4

14.3K 1.4K 303
                                    

Suasana kantin yang ramai rupanya menarik perhatian Haechan. Mau tak mau keenam mate nya mengikuti keinginan Haechan untuk makan di kantin. Lagipula mereka sudah sangat jarang makan di sini karena lebih sering makan di rooftop atau bahkan tidak makan dan hanya bersantai di sana.

Hampir semua murid di kelas Mark mengikuti Haechan. Sampai-sampai bangku kantin yang hanya tersedia masing-masing tujuh kursi di satu meja, dan dengan santainya serta wajah tak berdosa Doyoung, Yangyang, Winwin, Han, Felix, dan Seungmin menarik bangku orang begitu saja.

" Eummm.... Apa aku boleh pinjam kursinya? Pleaseee~ . " Pinta Shotaro pada seorang yang duduk tak jauh dari meja Haechan dan yang lain.

Pria yang ada di depan Shotaro menutupi hidungnya yang mulai mengeluarkan darah karena mimisan. Dia langsung berdiri dari tempat nya duduk, mempersilahkan Shotaro mengambil bangkunya.

" Apa kau baik-baik saja? Hidung mu berdarah!. " Seru Shotaro dengan paniknya, dia berlari menuju stan jualan ibu kantin.

Lalu tak lama kemudian kembali dengan sebuah lap berwarna hitam di tangannya. Ia menyerahkan lap itu pada pemuda yang tadi mimisan.

" Terimakasih, ambil saja kursinya!. " Ucap pria itu sembari mengelap wajah hingga lehernya dengan kain yang agak basah itu.

" Sama-sama. Nanti kembalikan lapnya pada ibu kantin yah!. Ibu kantin mau menerus kan mengepel lantainya. " Ujar Shotaro yang mengangkat atau lebih tepatnya menyeret kursi di tangan nya menjauh.

Tunggu--- mengepel lantai katanya?. Itu berarti lap ini adalah kain yang di gunakan ibu kantin untuk mengepel?. Pria tadi langsung membeku di tempat karena shock. Pantas saja kainnya basah, rupanya ini kain pel.

Jeno menghela nafas berat melihat meja tempat mereka makan sekarang jadi begitu padat. Haechan hanya memandang teman- teman barunya dengan bingung. Ada apakah gerangan sampai teman-teman sekelasnya itu duduk menggerombol di sini?.

" Renjunnie, " Bisik Haechan pelan.

" Apa?. " Renjun segera merespon.

" Kenapa mereka semua berkumpul di sini?. " Tanya Haechan.

" Mereka memang begitu suka sekali mengganggu orang. Apa kamu tidak nyaman?. " Haechan mengangguk mengiyakan, dia jadi merasa tidak enak di tatapi orang-orang yang berlalu lalang di kantin.

" Bisakah kalian tidak menatap kami begitu?!. Urusi saja masalah kalian sendiri!. " Seru Renjun sambil berdiri dengan tatapan tajamnya.

Mendadak anak-anak yang melintas di dekat meja mereka langsung mengalihkan pandangan mereka dengan takut. Seisi kantin yang tadinya ricuh berbisik-bisik langsung sepi.

Renjun menyeringai, lalu kembali dengan posisi duduk nya. Mengabaikan tatapan bingung dari saudara dan teman-temannya.

" Jangan begitu, nanti kalau mereka marah bagaimana?. " Bisik Haechan pada Renjun.

" Tidak perlu memikirkan orang lain, Sunflower. Cukup pikirkan dirimu dan kami saja. " Jawab Renjun sambil mencubit gemas pipi tembam mate manisnya.

Wajah Haechan memerah karena malu, jadi dia menunduk. Mengayunkan kakinya di bawah sana, dan berusaha tidak perduli dengan senyum Renjun yang sayangnya membuat pemuda itu tampak semakin tampan.

" Ah, lucunya~. Beruang cantik ku ini malu-malu. " Goda Renjun.

" A-apasih, Njun?. Jangan gitu~. " Ujar Haechan yang malah terdengar seperti rengekan itu.

Pria berkulit tan itu menyembunyikan wajahnya di bahu Renjun. Membuat Renjun semakin gemas dengan sosok mate nya ini.

OUR MATE

Our MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang