enggak, Ma. Rumah lamaku sudah lama dijual," jawab Aizreen sedih.

"Lalu sekarang kamu dan Ayahmu tinggal dimana?"

"Aku tinggal di apartemen dekat butik, Mama. Oh iya ngomongngomong usaha butik Mama sekarang makin besar aja ya." Aizreen mengalihkan topik.

Selanjutnya yang dibicarakan hanya bisnis dan bisnis.

Bagi Aizreen apa yang sudah terjadi di masa lalu biar saja hanya menjadi kenangan. Tak payah diungkit lagi. Kenangan yang dulu indah pun akan terasa menyakitkan saat diingat, tahu itu tak akan pernah bisa terulang. Apalagi kenangan sedih, tak akan pernah dia bisa perbaiki.

***

Aizreen melihatlihat rumah  Bu Maryam. Meskipun ini bukan rumah yang sama seperti empat tahun lalu, tapi dekorasi dan hiasannya hampir sama. Terasa kembali ke masa dimana Aizreen pertama kali berkunjung ke rumah orangtua kekasihnya itu.

Setelah mengajak Aizreen makan tadi, Bu Maryam membawanya pulang ke rumah.

"Itu fotofoto yang dia ambil," ucap Bu Maryam di belakang Aizreen.

'Dia' yang dikatakan Bu Maryam sudah pasti mantan kekasihnya.

"Kalau ada waktu luang dia akan menghabiskannya untuk hobby fotografinya," lanjut Bu Maryam.

"Sejak kapan dia menyukai hal seperti ini?" tanya Aizreen tanpa sadar.

Semua gambar yang diambilnya menyiratkan kesedihan bagi Aizreen. Sepi ... sendiri.

"Eh dia pulang!" beritahu Bu Maryam.

Aizreen langsung menoleh ke arah pintu. Yaa Tuhan! Akhirnya setelah bertahuntahun. Dia pikir dia tak akan pernah bisa melihatnya lagi dalam hidup ini.

Pria itu semakin terlihat matang. Dari awal dia tak pernah menjadi biasa. Empat tahun menjadikannya semakin luar biasa.

Deg!

Matanya menatap mata Aizreen. Ada sirat keterkejutan di antara keduanya.
Bukan sorot kerinduan yang terlihat. Hanya ada tatapan kesedihan.

"Akhirnya kau pulang!" Bu Maryam memecah keheningan. "Kebetulan Ez mau pulang. Antar dia okay?" ucap Bu Maryam.

Tanpa bicara sepatah kata pun dia menurut, berbalik kembali menuju keluar.

"Sana pergi!" Bu Maryam mengelus lengan Aizreen.

"Aku pamit pulang dulu, Ma." Aizreen menyalami tangan Bu Maryam.

Dengan linglung Aizreen mengikuti langkah mantan kekasihnya.

Tangan sudah mengepal. Pria di depannya bagaikan tembok tinggi yang tak bisa di tembus, tak bisa dia lewati.

"Kebuka tuh!" suara dingin pria itu menyentakkan hati Aizreen.

Karena tak kunjung menanggapi pria itu berhenti dan berbalik menatap Aizreen.

"Hah? Ada apa?" tanya Aizreen terkejut.

"Kebuka!"

"Apa?"
'Kebuka? Apa yang kebuka?' Aizreen bingung. 'Oh Tuhan. Apa kancing bajuku? Atau resletingku?' dia buruburu mengecek tapi bajunya tak ada kancing atau resletingnya. Apa yang kebuka? Luka lama empat tahun lalu?

"Tali sepatumu!" ucapnya sepatah lalu kembali berjalan menuju mobilnya.

Aizreen melihat kebawah. "Aiiisshhh lagilagi. Aku tak pernah benar mengikat tali sepatu seperti ini!" gerutu Aizreen.
Dulu, dulu sekali biasanya pria itu yang akan selalu mengikat tali sepatu untuknya. Simpul yang Aizreen buat tak pernah bertahan lama. Selalu lepas dan lepas lagi.

Dia tak mencoba membenarkan tali sepatu itu. Mengabaikan hal itu, Aizreen langsung masuk ke mobil.

"Alamat!" ucapnya.

Aizreen menoleh lalu kembali melihat ke depan, "ke butik Mama di jalan Revolusi."

Suasana kembali hening. Tak ada yang bicara satu pun.

Selama perjalanan mereka hanya diam. Sesekali Aizreen menoleh padanya, tapi kemudian cepat berpaling. Ini benarbenar tak nyaman.
'Tuhan! Buatlah ke awkward.an ini cepat berakhir,' do'a Aizreen dalam hati.

"Sampai!"

"Terimakasih!" ucap Aizreen lalu segera keluar dari mobil.

Gedebuk!

"Awww!" Aizreen meringis karena terjatuh setelah keluar dari mobil. Entah karena terburuburu atau memang karena tali sepatunya belum diikat. 'Ish memalukan, Ez!'

Saat Aizreen akan bangun pria itu sudah berjongkok di depannya. Mengikat tali sepatunya. Sejenak Aizreen terpaku. Tibatiba dadanya sebak. 'Kenapa melakukan ini?' Aizreen memalingkan muka menahan agar air mata tak keluar.

"Terimakasih!" ucap Aizreen.

Pria itu tak bicara, berdiri lalu masuk kembali ke mobilnya dan pergi.

"Kenapa?" bisik Aizreen. Air matanya membasahi tangan yang sedang memegang simpul tali sepatu yang baru diikat.

***

Bersambung.

Cinta Lama Resmi Kembali!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang