8

11.4K 1.2K 329
                                    

" Jangan-jangan Haechan mau meninggal. " Hyunjin memotong ucapan Doyoung.

" Hah?!. " Keenam Alpha itu refleks menatap Hyunjin dan Haechan bergantian.

" Biasanya kan kalau orang mau meninggal permintaannya aneh-aneh. Sebelum kakek ku meninggal dulu dia juga punya permintaan aneh, dia memintaku untuk memakamkan nya di laut, karena aku bingung harus menguburnya bagaimana yasudah aku mengambangkan tubuhnya di laut. " Hyunjin mulai bercerita.

Plak!

Han memukul kepala temannya itu sampai Hyunjin hampir terjatuh. Sementara keduanya berdebat keenam mate Haechan malah menatap Omega kesayangan mereka dengan pandangan tak percaya sekaligus prihatin. Apakah benar ucapan Hyunjin kalau Haechan akan meninggal?. Secepat ini? Mereka bahkan baru bertemu sekitar empat minggu.

" Kalian kenapa?. Apa makanan nya tidak enak?. " Tanya Haechan.

Keenamnya gelagapan, mereka menggeleng sambil tersenyum.

" Tidak, Kami hanya teringat kalau kami ada rapat OSIS sekarang. " Jawab Mark.

" Ah, iya. Kalian mau berangkat sekarang?. " Haechan sudah selesai dengan makanannya.

" Iya. Kamu sudah selesai?. Ingin pulang atau jalan-jalan dulu?. " Jaemin mengecup pipi tembam Haechan.

" Jalan-jalan!. " Bukan Haechan yang menjawab melainkan salah satu dari keempat temannya, Hyunjin.

" Diam!. Dia bertanya pada Haechan bukan padamu!. " Yangyang menyahut.

" Oh, ku kira Jaemin menawariku jalan-jalan. " Hyunjin menatap mereka dengan wajah tanpa dosanya.

" Jalan-jalan saja. " Haechan menjawab dengan riang, yang mana membuat keenam matenya semakin sedih mengingat ucapan Hyunjin tadi.

" Ya sudah, aku akan membayar dulu. Tunggu di sini ya!. " Renjun mengusak gemas rambut milik Haechan, pikirannya masih agak kacau gara-gara membayangkan kalau Haechan benar-benar akan pergi meninggalkan mereka berenam.

" He'eum!. Jangan lama-lama!. Aku lelah duduk terus!. " Haechan menggembungkan pipi nya.

" Kalau lelah duduk, berdiri saja, Chan. " Saran Han.

" Tapi kalau berdiri nanti pegal. " Balas Haechan dengan bibir mengerucut.

" Ya sudah duduk saja. "

" Duduk terus itu membosankan. " Sahut Haechan.

Baiklah, Han menyerah untuk memberi saran pada Haechan. Dia memilih meminum ice americano miliknya daripada terus-terusan kalah berbicara dengan si gembul ke sayangan enam Alpha posesif.

Sementara itu Renjun sedang ada di depan meja kasir, di depannya ada si pemilik restoran yang tersenyum ramah.

" Ada yang bisa saya bantu?. "

" Saya ingin membayar pesanan di meja tiga, berapa totalnya?. " Tanya Renjun.

" Oh, tunggu sebentar. Ini nota nya, tuan. " Pria paruh baya itu menyerahkan sebuah kertas nota berisi harga pesanan.

" Maaf, tapi kenapa pesanan susu rumput laut nya tadi tidak di catat?. " Renjun mengernyit membaca daftar-daftar di kertas itu, satu pesanan kelihatannya dilewatkan oleh si pemilik restoran.

" Ah, yang itu gratis. Saya tau menuruti ngidamnya istri yang sedang hamil itu memang sulit, tapi sebisa mungkin harus di turuti. Anggap saja itu sebagai tanda selamat saya untuk kehamilan istri anda, meskipun saya tidak mengenalnya tapi rasanya dia mirip dengan istri saya yang sudah meninggal sama-sama pernah meminta minuman seperti itu. " Jelas pria paruh baya itu.

Our MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang