Karma membuka matanya saat tangannya tidak menemukan Nagisa disampingnya. Ia duduk dan bersandar kemudian mengedarkan pandangannya. Gelap. Tapi malam itu cerah. sehingga cahaya rembulan yang terang memberikan Karma penglihatan ditengah kegelapan. Ia menoleh ke arah balkon. Pintunya terbuka. Ia bisa melihat sosok berambut biru dengan gaun tidurnya tengah berdiri sambil menggenggam pagar. Tunggu. Lantai berapa ini? Karma bergegas meraih Baju malamnya dan memakainya. Ia bangkit dan melangkah pelan. Nagisa sendiri hanya berdiri diam. Membiarkan angin malam memainkan rambut birunya yang terurai.
"Kau bisa sakit jika terus disini." Karma berbisik sembari menyelipkan tangannya dan memeluk Nagisa dari belakang. Nagisa tersenyum tipis.
"Apakah aku mengganggu tidurmu? Maafkan aku." Jawab Nagisa. Karma menggeleng dan menenggelamkan wajahnya di pundak Nagisa. Ia menghirup aroma Nagisa. Tidak akan habis rasanya. Aroma Nagisa yang sangat khas.
"Apa yang kau lakukan disini? Aku berusaha mencegah diriku berfikir kau akan melompat." Ujar Karma. Nagisa tertawa kecil.
"Aku tak akan melompat. Kenapa kau sampai berpikir seperti itu?" Tanya Nagisa. Karma hanya tersenyum. Nagisa meraih rambut merah itu dan mengusapnya.
"Aromamu.. masih sama seperti dulu." Ucap Nagisa. Karma melepas pelukannya dan mengangkat bahunya.
"Karena aku adalah Karma. Tentu saja tak akan berubah." Jawabnya. Nagisa mengangguk. bibirnya tersenyum kecil.
"Apa ada yang kau pikirkan?" Tanya Karma. Nagisa mengangkat wajahnya menatap bulan yang belum sepenuhnya pulih. Ia tersenyum membayangkan wajah senseinya.
"Aku hanya merindukan sensei." Jawab Nagisa. Karma mengikuti arah pandang Nagisa dan tersenyum.
"Um. Meskipun aku baru kemarin bertemu dengannya dan menerima omelannya, memang lebih baik jika bertemu langsung." Jawab Karma.
"Kau.. apa?" Nagisa menoleh menatap Karma.
"Aku bertemu Koro sensei." Jawab Karma.
"maksudmu kau memimpikannya?"
"Hmm.. entahlah.. itu terjadi saat diruang operasi. Aku merasa bahwa harusnya aku sudah mati saat itu. Aku bahkan bisa melihat Takebayashi dan teman-temannya sedang berusaha menolongku. Aku melihatmu.. menangis dipelukan Isogai." Karma tersenyum sedih. Itu adalah hal yang sangat tak ingin ia lihat. Tangisan Nagisa. Nagisa tertegun. Kali ini ia tak tau jika harus menyebut itu mimpi. Karena apa yang Karma lihat nyata. Itu terjadi padanya.
"Lalu saat ada cahaya yang muncul, aku bergegas memasukinya karena kufikir memang sudah waktunya aku pergi. dan saat sampai disana, aku hanya menemukan gedung kelas 3-E. oh dan gurita kuning yang asyik membersihkan dan mendekorasi tempat itu semeriah mungkin." Karma tertawa hambar mengingatnya. Nagisa mengangkat sebelah alisnya lalu tertawa.
"Sepertinya beliau sudah bersemangat sekali menantikan kita ya?" Ucap Nagisa. Karma tertawa.
"Yah. Aku juga mengatakannya tapi sensei mengelak. Lalu.. selanjutnya dia mengomeliku karena aku datang terlalu awal. karena aku ceroboh, dan karena aku.. membuatmu menangis."
•
•
"..... dan karena aku membuatmu menangis." Nagisa menatap Karma. Ia lantas tersenyum sendu. Koro sensei tak salah. ia benar. Memikirkan bahwa Koro sensei masih mengawasi mereka seperti itu, Nagisa merasa lega. Ia merasa bisa melakukan segala hal lebih baik sekarang. Nagisa mengulurkan tangannya dan meraih tangan Karma.
"Bukan salahmu." Ucapnya pelan. Karma tersenyum dan menggenggam tangan Nagisa. Kemudian ia menarik Nagisa dan memeluknya.
"Tidak.. Koro sensei benar. Kau menangis karena aku tak bisa menjagamu. Meskipun kau ada dalam genggamanku." Jawab Karma. Ia mencium rambut biru Nagisa.
"Kurasa sudah cukup merindukan gurita itu. Apa kau tak merindukanku?" Tanya Karma. Nagisa memutar bola matanya.
"Oh ayolah.. kau menanyakan itu? setelah malam ini?" Tanya Nagisa. Karma tertawa lepas. Nagisa yang dulu pasti sudah memerah dan tergagap menjawab. Tapi sekarang ia bahkan santai membahas malam pertama mereka. Karma menempelkan dahinya ke dahi Nagisa dan mencium bibir Nagisa lembut.
"Itu tak ada hubungannya. Aku bahkan sudah merindukanmu." Bisik Karma. Nagisa tertawa kecil.
"Ayo masuk." Ajak Nagisa. Karma dengan sigap mengangkat tubuh mungil Nagisa hingga gadis biru itu terkesiap.
"Hei! Turunkan!" Pinta Nagisa.
"Hee~tidak mau~ aku ingin gendong Nagisa seperti ini." Jawab Karma. Nagisa menghela nafas lelah.
"Ah, benar! Besok, kau bisa ikut denganku?" Tanya Karma tiba-tiba. Nagisa mengernyit heran.
"Tidak masalah. Tapi.. bukannya kau harus bekerja?" Tanya Nagisa. Karma tersenyum santai.
"Untuk satu bulan kedepan semua sudah beres." Jawab Karma. Nagisa tertawa datar. Seperti yang diduga dari seorang Karma!TBC
Maaf pendek.

KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
FanfictionShiota Nagisa adalah gadis yang baik. Ia tersenyum dengan cara yang berbeda. Tulus dan menenangkan. Setidaknya, sampai malam itu tiba dan Shiota Nagisa tak lagi sama.. Versi Indonesia dari Underworld Moonlight