Cahaya bulan bersinar terang, menyinari sebuah kamar temaram yang diisi oleh seorang laki-laki berparas manis yang tengah duduk di sisi ranjang nya. Pria itu memejamkan matanya dengan dua kepalan tangan yang ia satukan, berdoa.
"Tidak kah, kau mau menjenguk dia?" Gumamnya lirih.
Angin mulai berhembus sedikit kencang meniup kain penutup jendela di ruangan gelap itu. Angin nya kencang namun tidak menghantarkan rasa dingin bagi apa yang diterpanya. Seolah angin itu hanya ingin menjawab ujaran sosok pria tadi.
"Butuh berapa persembahan lagi yang perlu aku berikan pada mu? Apa kau menunggu sampai jasad ku sendiri yang menjadi persembahan untuk mu?" Kalimat itu di ucap bersamaan dengan raut terluka yang tergambar di paras manis nya.
"Tapi jika itu terjadi, apa kau akan merawat dia? Atau kau akan membiarkan wanita itu membunuh nya?" Netra coklat terang si manis terbuka, sorot matanya nampak kecewa.
"Kau lebih memilih untuk kembali bersama wanita yang menganggap anak kita sebagai bencana, kan? Karena itu kau meninggalkan kami. Janji mu untuk kembali itu tidak akan pernah engkau wujudkan."
"Bahkan, setelah semua luka ini aku tetap tidak bisa membencimu! Bodohnya aku yang terus menantimu, dan setiap detik berharap bahwa kau benar-benar menepati janji mu dan menemui kami!" Serunya sembari berdiri dan melangkah menuju jendela.
Cahaya bulan yang semula menyinari dunia mulai meredup tertutupi gumpalan awan tebal, membuat kamar milik si pria manis menjadi gelap. Namun, cahaya kemerahan di sudut jendela mulai menggantikan tugas si bulan sebagai penerang. Cahaya itu berasal dari sebuah bunga indah berwarna merah yang di taman pada pot kecil dan diletakkan pada sisi jendela.
Cr pict : Pinterest.
Bunga cantik itu memiliki arti kelam, yaitu perpisahan. Sama seperti alasan mengapa bunga itu di berikan padanya, tanda perpisahan menyakitkan 1 tahun lalu. Bunga merah tersebut juga di sebut sebagai bunga alam baka, Higanbana.
Pria manis itu terisak seraya menyentuh kelopak cantik bunga Higanbana. Manik cokelat nya bergetar seiring dengan kenangan yang memenuhi otaknya, terkait bagaimana orang yang dirindukan nya itu memberikan Higanbana padanya.
"Jika kau memang tidak berniat untuk bersama kami jangan pernah menjanjikan kepulangan mu pada kami, sialan!!" Umpatan itu keluar dari belah bibirnya.
Dengan perasaan kalut, tangan nya beralih mengangkat pot bunga merah cantik itu lalu membanting nya ke lantai. Suara pecahan pot tanah liat memenuhi ruangan itu. Mengejutkan sosok lain yang sedari tadi juga ada di kamarnya.
"Ooeekk! Ooeekk!" Sosok lain yang ada di sana ialah bayi mungil dengan balutan kain putih yang tergeletak di ranjang bayi dekat tempat tidur pria tadi.
"Eomma mengagetkan mu ya, sayang?" Langkah sang 'Eomma' terdengar tergesa-gesa menuju bayinya.
"Cup cup cup. Eomma minta maaf, ya? Eomma tidak bermaksud menganggu tidur nyenyak mu." Bayi mungil itu di gendong nya kemudian di beri kecupan sayang supaya tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Mate
WerewolfDonghyuck, yang akrab di panggil Haechan memiliki hidup yang cukup kelam semenjak dia lahir. Di usianya yang hampir menginjak delapan belas ia di jual keluarganya pada kelompok mafia yang sering mengadakan pelelangan. Dimalam itu juga dia mendapatka...