Departure

837 94 18
                                    

Karma melipat tangan didadanya. Ia memperhatikan bagaimana Takebayashi berpeluh berusaha mengembalikan kehidupan di tubuhnya.

"Yah, maafkan aku tapi sepertinya aku sudah tak bisa kembali lagi." Karma berbicara. Meskipun ia yakin Takebayashi tak akan mendengarnya.
"Baiklah.. seharusnya ada seseorang... malaikat? Jadi aku harus kemana?" Karma mulai melangkah meninggalkan tempat bermdirinya menuju pintu masuk. Ia berjalan tanpa perlu membuka pintu sama sekali.

"Heeh.. Jadi aku benar-benar sudah ma-" Kalimatnya terhenti saat melihat sosok mungil berambut biru yang tengah menggenggam tangannya sendiri. Kepalanya tertunduk dan matanya tertutup. Karma tersenyum sedih. Lihatlah.. lagi-lagi ia hanya bisa menyusahkan Nagisa. Karma berjalan mendekati Nagisa yang sibuk berdoa. Ia berjongkok didepan Nagisa.
"Hei.." Sapanya. Ia tau Nagisa tak akan bisa mendengarnya. Tapi melihat Nagisa seperti ini sangat.. menyakitkan.
"Aku tak yakin kau bisa mendengarku. Yah baiklah aku yakin kau tak bisa. Tapi.." Karma tersenyum.
"Nagisa.. maafkan aku. Aku benar-benar tak bisa membuatmu bahagia kan? Kau tau.. sebenarnya aku ingin sekali kau berhenti menjadi pembunuh. Aku ingin kau kembali menjalani hidup yang.. normal. Tentu saja kalau kau mengizinkan, aku akan ada disampingmu." Karma menghela nafas.
"Tapi aku tak ingin kau sedih. dan- sebenarnya ini menyakitkan- lagi kurasa kau benar-benar sudah tidak menyisakan rasa untukku kan? Jadi setidaknya aku bisa tennag karena kau tak akan meratapi kematianku kan?" Karma tertawa ringan.
"Nagisa!" Panggilan itu membuat Karma menoleh. Ah, Isogai. Karma tersenyum.
"Baiklah.." Karma menghela nafas berat. "Saatnya pergi. Baik-baik, Nagisa~ jangan terlalu cepat menyusulku." Karma mencium kening Nagisa. Meskipun itu sama sekali tak berefek. Karma tersenyum sendu dan mulai berjalan mengikuti cahaya yang tiba-tiba muncul didepannya. Ia sempat menoleh melihat Isogai yang mencoba menghibur Nagisa.
Karma kembali tersenyum sebelum akhirnya tanpa ragu melangkah memasuki cahaya.


"Fufufu~ baiklah... hmmm... cukup bagus.. Lalu.."
"Yo! Sensei!"
"Nyunyaaaa!" Koro sensei berteriak kaget. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali.
"NYUAAAA APA YANG KAU LAKUKAN DISINI KARMA-KUN! KEMBALI!KEMBALI!" Koro sensei mengusir Karma panik. Karma menatap gurunya sweatdrop.
"Kau menyuruhku kembali tapi sepertinya kau sedang bersiap menyambut kedatangan kami, sensei." Jawab Karma. Ia menunjuk kertas warna warni yang bergantung. Lagipula tempat apa ini? Kenapa rasanya seperti ruang kelas 3-E?
"Nyuaaa.. maafkan aku.. maafkan aku.. aku akan bunuh diri.." Koro sensei menutup wajahnya dengan tentakel-tentakel. Karma menatap gurunya lelah. Jadi dia akan menunggu teman-temannya dengan orang ini? Karma menghela nafas dan duduk di samping Koro sensei.
"Hei, Koro sensei.. kenapa kau.. masih terlihat seperti gurita?" Tanya Karma. Koro sensei menoleh.
"Hm? Ah.. tunggu. itu yang akan kau tanyakan setelah sekian lama kau tak bertemu denganku?" Tanya Koro sensei. Karma tertawa.
"Jadi, kenapa kau ada disini, Karma-kun?" Tanya Koro sensei.
"Aku? Mati kurasa." Jawab Karma. Koro sensei menggeleng.
"Kau belum boleh pergi, Karma-kun. Tidak sebelum kau menyelesaikan semuanya dengan Nagisa." Jawab Koro sensei. Karma mendengus setengah tertawa.
"Kau benar-benar mengawasi kami ya?" Keluh Karma. Koro sensei tertawa.
"Nurufufufufu.. tentu saja! dan melihat kalian beraksi beberapa jam yang lalu benar-benar membuatku bangga." Jawab Koro sensei. Karma tersenyum tipis. Kemudian ia teringat sesuatu.
"Ah, Koro sensei.. sebenarnya aku ingin tau.. apa kau tau sesuatu tentang.. luka di pinggang Nagisa?" Tanya Karma. Koro sensei terdiam.
"Aku tau." Jawab Koro sensei. Mata Karma terbelalak. Jadi apa itu artinya luka itu sudah ada sejak mereka masih sekolah?
"Apa yang terjadi, sensei? Siapa yang melakukannya?" Tanya Karma. Koro sensei menggeleng dengan senyuman khasnya.
"Bukankah lebih baik kau tanyakan padanya? Atau kau bisa memulai dengan beberapa temanmu?" Saran Koro sensei. Karma semakin tak suka.
"Jadi... beberapa dari mereka tau apa yang terjadi dan aku tak tau?" Tanya Karma. Koro sensei menepuk kepala Karma.
"Akan kujawab satu hal saja. Saat itu terjadi, Kau sedang.. kurasa jika benar ingatanku.. berselingkuh dengan Okuda-san?" Jawab Koro sensei. Karma terdiam. Tiba-tiba ingatan tentang pertengkarannya, Sikap aneh Nagisa, teman-temannya (Baiklah.. hanya segelintir), dan hilangnya Nagisa.. Jadi ini semua ada hubungannya?
"Nah.. aku tak akan mengatakan apapun lagi. Karena itu aku ingin kau kembali, Karma-kun. Setidaknya beri Takebayashi istirahat. Dia masih berusaha keras bahkan saat tim medisnya mulai putus asa. Jangan terlalu lama menjahili mereka." Karma masih terdiam. Tiba-tiba ruangan itu nampak semakin Nyata. dan dirinya.. kenapa pula ia memakai seragam SMP Kunugigaoka?
"Aku tau kau perlu mendengar kebenarannya. Dan Nagisa.. dia.. tak akan pernah jujur padamu, Karma-kun. Bahkan meskipun ia sangat menantikan kedatanganmu. Sensei berharap kau bisa mengusir, Membunuh, mimpi buruknya selama ini." Ucap Koro sensei. Karma hanya diam.
"Nah, Sensei percaya padamu, Karma-kun. dan.. jangan lupa untuk kembali meminta maaf pada Okuda san." Saran Koro sensei. Kini mereka berdua sudah sangat jauh. Karma tersenyum.
"Oke~ sensei." Karma membungkukkan badannya. Memberi hormat kepada orang yang sangat ia hormati. Koro sensei tersenyum penuh wibawa. Karma semakin menjauh dan ditelan cahaya. Saat cahaya itu hilang, Karma mulai bisa mendengar. Suara hiruk pikuk disekitarnya.
"Takebayashi sensei! Nadinya kembali!"
"Ia kembali bernafas!"
"Siapkan perlengkapannya! Jangan lengah sedikitpun!" Karma bisa mendengar suara Takebayashi. Hhh.. ia kembali rupanya.

TBC
Maafkan ini pendek.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang