WARNING! R 18+ but not explicit.
Takebayashi menghela nafas dan membenarkn letak kacamatanya yang sedikit miring karena tarikan di bajunya. dibelakangnya, beberapa asistennya nampak ragu untuk melangkah maju. Bagaimana bisa mereka setuju untuk ikut dengan Takebayashi memeriksa keadaan Karma adalah misteri. Yang pasti mereka menyesal.
"Kalian tunggu disini." Titah Takebayashi.
"Tu-tunggu Takebayashi sensei! Sepertinya akan berbahaya." Cegah salah satu dari staffnya. Takebayashi tak menggubrisnya dan melangkah mendekati sosok Karma yang entah kenapa sore itu nampak sangat berbahaya. Aura membunuhnya benar-benar hebat. Tapi Takebayashi bukan alumni kelas pembunuh tanpa alasan kan?
"Baiklah Akabane Karma, Silahkan berbaring dan biarkan aku memeriksa keadaanmu." Takebayashi memberi titah. Karma hanya melirik Takebayashi tajam. Takebayashi mengangkat alat suntik di tangannya.
"Silahkan berbaring, Akabane-san." Ucapnya sembari tersenyum. Karma menatap Takebayashi sweatdrop. Ia menghela nafas lalu menuruti temannya itu. Takebayashi dengan cekatan melakukan pemeriksaan.
"Kapan aku bisa keluar?" Tanya Karma. Takebayashi diam. Ia memilih menyuntikkan cairan kekuningan.
"Oi, Take-"
"Baiklah, harusnya cukup. Kau bisa pulang kalau kau mau." Jawab Takebayashi.
"Huh?" Karma mengernyit heran.
"Kau bisa pulang. Kurasa akan sedikit sakit tapi setidaknya dua jam lagi kau akan baik-baik saja." Takebayashi mengangkat botol berisi cairan kuning.
"Berterimakasihlah pada Koro sensei." Ucapnya. Karma menaikkan alisnya dan tersenyum.
"Ya, dia benar-benar tak akan membiarkan kita mati ya?" Ucap Karma. Takebayashi tertawa ringan. Ya, Ia menyuntikkan cairan penyembuh dengan formula yang Koro sensei tuliskan di buku tahunan milik Takebayashi. kecepatan penyembuhnya benar-benar ajaib. Tapi Koro sensei meminta Takebayashi untuk bijaksana dalam menggunakannya. Tentu saja itu rahasia umum untuk alumni kelas 3-E. Dan tak ada satupun diluar itu yang tau.•
•Nagisa melirik jam tangannya. Ia tidak tau kenapa ia bisa berdiri di lobi hotel itu. Bukan, ia tidak tau kenapa ia bersedia menemui Karma disana. Bukan karena Karma yang tiba-tiba sibuk selama 3 hari setelah ia keluar dari rumah sakit sehingga Nagisa belum sempat menjenguknya. Nagisa hanya merasa gugup. Ia sudah bertekad untuk meninggalkan Karma sejak lama. dan akhirnya ia tau apa yang sebenarnya terjadi. Ia jadi tidak tau harus bersikap seperti apa.
"Nona Nagisa? Akabane-san sudah menunggumu di ruangannya." Seorang wanita berkacamata berkata. Nagisa mengerjap bingung.
"Bukankah kita akan bertemu di lobi hotel?" Tanya Nagisa.
"Ah, Mohon maaf untuk itu.. Akabane san bilang ia kurang sehat jadi jika anda tidak keberatan.." Wanita itu menatap Nagisa menunggu jawaban. Nagisa menghela nafas.
"Baiklah, antar aku ke ruangannya."•
•"Ah, Nagisa kau sudah tiba." Karma mengusapkan handuk ditangannya ke rambut merahnya yang basah. Nagisa tertawa hambar. Ia berani bertaruh Karma tak peduli sama sekali andai wanita berkacamata yang mengantar Nagisa pingsan karena aura sexynya keluar. Nagisa mengerjap. Tunggu.. apa? Sexy? Otaknya pasti mabuk!
"Ugh.. kalau begitu saya permisi." Wanita berkacamata itu buru-buru pergi dengan semburat merah di wajahnya. Nagisa tersenyum dan mengangguk. Setelah itu ia menghela nafas dan kembali melihat Karma yang tengah memeriksa ponselnya.
"Jadi.. apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Nagisa. Karma meletakkan ponselnya dan menatap Nagisa.DEG
Nagisa menahan nafas saat melihat Karma menatap Nagisa tajam. Nagisa mengernyit bingung.
"Karma-kun?" Panggil Nagisa. Karma mengepalkan tangannya dan berjalan cepat kearah Nagisa. Nagisa yang merasakan bahaya melangkah mundur. Namun detik selanjutnya ia melebarkan mata. Nagisa kembali menahan nafas karena pelukan erat Karma yang tiba-tiba.
"K-Karma-kun? Sebenarnya apa yang-"
"Maafkan aku.." Bisik Karma lirih. Nagisa semakin bingung.
"Apa maksudmu? Kukira harusnya aku yang meminta maaf karena sudah membuatmu terlu-"
"Tanda di pinggangmu.. aku melihatnya." Lanjut Karma pelan. Nagisa tertegun. Sekujur tubuhnya kaku. Wajahnya memucat.
"Kau.. apa?"
"Aku melihatnya.. dan aku.. sudah tau.. apa yang terjadi." Lanjut Karma. Nagisa membelalakkan matanya. Ia mendorong Karma. Nagisa kini menatap manik amber Karma tak percaya. Karma didepannya nampak sedih dan marah. Tatapan matanya menusuk dalam. Nagisa melangkah mundur. Nafasnya tersengal.
"Nagisa.. tenanglah.." Karma melangkah mendekat. Nagisa menggeleng. Ia sudah hendak berlari pergi saat Karma kembali merengkuhnya dari belakang.
"Maafkan aku.. kumohon.. tenanglah." Karma berusaha menahan Nagisa. Ia tau, serangan panik yang terkadang masih menghampiri Nagisa. Isogai sudah mengatakan semuanya. Itu semua jelas salahnya. Nagisa sampai harus menderita seperti itu. Nagisa sampai harus bekerja seperti ini. Itu jelas karena Karma bukan?
"Lepaskan aku." Pinta Nagisa. Tangannya gemetar mencoba melepaskan rengkuhan Karma. Karma tak mendengarkan. Ia membalik tubuh Nagisa dan merengkuh wajah mungilnya. Karma bisa melihat manik biru itu menggelap.
"Sejauh mana kau tau?" Tanya Nagisa berusaha tenang. Karma terdiam.
"Semua. Aku tau semuanya.. Ritsu.. sudah.. mengatakan semuanya padaku.. dengan caranya." Jawab Karma. Nagisa membelalakkan matanya. Tiba-tiba perutnya terasa mual. Ia menutup mulutnya. Ritsu? dengan caranya? Apa itu berarti Ritsu memperlihatkan semuanya pada Karma? Apa yang terjadi di malam itu!? Karma menatap tubuh mungil yang bergetar itu. Ia kembali meraih wajah Nagisa dan mengangkatnya.
"Nagisa.. lihat aku." Pintanya. Nagisa menatap manik Karma.
"Kau bisa hidup sampai detik ini.. aku sangat bersyukur. Kau baik-baik saja, itu yang terpenting untukku. Kau tak kehilangan apapun. Kau sangat berharga. Percayalah padaku." Ucap Karma.
"Kau tak tau apapun.." Gumam Nagisa lirih.
"Kau tak tau kan.. bagaimana rasanya aku putus asa.. berharap aku mati saja saat itu?" Karma menggeleng.
"Aku tak tau.. karena itu maafkan aku.." Jawabnya. Nagisa terdiam..
"Apa kau tau.. seberapa besar aku berharap kau datang malam itu?" Tanya Nagisa lagi. Karma menatap Nagisa.
"Apa kau tau rasanya.. saat tanda biadab ini terus menempel membentuk di dagingmu? Apa kau tau berapa malam kuhabiskan dengan terbangun karena tanda ini membawa mimpi buruk untukku? Apa kau tau?" Lanjut Nagisa. Karma menggeleng.
"Maafkan aku." Bisiknya lagi. Nagisa tersenyum kecil.
"Bukan salahmu." Jawab Nagisa.
"Bahkan jika setelah ini kau menganggapku menjijikkan aku tak akan menyalahkan-"
"Kau tak akan pernah menjadi seperti itu, Nagisa!" Potong Karma. Nagisa menatap Karma terkejut.
"Aku mencintaimu."•
•"Aku mencintaimu." Nagisa tertegun. Kemudian tersenyum sendu.
"Karma-kun, Tanganku bukan tangan yang bersih. Belum lagi tanda ini.. dan.. malam itu.. jadi, jangan mengatakan kalimat itu lagi padaku." Pinta Nagisa. Karma meraih lengan Nagisa dan mencengkramnya erat.
"Shiota Nagisa! Sekali saja percaya padaku! Bahkan meski hanya pernyataan itu, Tidak bisakah kau percaya?" Karma berucap keras.
"Aku tak peduli dengan apa yang kau lakukan! Itu tak akan mengubah apapun. Kau, adalah Nagisa. dan aku tak pernah berhenti mencintaimu. sejak dulu." tambah Karma.
"Tapi-"
"Ssttt.." Karma menutup mulut Nagisa.
"Itu semua adalah salahku.. bukan salahmu.. kumohon.. jangan pernah salahkan dirimu sendiri. Aku mencintaimu dan menginginkanmu. Tidakkah kau percaya padaku?" Tanya Karma. Nagisa menatap manik amber itu. Rasa hangat menyeruak masuk kedalam dadanya. Tangannya terangkat dan merangkul lengan Karma. Bibirnya menyapu bibir milik Karma bersamaan dengan air matanya yang mengalir. Nagisa tak lagi peduli. Ia hanya ingin percaya sekali lagi pada laki-laki merah di depannya. Ia tak bisa lagi menahan kerinduan dan rasa cintanya pada Akabane Karma. Bagi Nagisa, rasanya malam itu benar-benar menunjukkan padanya seberapa salah dirinya. Kecupan-kecupan Karma di tubuhnya seakan mengatakan bahwa ia benar-benar berharga. Saat Karma mencium tanda di pinggangnya, Nagisa merasa Karma benar-benar bertekad agar itu semua tak terulang kembali. dan saat tubuh mereka menyatu di bawah sinar rembulan yang menembus cela jendela malam itu, Nagisa kembali terjatuh, ke dalam pelukan Akabane Karma. Tentu saja, dengan segala rasa yang bermekaran.TBC
Mohon maaf sebelumnya atas lamanya update.Mohon maaf juga hany bisa update sedikit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
FanfictionShiota Nagisa adalah gadis yang baik. Ia tersenyum dengan cara yang berbeda. Tulus dan menenangkan. Setidaknya, sampai malam itu tiba dan Shiota Nagisa tak lagi sama.. Versi Indonesia dari Underworld Moonlight