FEAR

1.7K 142 4
                                    

Akabane Karma melangkah santai menuju gedung kelas 3- E. Hari itu ia berangkat menuju sekolahnya sendirian. ya.. Sendirian.

Memikirkan itu membuat Karma sedikit miris. Tapi bukan Karma namanya jika harus berlarut seperti itu. Lagipula, hari ini ia harus memberi pelajaran pada gadis berambut biru itu. Kepada kekasihnya.

"Ah, Karma-kun selamat pagi." Suara itu membuat Karma menoleh. Ia mendapati gadis dengan kacamata itu dihadapannya.

"Selamat pagi, Okuda-san." Jawab Karma. Kemudian keduanya berjalan beriringan. Sesekali Okuda akan melirik kearah Karma. Sungguh ia merasa bingung dengan hubungan mereka sekarang. Maksudnya, Okuda sudah mencium Karma kemarin. Karma tidak menolaknya dan itu membuat Okuda terkejut. Terlebih setelah ciuman itu, mereka berjalan pulang bersama sambil berbincang. Belum lagi malamnya, mereka menghabiskan berjam-jam bersama di rumah Karma. Mengerjakan pekerjaan rumah, memasak bersama dan makan bersama. Bahkan sebelum Okuda pulang, ia mencium pipi Karma dan Karma hanya diam. Ia tau itu salah. Karma dan Nagisa masih sepasang kekasih tentu saja. Tapi Karma tak menolaknya dan Okuda menyukainya. Tanpa terasa mereka kini sudah berdiri didepan pintu kelas 3 E. Mereka bisa mendengar suara dari dalamnya. Tanpa Ragu Karma membuka pintu dan memasuki kelas. Matanya menyapu sekeliling dan mendapati Nagisa belum juga ada disana. Nagisa.. ya? Apa kabar hubungannya dengan Nagisa? Ia sudah mencium Okuda. Jadi? Karma menghela nafas dan memutuskan untuk tidak memikirkannya. Lagipula setelah bertengkar seperti itu, Nagisa tak akan peduli lagi bukan?

"Ah, Karma-kun! dan.. Okuda-san. Selamat pagi." Sapa Guru gurita mereka. Okuda dan Karma menatap Koro sensei heran. Mereka bisa menangkap nada aneh dari sapaan gurunya.

"Selamat pagi, sensei." Jawab keduanya.

"Apa kau sudah membaca pesanku tadi malam, Karma-kun?" Tanya Koro sensei. Karma mengangkat alisnya. Pesan? Ia bahkan tak menyentuh ponselnya sejak kemarin sore.

"Ah, mungkin sensei terlalu malam mengirimkan pesan untukmu." Ucap Koro sensei. Karma berjalan kearah bangkunya dan duduk disana. Kemudian ia mengeluarkan ponselnya dan menyalakannya. kemudian ia mengernyit heran. Kenapa pula ponselnya penuh dengan notifikasi? 1 pesan dari Koro sensei, 20 panggilan tak terjawab dari Nakamura. 20? 15 panggilan tak terjawab dari Isogai. Isogai?Karma menatap ponselnya heran. Sebenarnya kenapa dua makhluk itu semangat sekali menelponnya? Karma memutuskan untuk mengacuhkan puluhan misscall tersebut dan membuka pesan dari Koro sensei. Kemudian matanya melebar. Nagisa membatalkan pertandingan dengannya hari ini? Apa maksudnya? Karma baru akan beranjak dari kursinya saat bel masuk berbunyi. Koro sensei memberi isyarat kepada para murid untuk duduk di tempatnya masing-masing. Karma memperhatikan seisi kelas. Selain Nagisa, ada Nakamura, Isogai, Kataoka dan Okano Hinata yang tidak hadir. Maehara pun nampak bingung melihat bangku di sekitarnya kosong. Kayano juga sesekali melirik jendela cemas.

"Baiklah semuanya, Hari ini beberapa teman kalian tidak bisa hadir tepat waktu. Jadi, sepertinya sensei akan menjemput mereka dan.. mencari tau." Koro sensei berkata sedikit tidak yakin.

"Kalau begitu, silahkan kalian kerjakan tes yang sudah sensei buat. Sementara sensei akan.. menemui teman-teman kalian." Ujar Koro sensei dan segera melesat pergi.


"Nagisa.. kau yakin ingin pergi?" Tanya Nakamura sambil menutup tasnya. Nagisa mengangguk. Kepalanya masih pusing. sekujur badannya masih merasa lelah dan.. remuk. Perlahan, tangannya menyusuri pinggangnya. Tatapannya kosong. Nakamura menatap teman birunya sedih. Nagisa gadis baik-baik. Ia merasa ini sangat tidak adil. Nagisa tidak seharusnya mengalami kejadian semengerikan itu! Nakamura menghela nafas. Kemudian menepuk bahu Nagisa. Nagisa berjengit dan mundur beberapa langkah. Mata birunya menatap Nakamura penuh dengan kepanikan. Nakamura menggigit bibirnya.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang