9

11.9K 1.1K 170
                                    

" Anak siapa, dok?. " Tanya Han.

" Memang nya suaminya siapa ya?. Apa pasien belum menikah?. Jika saya lihat sih sebenarnya dia kelihatan masih muda mungkin berumur lima belas tahun?. " Si dokter ikut bingung.

" Terimakasih, dok. Anda bisa pergi, silahkan!. " Renjun mempersilahkan dokter yang kira-kira berumur 23 tahun itu untuk pergi, maksudnya mengusirnya secara halus.

" Baiklah. " Sang dokter menatap pemuda-pemuda yang ada di depan ruangan pemeriksaan salah satu pasien nya itu dengan bingung sebelum ia benar-benar pergi dari sana.

Jeno menatap kesal teman-temannya yang dengan lancarnya menanyakan hal tidak bermutu itu pada si dokter. Padahal kan sudah jelas pasti bayi di dalam rahim Haechan hasil benih nya dan ke-5 saudara nya.

" Hey, pertanyaan ku belum selesai dijawab!. " Protes Han.

" Tentu saja anak kami, kami suaminya. " Jawab Chenle sebelum berlalu masuk ke dalam ruangan di belakang mereka.

" S-suami?. Kalian suami Haechan?. Kalian?. " Ulang Hyunjin dengan nada terkejut.

" Iya. Memang nya kenapa?. " Tanya Renjun dengan tatapan tajam.

" Eh, tidak apa. " Hyunjin menyengir.

Siapa yang tidak terkejut kalau teman kalian yang memiliki sifat berbeda-beda dan dari segi wajah, fisik, maupun sifat di sukai para wanita namun mereka sama sekali tidak tertarik tiba-tiba bilang kalau mereka sudah punya pasangan. Itupun satu untuk enam orang. Siapa yang tidak jantungan coba?.

" Selamat ya, " Yangyang menarik tangan Jaemin untuk ia jabat.

" Terimakasih. " Jaemin tersenyum tipis.

" Apa kita pulang saja ya?. Kurasa di sini kita hanya akan menjadi nyamuk. " Bisik Hyunjin.

" Eumm. Kami pamit pulang dulu ya!. Nanti kalau ada kabar tentang Haechan tolong kabari kami. " Yangyang menarik tubuh Hyunjin dan Han menjauh.

" Hmmm. Hati-hati di jalan. " Ujar Mark sebelum masuk kedalam ruangan tempat Haechan di periksa tadi.

Ruangan bernuansa putih dengan seorang pemuda manis yang terbaring di atas ranjang tengah ruangan itu menarik atensi enam pria yang menjadi mate nya. Mereka mendekat ke arah Haechan dengan senyum tipis yang amat bermakna.

" Rupanya begini rasanya mendapat kabar bahwa mate kita sedang mengandung. " Gumam Chenle.

Mark mengusap lembut pipi Haechan. Pipi gembil itu terasa agak dingin begitu permukaan tangannya menyentuh kulit sang mate. Gerakan pelan itu membuat Haechan bergerak dalam alam bawah sadarnya, hingga akhirnya terbangun setelah menggeliat pelan.

" Kamu sudah bangun, apa masih pusing?. " Tanya Mark.

Haechan masih agak bingung dengan apa yang terjadi dan alasan ia ada di tempat berbau obat-obatan ini. Tapi dia mengangguk karena kepalanya memang masih terasa pusing.

" Istirahat lagi ya?. " Tawar Jaemin.

" Tidak usah, ini sudah lebih baik daripada yang tadi. " Jawab Haechan sembari menggeleng.

" Sebenarnya kenapa aku ada di sini?. " Tanya Haechan dengan pipi yang masih bersentuhan dengan telapak tangan Mark, kehangatan seolah menjalar dari sana jadi tanpa sadar Haechan mendekatkan wajahnya agar pipi nya bisa semakin merasakan kehangatan itu.

" Tadi kamu pingsan saat kita ada di Mall, kamu muntah-muntah. " Jelas Jisung.

" Ah, iya. Lalu?. "

" Kami membawamu ke rumah sakit, dokter bilang kamu sedang hamil usianya baru dua minggu. " Lanjut Chenle, ia menatap lekat manik indah Haechan melihat bagaimana mata itu memancarkan rasa terkejut sekaligus bahagia membuat senyum Chenle semakin lebar.

Our MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang