Karasuma bergegas turun dari dalam mobilnya. Irina sudah lebih dulu berlari kearah putrinya yang juga bergegas menyambut kedatangan ibu dan ayahnya. Karasuma tersenyum dan menepuk kepala putrinya. Kemudian ia mengangkat wajahnya dan menatap kumpulan orang didepannya. Bukan kumpulan orang biasa. Bukan pula bawahannya. Mereka adalah muridnya.
"Kerja bagus semuanya. Kami berdua sangat berterimakasih. Juga atas nama pemerintah, Kami mengucapkan hormat yang sebesar-besarnya. Hormat!" Seruan Karasuma membuat pasukannya memberi hormat kearah alumni kelas pembunuhan.
"Err... Kami sangat tersanjung tapi... sepertinya ini agak berlebihan, Karasuma sensei." Nakamura menggaruk rambutnya yang tak gatal. Karasuma menggeleng.
"Kami bahkan tak melakukan apapun." Jawab Karasuma. Irina bangkit dan menatap murid-muridnya.
"Dasar. Bahkan setelah beberapa tahun kalian masih mengejutkan kami seperti ini." Ucapnya.
"Yah, lagipula selama satu tahun di waktu itu kalian berdua bukannya tidak mengajarkan apapun pada kami." Jawab Yada.
"Um! Benar!" Seru Okajima. Ia segera mendapat pukulan dikepalanya. Menambah daftar benjolan yang tadi sudah dibuat oleh para pasukan Kataoka setelah tau ia bukannya membantu tapi sibuk mengintai aksi Yada dkk. ("Aku benar-benar mengintai kalau-kalau ada musuh yang bisa menggagalkan rencana kalian!")
"Baiklah.. siapa yang belum kembali?" Tanya Karasuma.
"Nagisa dan Karma belum kembali." Jawab Isogai. "Juga.. Maehara dan Kanzaki pergi setelah mendapatkan telpon.. entah dari siapa. Mereka berdua menggeret tim Terasaka kecuali Hazama-san dan Itona-kun." Lanjut Isogai bingung. Karasuma mengernyit.
"Tidak ada yang tau kemana mereka pergi?" Demi apapun, Berkeluyuran di 'medan perang' seenaknya bukan ide yang bagus.
"Ah, Jangan khawatir, Karasuma sensei! Mereka berdua hanya menjemput tawanan." Suara ritsu terdengar.
"Tawanan?" Gumam semua orang bingung.•
•"Hah..hah..hah.. Bocah-bocah sialan! Aku tidak menyangka Karasuma benar-benar melatih mereka sampai sebagus itu." Takaoka berlari melewati lorong lembab dan gelap. Ia sampai di ujung lorong dan membuka pintu didepannya. Ia melihat sekeliling, aman. Takaoka menghela nafas lega. Ia baru akan bersandar istirahat saat..
"Buagh!"
"Aggghh!!"Takaoka berlutut memegang perutnya. Apa itu tadi? ia mengangkat wajahnya dan melihat seorang laki-laki yang tengah menyeringai tampan.
"Selamat malam, Takaoka sen-sei!" Maehara menyapa. Ia merendahkan dirinya hingga ia bisa melihat wajah Takaoka dengan jelas.
"Lama tak berjumpa." Ucapnya.
"Heh! Karasuma datang mengutusmu alih-alih bocah pendek biru itu?" Ejek Takaoka.
"Wah.. wah.. kau harus berterimakasih karena Nagisa tidak datang padamu. Kau tidak mau kalah lagi darinya kan?"
"Ugh."
"Karena itu kami berdua datang menjemputmu. Sekalian membalas sedikit dendam kami mungkin?" Tepat setelah Maehara menyelesaikan kalimatnya, Siluet seorang wanita terjun dan menendang Takaoka tepat di kepalanya. Tubuh besar Takaoka terpelanting dan tidak lagi bangkit.
"Okeee Oi Terasaka, Yoshida, Muramatsu! Cepat ikat orang ini!" Seru Maehara.
"Kenapa pula kami yang harus membawa orang ini hei!" Protes Terasaka. Maehara hanya tersenyum tampan.•
•"Oh, Nagisaa!!" Nakamura melambaikan tangannya. Nagisa tersenyum dan mempercepat langkahnya. dibelakangnya, Karma berjalan pelan. Nakamura memeluk Nagisa erat. Nagisa masih sibuk mendengar omelan teman pirangnya itu saat pundaknya ditepuk pelan. Ia menoleh dan melihat Karma.
"Hei.." Sapa Karma. Nagisa membalikkan badannya ke arah Karma.
"Aku belum mengatakannya dengan benar kepadamu. Aku benar-benar meminta maaf.. untuk apa yang kulakukan saat... kau ingin menyelamatkan Koro sensei." Nagisa nampak terkejut. Ia tak yakin kenapa Karma memilih untuk mengatakannya sekarang.
"Kau sudah mendengar jawabanku kan? Aku sudah lupa dengan semua itu." Jawab Nagisa. Karma menggeleng.
"Itu bukan jawabannya, Nagi.. atau maksudmu kau tidak bisa memaafkanku?" Tanya Karma. Nagisa menghela nafas. Ia menatap mata amber Karma. Sorot matanya nampak khawatir. Nagisa tersenyum kecil.
"Aku memaafkanmu." Jawab Nagisa. Karma tersenyum. Nagisa melihat peluh di pelipisnya mengalir.
"Benarkah? Terimakasih sudah memaafkanku." Karma menepuk kepala Nagisa. Saat itu Nagisa bisa melihat Okuda nampak melebarkan matanya kearah mereka. Nagisa mengernyit heran.
"Karma-kun, Kurasa kau harus menurunkan tanganmu. Okuda-"
"Maafkan aku, Nagisa.."BRUK
Nagisa dengan segera menangkap tubuh Karma dalam pelukannya.
"Ka-Karma-kun?!" Nagisa merasakan sesuatu di tangannya. ia mengangkat telapak tangannya dan melihat bercak merah disana.
"Darah? Kapan?" Pikir Nagisa. Bagaimana bisa ia tak sadar Karma terluka di perutnya? Detik berikutnya, Suasana kacau. Karasuma segera memanggil tim medis. Nagisa tersentak saat seorang tim medis mengambil Karma darinya. Tangannya menyentuh kulit Karma. Dingin. Tubuh Nagisa bergetar. Nakamura dengan segera menghampiri Nagisa.
"Nakamura-san..." Nagisa berbisik "Kenapa... tubuhnya dingin?" Tanya Nagisa. Nakamura melebarkan matanya. Ia lantas memeluk Nagisa.
"Dia akan baik-baik saja. Karma.. dia akan kembali. Dia pasti akan baik-baik saja." Hibur Nakamura. Nagisa adalah pembunuh. Ia tau bagaimana dinginnya tubuh orang yang sudah ia bunuh.•
•"Nagisa!" Isogai berlari ke arahnya. Ia tertegun saat melihat Nagisa nampak kosong.
"Hei.. dia akan baik-baik saja. Kau tau, Takebayashi sedang bekerja keras sekarang." Isogai berusaha menghibur Nagisa. Nagisa diam tak merespon. Mereka saat ini sedang menunggu di lorong rumah sakit. Isogai menghela nafas.
"Sebaiknya kau istirahat. Takebayashi sudah menyiapkan ruangan untuk kita istirahat. Percayalah padanya.. Karma berada ditangan orang yang tepat." Ucap Isogai. Nagisa mengangkat wajahnya dan menatap Isogai. Isogai tersenyum. Nagisa menggigit bibirnya. Namun akhirnya ia mengangguk. Ruangan itu belum terbuka.
"Jangan mati, Karma... Jangan tinggalkan kami seperti itu.. Jangan tinggalkan aku.. lagi.."TBC
Maaf sekali kali ini pendek. selamat membaca :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
FanfictionShiota Nagisa adalah gadis yang baik. Ia tersenyum dengan cara yang berbeda. Tulus dan menenangkan. Setidaknya, sampai malam itu tiba dan Shiota Nagisa tak lagi sama.. Versi Indonesia dari Underworld Moonlight