Bab 19

1.1K 119 69
                                    

Yuhuuuu, siapin hati ya wkwk. 

***

Bab 19

Ketika kamu benar-benar menginginkan sesuatu lalu kamu memperjuangkannya tanpa membatasi dirimu dengan ketidakpercayaan, maka semesta akan menjadikannya nyata untukmu. Memang tidak mudah memegang prinsip itu, ujian akan datang dari berbagai arah—menempamu dengan perah berlumur perih. Selayaknya kehidupan yang tidak selalu mudah, putus asa dan ingin menyerah bisa muncul kapan saja. Melemahkan hatimu dengan letih yang menatih. Namun perih itu tak akan selamanya membuatmu merintih, sebab selalu ada bahagia yang dihadiahkan bagi mereka yang ikhlas menjalani itu semua. So Eun sedang berada di fase itu sekarang, merasakan kebahagiaan berlipat ganda usai dijatuhi luka yang menyiksa. Selamat dari maut, berhasil mendatangkan Seandra ke dunia, melihat sang suami memangku bayinya. Semua itu adalah angan yang selalu ia berikan pada Tuhan lantas mewujud doa yang dikabulkan. Ternyata benar, sesulit apa pun keadaan yang sedang dihadapi, alangkah lebih baik jika kita tetap berpikir positif serta mengucap hal-hal indah yang semoga bisa kembali pada kita kapan saja. 

Pasca operasi akibat pendarahan setiap gerak dan langkah So Eun menjadi perhatian utama Allendra. Begitu pun sebaliknya, ketika Allendra larut dalam pekerjaan yang sedikit demi sedikit mulai dia lakukan lagi, So Eun gesit memintanya berhenti dan tidak terlalu keras dalam bekerja. Mereka seperti dua orang sakit yang membersamakan diri untuk saling menyembuhkan. Pelan-pelan pria itu juga tidak ragu menunjukkan perhatiannya dengan cara yang lembut, mereka sudah jarang berdebat meski momen itu masih ada di keseharian keduanya. Kehadiran Seandra seperti tombol pengendali emosi sepasang suami istri itu. Hadiah terbaik yang membuat rumah tangga So Eun dan Allendra jadi lebih berarti meski tanpa memori masa lalu. 

Kelahiran Seandra bukan hanya membawa bahagia bagi orang tuanya, tapi juga nenek dan kakek anak itu, murid-murid ibunya, serta rekan-rekan orang tuanya. Mereka menyambut Seandra dengan rasa gegap gempita, bahkan beberapa media pun menjadikan itu sebagai headline berita mereka. Dari semua orang yang paling bahagia atas kabar kelahiran itu, sepertinya Vincent menjadi orang paling bahagia. Setelah berbulan-bulan menjadi korban, pria itu mulai melihat titik terang akan keindahan masa depannya pasca Seandra lahir selamat dan sempurna tanpa kurang satu apa pun. 

Sore hari, rumah besar Allendra sudah ramai dikunjungi oleh Vincent dan murid-muridnya. Liam, Sera, dan Beni mustahil melewatkan momen membahagiakan ini. Mata mereka terus berbinar melihat betapa manisnya bayi berusia dua minggu itu. Vincent bahkan sempat menangis saat pertama kali melihat Seandra, itu terjadi di rumah sakit—beberapa saat setelah Seandra dikembalikan ke ruang bayi usai mendapat pelukan newborn atau proses skin to skin dari Allendra yang katanya bisa membangun ikatan di antara ayah dan anak. Kebahagiaan Vincent terasa seolah dia yang baru saja menjadi ayah.

“Jangan dielus terus nanti dia bangun!” larang Vincent pada Beni yang sejak tadi sibuk mengajak main Seandra dengan ocehan-ocehan lucunya meski sang bayi sedang memejam.

“Elusanku itu membuatnya nyaman, Pak.”

“Mana ada, tanganmu kasar begitu, kulit lembut Seandra bisa tergores nanti.”

“Wah, fitnah Bapak tidak bisa diterima. Meski aku jurusan arsitektur tapi kulit tanganku lembut tahu!”

“Kalau Seandra sampai bangun, kau tidak akan selamat Beni.”

“Astaga ... Bapak ini benar-benar—“

“Pak Vincent dan kak Beni bisa diam tidak, sih? Kalau debat terus mana bisa Seandra tidur dengan lelap.”

Oh, My Bad Husband!  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang