7

11.9K 1.2K 565
                                    

Suasana mobil berisi tujuh orang itu begitu ramai karena ocehan penumpang-penumpang nya. Mark sebagai pengemudi bahkan tertawa sambil memukul stir beberapa kali.

Haechan duduk di belakang, lebih tepatnya di antara Jaemin dan Chenle. Ia menolak keras duduk di dekat Renjun dan Jeno. Dua Alpha tampak berbeda proporsi tubuh itu tau Omega kesayangan mereka tengah marah. Jadi mereka hanya bisa menatap sedih mate mereka.

" Bukankah kalian bilang kalian punya pekerjaan?. Tapi kenapa aku tidak pernah melihat kalian berangkat bekerja ataupun sibuk?. " Tanya Haechan.

" Kami punya karyawan yang di gaji, jadi kenapa kami harus repot-repot pergi ke kantor?. Kami bernapas pun uang kami tetap bertambah. " Sahut Chenle.

" Begitu ya?. " Haechan mengerjap tak percaya.

" Tapi kan tetap saja ada berkas atau apapun itu yang sebenarnya harus kalian kerjakan?. " Tanya Haechan lagi.

" Perkara mudah. Berkas nya bisa di antar ke rumah. Lagipula sekertaris kami bisa membedakan berkas penting maupun tidak. " Jawab Mark.

" Kalian ini bekerja di mana sih?. " Haechan menatap Jaemin dengan mata berbinar, siapa tau ia bisa ikut bekerja dengan matenya kan?.

" Rahasia. " Satu menit Haechan terbuang percuma begitu Jisung menjawab demikian.

" Jisungie.... " Geram Haechan.

Jisung mengangkat ke dua tangannya sebelum si mate menjewer telinga nya.

" Kita sudah sampai. " Ucap Mark begitu mobil mereka memasuki pekarangan sekolah.

" Apa mereka memang selalu menunggu kalian di sana?. " Tunjuk Haechan ke orang-orang yang memandangi mobil mereka terus sejak masuk.

" Yah, begitulah. Mereka sedang tidak ada pekerjaan lain yang bisa mereka lakukan. " Jawab Jeno.

" Ayo turun!. " Chenle menungguinya di depan pintu mobil yang terbuka keatas.

Haechan pun turun bersama para mate nya. Suasana parkiran sekolah cukup ramai tapi tetap saja tidak ada satupun mobil yang terparkir di sebelah mobil milik enam Alpha tampan itu.

" Hari ini kami ada rapat OSIS, jadi nanti kamu harus tetap bersama Chenle, Jisung, dan Renjun!. " Peringat Mark.

" Iya. "

Haechan memandangi lorong yang sekarang mereka lewati. Banyak siswa maupun siswi yang berbisik-bisik maupun terang-terangan menatapnya tajam.

" Makhluk semenjijikan itu harus nya berada di tempat buangan, tapi lihat!. Dia bahkan berani berdekatan dengan mereka tanpa tau malu. "

" Tak ada bedanya dengan jalang, dia pasti sudah menjajakan dirinya pada banyak orang. "

" Manis!, berapa tarif mu untuk semalam, hah?. " Seseorang bahkan tanpa malu berseru demikian pada Haechan.

" Pasti tidak lebih mahal dari jalang eksklusif di luaran sana, Hahaha!. " Hampir setengah orang di lorong tertawa.

Bugh!

Bugh!

" Bagaimana kalau satu detik seribu nyawa?. Apa kau mampu?. Atau kah masih terlalu murah?. " Dua pukulan tangan Renjun berhasil membuat rahang dua orang yang mengatakan hal tidak pantas tentang Haechan itu bergeser agak jauh dari tempatnya.

" Kau bahkan tidak lebih mahal dari sehelai rambutnya. Kau berani menghinanya?!. " Jeno menghempaskan tubuh orang pertama yang mengatakan hal buruk tentang Haechan, sampai kepala orang itu berdarah karena terantuk lantai.

Our MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang