BERGEGAS

674 75 6
                                    


Karma menyesap Sherry ditangannya. Ia menatap manusia-manusia didepannya bosan.
"Kau yakin ini tempat yang benar?" Tanya Nagisa pelan. Karma tersenyum.
"Aku yakin. meskipun mungkin juga bisa salah." Jawab Karma. Nagisa menghela nafas.
"dan kau percaya diri sekali tadi." Gumamnya. Karma tertawa kecil.
"Tenanglah, Nagisa. dan aku juga penasaran kenapa kau tidak memakai gaun saja." Karma menunjuk pakaian Nagisa.
"Ini akan lebih nyaman jika terjadi sesuatu." Jawab Nagisa.
"Ooh Akabane-san! Kau datang rupanya!" Nagisa dan Karma menoleh. Takao Yamada dengan beberapa wanita yang merapat manja berjalan kearahnya. Nagisa melirik Karma dan terheran-heran. Wajahnya nampak ramah!
"Kau sudah mengundangku." Jawab Karma. Takao Yamada memberi isyarat kepada para wanita itu untuk pergi.
"Jadi, apakah anda kemari untuk melihat 'barang' auction sekarang?" Tanya Yamada. Karma menyesap minumannya.
"Hm? apa yang tersimpan disini?" Tanya Karma.
"Barang terbagus untukku tentu saja." Yamada mendekatkan dirinya dan berbisik "Para budak. dan yang lebih bagus lagi, mereka adalah para gadis." Jawab Yamada. Karma menoleh ke arah Nagisa dan tersenyum melihat wajah Nagisa yang sudah nampak bersusah payah untuk tidak berteriak di wajah Takao Yamada. Karma menepuk pundak Yamada.
"Menarik. Jadi, dimana aku bisa melihat mereka?" Tanya Karma.
"Oh, kita bisa pergi bersama jika kau mau. Pemilik rumah ini juga nantinya akan mengajakku untuk melihat ruang bawah tanahnya." Jawab Yamada. Karma mengernyit heran.
"Tunggu, ini bukan tempatmu?" Tanyanya. Yamada menggeleng sembari tertawa.
"Bukan. Meskipun aku akan senang jika bisa mendapat kehormatan menyimpan barang auction." Jawab Yamada. Karma terdiam sesaat. Kemudian ia menepuk pundak Yamada.
"Baiklah. Tapi aku tidak akan ikut denganmu. Pass." Ujar Karma sembari berlalu. Nagisa mengekor dibelakangnya.
"Akabane, kenapa kau menolak tawarannya?" Tanya Nagisa, berusaha menyamakan langkah dengan Karma. Karma tak langsung menjawab.
"Akan lebih baik jika kita bergerak lebih dulu." Jawab Karma.
"Eh?"
"Aku.. salah perhitungan. Awalnya aku berniat menerima kerjasama dengan perusahaannya jika ia mau memberikan Yukari kepada kita. Paling tidak, itu tak akan ada harganya dibanding kontrak dengan perusahaanku." Karma memasukkan tangan ke sakunya. "Tapi sekarang kita tau bahwa mansion ini bukan miliknya. Akan beresiko jika kita tidak segera menemukan Yukari." Lanjut Karma. Nagisa tertegun. Nagisa sangat tau bahwa Karma sangat membenci Yamada Takao. Pun Karma rela bekerjasama dengannya demi mendapatkan Yukari. Nagisa tersenyum kecil.
"Kau.. Berfikir sejauh itu.. Sejak dulu kau selalu seperti ini ya, Akabane." Jawaban Nagisa membuat Karma tersenyum kecil.
"Pisau kedua dan ketiga itu penting." Jawabnya. Nagisa tersenyum.
"Kalau begitu, kita segera ke ruang bawah tanah." Nagisa melangkah maju.
"Tunggu." Nagisa menoleh. Karma mengeluarkan handphonenya.
"Ritsu, segera hubungi yang lain. Katakan pada mereka untuk bersiap menyusul kami." Ucap Karma.
"Baik, Karma-kun." Jawab Ritsu.
"Untuk apa?" Tanya Nagisa. Karma memasukkan handphonenya.
"Firasatku buruk. Setidaknya jika kita mendapat masalah, mereka bisa membawa Yukari." Jawab Karma.


"Hee~ apa kau akan menunggu disini?" Hiromi tersenyum sinis sambil menatap layar didepannya. Laki-laki didepannya menyeringai kejam.
"Ayaaah.. aku ingin putri duyuung.. aku sudah melihat 'barang' yang ada di ruang penyimpanan tapi tidak ada putri duyung!" Seorang anak perempuan berjalan ke arah Takaoka. Takaoka semakin Tersenyum lebar.
"Tenang saja, Ayah akan menangkapnya malam ini. Putri duyung yang sangat cantik." Jawabnya sembari menatap layar didepannya. Menatap rekaman cctv dimana dua kepala merah dan biru tengah berlari sepanjang koridor.


"Ada 6. 3 pistol, 2 pisau, 1 tidak bersenjata." Nagisa berbisik. Karma mengangkat alisnya.
"Hmm~ satu orang dari lima ya.." gumam Karma. Nagisa tersenyum. Karma tau bahwa justru yang tak bersenjata adalah orang paling berbahaya diantara para penjaga itu.
"Baiklah, aku akan urus orang itu. Kau tangani sisanya. Kau bisa?" Tanya Karma. Nagisa mendengus pelan.
"Harusnya aku yang berkata seperti itu, Akabane." Gerutunya pelan. Karma menepuk kepala Nagisa. Nagisa berjengit pelan. Kemudian ia menoleh dan melihat senyuman Karma.
"Dengar, aku tidak meremehkanmu sama sekali. Bukankah situasi didepan tidak ada yang tidak berbahaya?" Nagisa terdiam sejenak lalu mengangguk.
"Aku tau." Ucapnya pelan. Karma kembali tersenyum dan menghela nafas.
"Baiklah.. kita lakukan." Karma melepas jasnya. Nagisa mengangguk. Mencoba tidak menghiraukan rasa hangat di pipinya.


"BUAGH" Satu tendangan dari Karma membuat laki-laki bertubuh besar tersebut terjengkang dan menabrak tembok dengan keras. Karma menyeka dagunya. Seringai penuh kepuasan menghiasi bibirnya.
"Akabane, kita pergi." Ucap Nagisa. Karma mendekati tubuh yang tak sadarkan diri didepannya. Tangannya meraih kantong-kantong bajunya dan menyeringai saat mendapati benda di tangannya. Sebuah pistol racun. Karma menyimpan pistol tersebut dan bergegas menyusul Nagisa. Keduanya berlari menyusuri lorong yang hanya diterangi oleh cahaya obor.
"Aku tidak menyangka kau semakin bertambah kuat, Akabane." Ucap Nagisa.
"Apa itu pujian untukku? Sankyu~" Jawab Karma. Keduanya terus berlari sampai jalan didepannya bercabang menjadi dua.
"Yang mana?" Tanya Nagisa kepada Ritsu.
"Ke sebelah kiri, Nagisa-san."
Jawab Ritsu. Keduanya segera berbelok ke arah kiri. Setelah sekitar 10 menit berlari di lorong tersebut, Keduanya berhenti. Di depan mereka, puluhan sel terhampar.
"Mereka.. ada sebanyak ini?" Gumam Nagisa tak percaya. Karma menatap sel didepannya tak suka. Perdagangan manusia di zaman seperti ini?
"Nagisa, aku tau kau berfikiran untuk menolong mereka semua.. Tapi kumohon tetap pada rencana. Yukari harus segera kita dapatkan. Aku yakin Karasuma sensei akan bisa mengatasi sisanya." Bisik Karma. Nagisa tertegun. Apa benar? Apa meninggalkan mereka hal yang benar?
"Percayalah padaku." Karma menepuk pundak Nagisa dan mulai berjalan. Nagisa mengekor dibelakang Karma.
"Na.. Nagisa?!" Sebuah suara membuat Nagisa menoleh. Seorang gadis berambut hitam nampak menatapnya tidak percaya.
"Yukari-chan!" Nagisa tersenyum lega. Ia berlari kearah sel Yukari.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Nagisa. Yukari mengangguk senang.
"Baiklah, kau tunggu disitu." Nagisa memeriksa sel didepannya. Gembok biasa? Nagisa segera mengambil jepit rambutnya dan mulai mencoba membuka gemboknya.
"Nagisa.. hati-hati." Karma mengingatkan.
"Aku tau." Jawab Nagisa. Nagisa faham maksud dari karma menyuruhnya berhati-hati. Pengamanan selnya sangat longgar dan mudah. Menggunakan gembok biasa adalah salah satu hal yang patut mereka curigai.

KLIK

Gembok pintu terbuka. Nagisa segera membuka pintunya. Namun belum sempat ia menghampiri Yukari, tiba-tiba lantai dibawahnya terbuka. Karma melebarkan matanya.
"NAGISAA!" Karma tak berhasil menggapai tangan Nagisa.

TBC

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang