SERANGAN!

1.4K 120 0
                                    

"Uwaa.. ini bukan pertama kalinya aku kesini. Tapi tetap saja pemandangan ini begitu menakjubkan!" Seru Kimura. Hamparan pasir putih dengan ombak yang menyapanya lembut benar-benar menakjubkan. Ditambah lagi, mereka satu-satunya pengunjung disana.
"Errr.. memang menakjubkan. Tapi entah kenapa ini terasa nostalgia sekali." Gumam Hara. Yang lain mengangguk setuju.
"Jadi, sejak kapan tempat ini menjadi milikmu, Karma?" Tanya Maehara.
"Huh? Entahlah." Jawab Karma sekenanya. Maehara menatap Karma heran sebelum akhirnya mengangkat bahunya dan berjalan menuju hotel didepannya. Karma berjalan dalam diam. Ia tak bisa benar-benar tenang setelah percakapannya dengan Nagisa. Apa Nagisa benar-benar membencinya? Atau Nagisa sudah menemukan orang lain? Siapa? Isogai kah? Bukankah mereka selalu bersama? Pikiran Karma buyar saat sentuhan lembut dilengannya terasa. Karma menoleh dan mendapati Okuda Manami tengah menatapnya cemas.
"Kau baik-baik saja, Karma-kun?" Tanya Okuda. Karma terdiam sejenak. Kemudian ia mengangguk. Okuda Manami. Gadis yang membuat Karma kebingungan bagaimana ia harus bersikap. Karma sering sekali menolak mentah- mentah perasaan teman-temannya semasa kuliah dan bekerja. Tapi bagaimana dengan mantan teman sekolahnya ini? Karma hanya bingung karena tentu saja kelas 3-E adalah kelas yang spesial baginya, bagi semuanya. Mereka sudah bagaikan satu keluarga. Karma hanya tak ingin semua berubah jika ia harus menolak Okuda dengan cara yang biasa ia lakukan.
"Karma-kun?" Panggilan Okuda menyadarkan Karma.
"Ah, aku baik-baik saja. Jangan khawatirkan a-"
"Maafkan aku, bisakah kalian lanjutkan didalam? Maksudku, kami tidak bisa lewat." Karma dan Okuda menoleh dan mendapati Nagisa beserta Nakamura Rio berdiri disana. Yang mengejutkan, kalimat barusan diucapkan oleh Nagisa. Sontak Karma menarik lengannya yang disentuh oleh Okuda. Okuda menatap Karma kecewa. Sedangkan Nakamura menyipitkan matanya. Nagisa nampak dingin. Ia memang lebih dingin semenjak terakhir Nakamura melihatnya. Tapi Nakamura tak menyangka Nagisa bisa bersikap seperti itu didepan Karma. Nagisa menghela nafas sepelan mungkin lalu menarik kopernya dan berjalan melewati Karma.
"Nagisa, Tung-"
"Akabane." Potong Nagisa dingin. Kemudian Nagisa menoleh dan menatap Okuda. Lalu ia tersenyum kecil.
"Maafkan aku, Okuda-san." Ucap Nagisa lalu berbalik dan berjalan. Nakamura menghela nafas lalu berjalan mengikuti Nagisa. Karma menatap punggung mungil didepannya. Dingin.


Nakamura menatap malas makanan didepannya. Ia sama sekali tak ingin memakan hidangan lezat yang terpampang di meja makan. Matanya kemudian beralih ke sosok gadis berambut biru didepannya. Shiota Nagisa. Sesekali, Nakamura bisa menangkap mata Nagisa menggelap. Ia tak tau apa yang dipikirkan oleh sahabatnya itu. Hanya saja.. Nagisa benar-benar berbeda dengan yang Nakamura ingat. Ia dingin. Sangat dingin. Terutama jika ia berhadapan dengan Akabane Karma. Nakamura menghela nafas.
"Ada apa, Nakamura-san?" Tanya Nagisa. Nakamura mengangkat bahunya dan meletakkan garpu ditangannya.
"Hei, Nagisa.. kau berubah." Nakamura memutuskan untuk membahas apa yang mengganggunya. Nagisa menghentikan gerakan tangannya dan mendongak. Mata biru itu menatap manik milik Nakamura heran.
"Maksudmu?"
"Kau berubah. Dari terakhir kita bertemu.. kau nampak lebih.. hmm.. bagaimana aku menjelaskannya?" Nakamura menggumam diakhir kalimatnya. Nagisa terdiam sejenak lalu tersenyum tipis.
"Semua orang juga akan berubah, Nakamura." Jawabnya pelan.
"Uh-huh." Jawab Nakamura.
"Tapi tak semua berubah sedrastis ini." Imbuh Nakamura dalam hati. Keduanya melanjutkan sisa makan malam dalam diam. Sampai tiba-tiba Nagisa berdiri dan melompat kearah Nakamura. Nakamura hanya bisa mengerjapkan matanya. Ia terlalu terkejut untuk bereaksi. Hal selanjutnya yang Nakamura sadari adalah lengan putih Nagisa sudah ternodai oleh aliran darah segar.

.
.

Nagisa menatap Nakamura yang tengah memakan makanannya dengan malas. Nagisa tau teman-temannya akan menganggap Nagisa berubah. Bukan salah Nagisa bukan? Lagipula, semua orang akan berubah. Nagisa menghela nafas. Mungkin sebaiknya ia memang tak datang ke tempat itu. Mungkin sebaiknya ia meminta misi Rank- S agar ia bisa menghindari reuni ini.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang