15

7.2K 776 137
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam dan Haechan sama sekali belum tidur. Dirinya masih terjaga di ruang tamu mansion. Udara dingin tak membuatnya kedinginan karena ia belum bisa beranjak dari sana sebelum 6 orang yang di tunggu nya pulang.

Sembari menunggu otak nya berpikir keras. Haechan teringat kalau dia harus segera membuat keputusan perihal permintaan mate-mate nya untuk menjadi Luna pack mereka. Jika sampai ada vampire juga di pack mereka itu berarti kawanan mate nya bukanlah pack biasa.

Di tambah cerita para Alpha nya tempo hari lalu, pack mereka besar namun terpecah belah hingga sekarang. Mereka di minta untuk menyatukan kembali pack yang terpecah belah. Haechan tau peran 'Luna' akan sangat penting di situ, tanggung jawab nya bukan hanya 6 Alpha nya dan keturunan mereka nanti tapi juga seluruh anggota pack.

Setidaknya Haechan yakin sekarang, setelah dirinya berhasil melawan ketakutannya tadi pagi dirinya mulai yakin kalau dia pasti bisa melindungi melakukan tugasnya. Dia bukan lagi omega yang lemah yang selalu ditindas.

Haechan tersenyum tipis, dia akan mengatakan bahwa dia setuju untuk menjadi Luna di pack mate nya nanti. Tangannya terulur untuk mengelus perut nya dengan lembut. Menyapa calon anaknya yang menemaninya selama beberapa minggu ini.

Netra Haechan melirik jam dinding di ruang tamu, baru jam sepuluh lewat lima belas menit. Dia menggembungkan pipinya dengan ekspresi kesal. Kenapa mate-mate nya itu lama sekali pulang nya. Tidak tau apa kalau dirinya dan janinnya tengah merindukan sosok para Alpha itu?. Padahal Haechan yang menyuruh mereka pergi tadi sore.

Tadinya hanya Chenle dan Jeno yang mendapat panggilan untuk meeting. Tapi karena hanya butuh waktu untuk menyendiri jadi sekalian saja yang lain juga ia suruh pergi bekerja. Siapa sangka kalau ternyata mereka bekerjanya lama sekali.

" Awas saja!. Jika nanti mereka pulang lebih lama lagi, aku akan menyuruh mereka tidur di kamar masing-masing!. " Gumam Haechan sambil mengerucutkan bibirnya.

Mereka memang punya kamar khusus yang di gunakan sendiri-sendiri. Tapi sejak Haechan datang kamar itu tidak pernah di tempati lagi karena mereka semua lebih memilih tidur di kamar utama bersama Haechan. Selain itu di mansion masih banyak kamar kosong lagi.

" Apa sebaiknya aku telpon saja ya?. " Monolognya.

Haechan meraih ponsel nya yang ada di saku celana. Ia mulai mencari kontak salah satu mate nya. Sebenarnya dia mau langsung menemui mate nya dan memeluk mereka namun, sayangnya dia tidak tau dimana letak tempat kerja mereka.

" Daddy mu mengangkat telpon nya lamaaa sekali, apa jangan-jangan dia mematikan ponsel nya?. Ah, nanti jika kamu lahir jangan meniru mereka ya! Kamu tau? Menunggu itu melelahkan, kita sudah mengantuk tapi mereka semua tidak juga pulang. " Haechan mengomel sambil mengelus perutnya yang terlapisi kaos longgar milik Jeno.

Meskipun di lemari nya banyak pakaian tapi entah mengapa Haechan jadi lebih suka memakai baju para mate nya yang ukurannya pastilah kebesaran untuknya. Karena malam ini ia seolah tergila-gila pada aroma tubuh Jeno, jadilah sekarang baju salah seorang Alpha nya itu ia kenakan.

Lama kelamaan, kantuk menyerang nya. Hingga Omega manis itu tertidur dalam posisi duduk, tangannya masih berada di perut. Kepalanya menunduk membuat poni rambutnya terlihat menutupi wajah cantik kan mungilnya. Bibirnya mengerucut tanpa sadar.

Setelah Haechan tertidur di ruang tamu selama kurang lebih satu jam, orang-orang yang di tunggu nya akhirnya pulang. Raut mereka tampak sedikit kelelahan, karena lama tidak pergi bekerja otomatis pekerjaan mereka menumpuk.

Sejak sampai tadi pun mereka sudah mengerjakan pekerjaan mereka yang menggunung. Keenamnya mencoba mengerjakan dengan cepat supaya bisa cepat pulang dan bertemu istri manis mereka. Kerja keras mereka akhirnya terbayarkan kala waktu pada jam tangan mereka menunjukkan angka 11 lewat 15 menit.

Our MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang