Bab 18

1K 118 48
                                    

Tidak ada yang tahu bahwa niat bersenang-senang yang didambakan So Eun tadi sore akan berujung celaka. Wanita yang sebelumnya tampak paling semangat melakukan agenda kencan ganda ini sudah berbaring di atas belangkar dengan wajah pucat karena kehabisan banyak darah. Cairan merah beraroma amis itu terus keluar bahkan sampai mengaliri kedua kakinya, diiringi rasa sakit yang sudah tak terperi seberapa tingkatannya. So Eun Beberap kali melirih perih, dia menangis karena rak sanggup menahan penyiksaan yang menimpanya. Tangan Allendra setia menggenggam jemari sang istri. Kedua orang tua So Eun masih dalam perjalanan setelah sebelumnya dihubungi oleh Allendra.

Allendra, pria itu tak henti-hentinya menenangkan dan mengelus pelipis sang istri yang sudah dibasahi keringat dingin. Belum hilang rasa kagetnya setelah melihat tubuh So Eun menggelinding di tangga halaman SMA Sevit, kini pria itu kembali menerima kejutan lanjutan dengan insiden pendarahan istrinya. Kalau saja waktu bisa diulang, Allendra lebih memilih diomeli So Eun sepanjang jalan daripada harus mengalami situasi semacam ini. Pria itu diserang ketakutan yang hebat. Sangat khawatir jika terjadi sesuatu pada anak dan istrinya. Ya, bukan hanya calon jagoannya saja yang membuat hati pria itu gundah, nyatanya, Park So Eun--perempuan yang selalu dia tolak kehadirannya sudah berhasil menghadirkan perasaan takut kehilangan. Allendra benar-benar tidak siap jika dua orang terpenting dalam hidupnya harus pergi secepat ini. Dia tidak rela.

"Sebaiknya Anda tunggu di sini, Pak," ujar salah seorang perawat yang menghadang labgkah Allendra untuk menemani istrinya ke ruang pemeriksaan.

"Saya ingin menemani istri saya, Sus. Tolong izinkan saya masuk."

"Tidak bisa Pak, kami harus memeriksa kondisi istri Anda terlebih dahulu untuk memastikan keadaannya dan bayinya. Mohon kerja samanya, silakan tunggu di sana."

Setelah mengatakan itu, sang suster menutup pintu ruangan bercat putih itu dengan cepat. Meninggalkan Allendra yang masih memaku seolah tersihir oleh keadaan ini. Pria itu menunduk berat, meredam goncangan hebat yang menyerang hatinya saat ini. Dia berusaha tegar, menahan air mata untuk tidak keluar, dan menghembuskan napas berat beberapa kali. Alena yang melihat itu mendekati sang kakak. Dipegangnya pundak Allendra sampai pria itu menoleh.

"Kakak tidak apa-apa," ujar Allendra seolah mengerti tatapan khawatir sang adik.

"Kak So Eun pasti baik-baik saja, Kak. Ingat, kan, dia perempuan kuat."

Allendra menatap lembut adiknya dengan kilat mata yang masih pekat. Senyumnya terbit meski sangat tipis. Alena membimbing kakaknya untuk duduk di kursi tunggu. Penampilan Allendra masih agak kacau, tangan dan kemejanya masih dipenuhi bercak darah So Eun. Pasca menemukan istrinya menggelepar kesakitan di bawah tangga, Allendra langsung berlari menghampiri So Eun lalu membopongnya masuk ke mobil. Alena dan Liam tidak mengetahui kronologi kejadian itu, mereka baru tiba di SMA Sevit setelah So Eun dibawa pergi ke dalam mobil dan merrka langsung menyusul ke rumah sakit dengan motor.

"Sebenarnya apa yang terjadi Kak, kenapa kak So Eun bisa jatuh dari tangga?"

"Kakak juga tidak tahu detailnya bagaimana, Kakak sedang menerima panggilan dan So Eun izin untuk jalan duluan. Tak berapa lama setelah itu dia berteriak dan kakak sudah menemukannya di dasar tangga dengan darah yang banyak."

"Ya Tuhan, semoga Kak So Eun baik-baik saja."

Harapan Alena terdengar seperti pinta paling tulus yang pernah Allendra dengar. Pria itu tidak bisa banyak berucap karena lidahnya terlalu kelu untuk melakukan itu. Wajah So Eun yang kesakitan terus berputar dalam benak Allendra. Jantungnya tidak mau berhenti bertalu cepat, sukar menenangkan kegelisahan yang telanjur meraung. Mata Allendra memejam, kepalanya menunduk dalam.

Tolong selamatkan mereka Tuhan, selamatkan anak dan istriku. Aku mohon.

Allendra mengakui bahwa sampai detik ini dia masih tidak bisa mengingat kapan dan bagaimana ia bisa jatuh hati ada istrinya. Tentang alasan dan caranya memperlakukan wanita itu di masa lalu, Allendra tidak tahu. Yang ia tahu sekarang, ia begitu takut kehilangan So Eun. Tidak rela jika terjadi sesuatu yang buruk pada wanita itu apalagi sampai berujung perpisahan. Tidak, Allendra tidak mau membayangkannya tapi sialnya bayangan itu terus mengusik pikiran Allendra.

Oh, My Bad Husband!  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang