Karma mengernyit saat bias mentari menyapanya. ia membuka matanya dan mengerjap beberapa kali. ia meletakkan punggung tangannya diatas dahinya.
"Ahaha... kau benar-benar mengirimku kembali, sensei.." Gumamnya. Karma menghela nafasnya dan mencoba untuk duduk. Ia sedikit mengernyit saat rasa perih menyerang perutnya. Tetapi ia tetap saja berhasil duduk. Sebenarnya cukup memalukan ia bisa terluka di insiden itu.
"Ka-Karma-kun? Ah syukurlah kau sudah sadar.." Karma menoleh dan melihat Okuda Minami memasuki ruangannya. Karma mengangkat alisnya dan menatap Okuda datar.
"Ah.. ya." Jawab Karma sekenanya. Okuda tersenyum. Ia tau Karma mengharapkan orang lain dan bukan dirinya yang akan datang. Okuda meletakkan bunga ditangannya di dalam vas disamping kasur.
"Nagisa-san baik-baik saja. Ya.. kurasa dia masih cemas seperti kemarin tapi.. kalau dia tau kau sudah sadar, aku yakin dia akan.. senang." Ucap Okuda. Karma menatap gadis berkacamata didepannya..
"Okuda-san.."
"Sudahlah.. aku.. aku hanya terlalu egois kurasa? Tapi kali ini aku benar-benar.. tak akan bisa." Okuda tersenyum. Karma tersenyum kecil. Ya, Okuda tak pernah menang.
"Kau ingin ku panggilkan Nagisa?"Tanya Okuda. Karma diam. Tidak.. ada sesuatu yang mengganggunya. dan ia tau siapa orang yang bisa ia korek informasinya.
"Tidak. Sebagai gantinya, bisa kau hubungi Isogai? Katakan padanya, aku ingin dia kesini dan jangan beritau siapapun. begitu juga denganmu." Jawab Karma. Okuda menatap Karma heran.
"Kau.. yakin?" Tanya Okuda. Karma hanya mengangguk. Okuda akhirnya mengeluarkan ponselnya. Ia berjalan ke luar ruangan. Beberapa saat kemudian ia kembali dan meraih tas tangannya.
"Isogai sedang dalam perjalanan kesini. Tapi ia bersama Nagisa." Jawab Okuda. Karma mengusap dagunya. Itu tidak bagus. Okuda memperhatikan gelagat Karma dan menghela nafas.
"Aku akan mengatasi Nagisa di bawah. Sekitar... 30 menit? Apa itu cukup?" Tanya Okuda. Karma mendongak. Ia kemudian tersenyum.
"Kuserahkan padamu. Terimakasih, Okuda-san." Ucap Karma. Okuda hanya tersenyum dan meninggalkan ruangan itu. Karma menatap pintu yang sudah tertutup dan ia menghela nafas. jemarinya memijit pelipisnya.
"Koro sensei.. jangan marah padaku karena kembali menyakitinya." Gumam Karma setengah tertawa membayangkan Koro sensei mengomelinya karena membuat Okuda patah hati lagi.•
•"Ah! Nagisa-san! Disini!" Teriak Okuda. Nagisa menoleh dan menatap Okuda heran. Ia yakin ia tak punya janji apapun padanya jadi.. kenapa ia memanggil Nagisa?
"Hh.. maafkan aku Nagisa.. Tapi bisakah kita bicara? Aku membutuhkan bantuan darimu.. dan beberapa saran tentu saja. Boleh?" Tanya Okuda. Nagisa menatap sangsi.
"Sebentar saja. Ya?" Pinta Okuda lagi. Nagisa akhirnya meng iyakan dan berjalan membuntuti Okuda. Isogai hanya tersenyum kecil melihat itu. Sudah pasti komando Karma kan? Ia akhirnya memutuskan untuk segera masuk dn menuju ruangan Karma.•
•"Yo, Karma! Bagaimana kabarmu?" Tanya Isogai. Karma hanya menguap bosan.
"Aku akan keluar sore ini kurasa." Jawab Karma.
"O-oi.. Takebayashi tak akan mengizinkannya kan?" Tanya Isogai. Karma hanya menyeringai tampan. Isogai kini tertawa prihatin. Ia berharap Takebayashi akan baik-baik saja nanti sore. Isogai meraih kursi dan menggeretnya mendekati kasur pasien.
"Jadi.. ada perlu apa?" Tanya Isogai. Karma menegakkan punggungnya dan menatap Isogai serius.
"Kemarin, saat kita melarikan diri dari tempat itu.. aku harus membawa Nagisa di pundakku karena... kostum konyol yang dipakaikan Takaoka di tubuh Nagisa." Karma memulai. Isogai menggumam saat ia ingat kostum aneh yang dimaksud.
"dan.. aku tak sengaja melihat.. sebuah perban di pinggang Nagisa." Lanjut Karma. Ia bisa merasakan pundak isogai menegang.
"Perban itu.. terlepas-tidak sepenuhnya- tapi aku.. bisa melihat apa yang ada disana." Karma kembali melanjutkan. Isogai terdiam. Wajahnya nampak tegang, sedih dan marah?
"Baiklah... aku tau apa yang ingin kau tanyakan selanjutnya." Isogai menghela nafas. Ia seperti menimbang-nimbang apakah ia akan menceritakan itu atau tidak.
"Kau.. aku tau kau merasa tidak nyaman menceritakannya karena Nagisa saja tak mengatakannya padaku. Tapi.. aku bukan tak tau gambar apa yang ada di.. luka itu. dan bertanya pada Nagisa.. bukan pilihan bagus, kurasa?" Jelas Karma. Isogai menggigit kukunya kemudian menoleh. Ia bisa melihat kenapa Karma sangat ingin tau. Yah.. Karma selalu seperti itu jika Nagisa yang jadi persoalan. Isogai menghela nafas.
"Baiklah..." Isogai membenarkan posisinya.
"Kau.. apa kau ingat saat... Aku, Nakamura-san, Kataoka-san dan Okano-san datang terlambat ke sekolah bersama Nagisa?" Tanya Isogai. Karma mengernyit. Apa yang Isogai bicarakan?
"Hmmm... saat itu kami harus dijemput Koro sensei..Mmmm.. Ah! Waktu itu Nagisa.. mm.. memelukku?" Isogai tak begitu yakin dengan pilihan kalimatnya. Tapi itu cara tercepat untuk membuat Karma ingat dengan insiden kecil itu. Karma melebarkan matanya. Jadi ia sudah salah sangka?
"Tunggu. Kau mau bilang luka itu.. ia dapatkan saat kita masih.. sekolah? Saat Koro sensei masih ada?" Tanya Karma. Isogai mengangguk pelan. Karma menatap selimut di kakinya shock. Bagaimana mungkin ia tak tau? Apa yang ia lakukan saat itu? Ah... betul.. ia ingat.. ia sedang bertengkar dengan Nagisa kan? Kemudian ia ingat setelah kejadian dengan Isogai di depan kelas, ia bicara dengan Nagisa yang.. nampak aneh? Seperti ketakutan dan.. marah?
"Karma-kun.." Isogai memanggil Karma. Karma menoleh ke arah Isogai.
"Apa.. kau benar-benar ingin tau apa yang.. terjadi?" Tanya Isogai. Karma mengangguk. Ia harus tau!
"Nagisa... kau mungkin sudah membalaskan perlakuan yang ia dapatkan saat itu. Kau... yang menbunuh ibunya, kan?" Tanya Isogai. "Itu semua terjadi karena wanita itu." Lanjut Isogai. Karma melebarkan matanya.
"Ibu Nagisa.. aku juga tak pernah tau wanita seperti apa dia. Tapi... dia malam itu.. dia menjual Nagisa. Karena itulah.. ia mendapatkan tanda di pinggangnya." Jelas Isogai.
"Lalu... kenapa kau bisa tau dan aku tidak?" Tanya Karma. Isogai menatap Karma sejenak.
"Aku tak tau. Saat itu aku sedang dalam perjalan pulang setelah kerja sambilan. dan tiba-tiba saja Ritsu berteriak kencang. Kurasa ia terlalu panik dan menghubungi siapapun yang ia pilih." Jelas Isogai. Karma semakin bingung. Ritsu?
"Aku,Nakamura-san, Kataoka dan Okano-san adalah orang yang mendapat panggilan mengerikan itu. Kami segera melesat kerumah Nagisa. Kami berhasil melumpuhkan ibunya dan membuatnya ditahan di penjara. Sedangkan mereka.. Koro sensei membunuhnya." Lanjut Isogai.
"Mereka?" Tanya Karma tak mengerti. Isogai nampak sangsi. Ia lalu mengambil handphonenya.
"Ritsu?" Panggil Isogai.
"Hei! Ada yang bisa kubantu?" Tanya Ritsu riang.
"Apa kau.. masih menyimpannya? kejadian malam itu?" Tanya Isogai. Ritsu terdiam. Wajahnya gelisah. Isogai tersenyum
"Hari ini adalah waktunya, Ritsu. Aku memintamu menyimpannya.. karena suatu saat Karma harus tau." Ucap Isogai. Karma mengangkat alisnya tak mengerti dengan apa yang dibicarakan Isogai. Ritsu mengangguk mengerti. Isogai menyerahkan ponselnya kepada Karma. Ritsu menatap Karma khawatir.
"Karma-kun, akan kuputar sekarang. Tapi kau harus tetap tenang." Ucap Ritsu. Karma tak menjawab. Ia hanya memencet tombol play ketika layar handphone berubah hitam. Detik berikutnya matanya melebar. Isogai hanya menatap Karma. Karma harus tau. Itu adalah apa yang Isogai yakini selama ini. Meskipun ia tau apa yang terjadi diantara keduanya, bagi Isogai, itu hal yang sangat penting. Video di tangan Karma berhenti. Ritsu kembali muncul di layar. Isogai bisa melihat tatapan membunuh Karma.
"Karma-kun... mereka.. mereka yang melakukan itu sudah tidak ada. Koro sensei sudah membunuh mereka saat itu juga. dan.. seperti yang kukatakan, Kau sudah membalaskan perlakuan ibu Nagisa." Isogai mencoba menenangkan Karma. Karma masih diam tak menjawab. Isogai menatap Karma sejenak lalu berdiri. Ia meraih ponselnya.
"Akan kutinggalkan kau sendiri. Dinginkan kepalamu." Isogai segera berjalan meninggalkan Karma yang tengah mengepalkan tangannya marah.•
•"Jadi.. kita disini tak hanya akan minum jus ini dan membicarakan betapa bunga-bunga itu tumbuh dengan baik kan?" Tanya Nagisa. Okuda tertawa sungkan. Ia menyesap minumannya lalu menatap manik Azure Nagisa.
"Maafkan aku." Ucap Okuda. Nagisa menghela nafas.
"Kau tak salah apapun." Ucap Nagisa. Okuda tersenyum.
"Aku ingin kau mendengarkan perkataanku.. setidaknya hari ini. Aku ingin kau percaya padaku." Okuda menatap Nagisa serius. Nagisa mengangkat alisnya. Apakah Okuda akan kembali mendeklarasikan perang tentang Karma? Jujur saja Nagisa sudah lelah.
"Baiklah." Jawab Nagisa. Okuda nampak lega.
"Nagisa-san.. Karma-kun.. aku dan dia.. tak pernah berada dalam sebuah hubungan."•
•"Karma-kun.. aku dan dia.. tak pernah berada dalam sebuah hubungan."
Nagisa mengernyit. Apa katanya?
"Memang benar.. kudengar kau melihat kami.. berciuman. Tapi.. aku.. aku tanpa izinnya mencium bibirnya. Aku.. aku lah yang bersalah. Karena saat itu Karma-kun masih bersama Nagisa dan..-"
"Tapi kukira dia menikmati itu." Potong Nagisa.
"Tidak.. umm.. mungkin saat itu Karma hanya... marah? Entahlah.. Tapi.. Karma.. dia tak pernah benar-benar memintaku." Jawab Okuda. Nagisa tertegun.
"Bahkan... mungkin ini salahku Nagisa-san tak tau apapun hingga saat ini.." Okuda tersenyum sendu.
"Malam itu.. malam saat kita membunuh Koro sensei.. Karma-kun menolakku. Ia.. ia tak bisa melepaskanmu. Karma-kun.. dia sangat mencintaimu, kau tau? Dia menolakku dengan tegas. dia berkata bahwa dia sudah egois untuk marah kepadamu." Papar Okuda. Nagisa hanya terdiam terperangah.
"Itu salahku kau akhirnya pergi meninggalkan kami. Aku.. aku katakan padanya aku ingin memilikinya sampai hari kelulusan. Karma-kun.." Okuda tersenyum membayangkan sosok merah itu.
"Karma-kun berencana meminta maaf darimu di hari kelulusan. Karma-kun.. ingin kau kembali padanya." Jelas Okuda. Nagisa merasa kepalanya pusing. Okuda tersenyum sembari menyesap minumannya.
"Bahkan setelah bertahun-tahun.. matanya hanya hangat saat menatapmu. Jujur saja itu membuatku iri. hehehe.." Okuda menghela nafas dan menatap Nagisa hangat.
"Jadi.. aku ingin tau... apakah masih ada tempat di hatimu untuk Karma-kun? Karena Karma-kun hanya bisa melihatmu, Nagisa-san."TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
FanfictionShiota Nagisa adalah gadis yang baik. Ia tersenyum dengan cara yang berbeda. Tulus dan menenangkan. Setidaknya, sampai malam itu tiba dan Shiota Nagisa tak lagi sama.. Versi Indonesia dari Underworld Moonlight