Prolog

2.6K 173 63
                                    

Attention!
Bagi pendatang baru, disarankan baca Bad Guy terlebih dulu ya biar paham sama alurnya. Tapi kalau mau langsung di sini juga, gpp sebenarnya. Suka-suka kalian, he.

MESKI CERITA SUDAH SELESAI DIHARAPKAN UNTUK TETAP VOTE DAN KOMEN DI SETIAP PART-NYA. TERIMA KASIH.

Aku pernah meminta pada Tuhan untuk mengabulkan doa pria baik yang selalu disakiti hatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku pernah meminta pada Tuhan untuk mengabulkan doa pria baik yang selalu disakiti hatinya. Pria aneh yang dengan gaya semena-menanya menebar bahagia tanpa aku minta. Selain ayahku, dia, satu-satunya pria yang mengenalkan arti cinta tanpa pamrih. Dia, satu-satunya pria yang menunjukkan bahwa hitam tak selamanya pahit. Bahwa putih tak selamanya suci. Bahwa senyuman manis tak selalu berarti indah. Dan seringai kejam tak selalu berarti kelam.

Bersamanya, aku melihat perspektif dunia dari berbagai sisi yang tidak pernah kuketahui sebelumnya. Dia memperlihatkan padaku seperti apa wujud ketulusan. Seperti apa bentuk kasih sayang. Dan seperti apa bukti pengorbanan. Mengherankan memang, ada orang yang berani menggadaikan kebahagiaannya demi kebahagiaan orang lain. Sungguh, aku tidak percaya ada sosok semacam ini jika tak kutemukan dia sendiri. Semua itu hanya bisa dilakukan oleh pria kesayanganku, Allendra, si baik bertopeng jahat.

Sejak awal pertemuan kami, aku merasa dia memang pria gila, namun apa yang kutahu kala itu tak seberapa gila dibanding kehebatannya menyembunyikan setumpuk luka. Dia yang selalu tampil menyenangkan di depanku ternyata kerap menangis kesakitan sendirian. Bertarung dengan luka hati dan fisik yang menyergapnya secara bersamaan. Malam itu, selepas Allendra tak sadarkan diri, aku dan Alena membawanya ke rumah sakit terdekat.

Dia ditangani di ruang gawat darurat dan langsung melakukan operasi pengangkatan peluru yang bersarang dalam perutnya. Tubuhku gemetar sepanjang menanti prosesi mendebarkan itu. Vincent yang datang setelah kuhubungi, setia menemaniku dan memberikan kalimat-kalimat penyemangatnya. Tapi itu tidak lantas membuat hatiku tenang.

Aku sangat khawatir dan takut kehilangan Allendra. Dan kekhawatiranku tidak berhenti di sana rupanya, Alena yang tiba-tiba bersimpuh menangis di hadapanku sambil menyimpan keningnya di lututku membuatku jantungku mencelos entah karena apa.

“Apa yang harus kita lakukan, Bu? Aku tidak siap kehilangan Kak Allendra.”

“Dia akan baik-baik saja, Alena, kau harus kuat, ya. Mari berdoa untuk kelancaran operasinya. Dokter pasti bisa menangani ini semua.”

“Bukan hanya itu, Bu, bukan hanya luka tembak yang membuatku takut. Tapi luka yang lain, penyakit yang selama bertahun-tahun dia sembunyikan dariku.”

“Apa maksudmu Alena? Penyakit, Allendra sakit apa?”

“Kanker otak stadium tiga.”

Jantungku serasa kehilangan kemampuan untuk berdebar, duniaku seakan runtuh bersamaan dengan tubuhku yang ikut ambruk dari kursi tunggu dan bersimpuh di lantai sambil memeluk Alena. Itu adalah malam yang paling menyeramkan seumur hidupku. Dibayang-bayangi ketakutan akan kehilangan Allendra membuat dadaku sesak di setiap ia ingin menghirup udara. Sungguh malam kelam yang kuharap hanya terjadi sekali seumur hidupku. Jangan sampai terulang kembali.

Kini, enam bulan berlalu sejak malam itu. Jarak dan waktu kembali memisahkanku dan Allendra. Selama enam bulan terakhir pria itu menjalani pengobatan intensif bersama dokter yang selama ini menangani penyakitnya. Sesuai rencana awal, Allendra melakukan operasi yang kabarnya berjalan lancar namun memberikan efek samping yang sekali lagi membuatku menangis semalaman.

Allendra amnesia total, dia bahkan tidak mengingat siapa dirinya, keluarganya, dan apa pun yang datang dari masa lalunya, pria itu sama sekali tidak ingat. Dia seperti bayi yang baru dilahirkan, benar-benar kosong tanpa menyisakan sedikit pun kenangan. Keadaan itu membuatku teringat pada ucapannya ketika kami berlibur di Thailand.

Jangan lupakan aku. Jangan lelah untuk mengingatkanku bahwa Allendra Spancer begitu mencintai Park So Eun setulus hatinya. Buat hatiku untuk selalu mengingatmu apa pun yang terjadi nanti.”

Dulu ada banyak tanda tanya ketika aku mendengar permintaan ini, dan sekarang semua pertanyaan itu akhirnya terjawab. Allendra sudah tahu kemungkinan dia akan hilang ingatan jika melakukan operasi. Oleh sebab itulah dia sangat menghindari hal tersebut. Dia khawatir ingatannya hilang sebelum berhasil balas dendam pada Alexander Montgomery.

Mengingat semua kisah pria itu membuat dadaku sesak, aku sangat merindukannya. Aku ingin segera bertemu dengannya namun tidak bisa. keberadaanku sangat tidak disarankan untuk muncul di tengah-tengah proses pengobatan. Pasca menjalankan operasi enam bulan lalu, Allendra sempat mengalami koma selama satu bulan. Aku melihat kondisinya sambil berurai air mata.

Alena telaten menjadi perantara untukku bisa melihat Allendra walau hanya melalui sambungan video call.
Setelah sadar dari koma, Alena bercerita padaku bahwa Allendra melupakannya. Anak itu menangis tersedu di sambungan telepon. Aku bisa merasakan kesedihannya, pasti berat karena aku pun merasakan hal serupa. Dokter menjelaskan kemungkinan Allendra untuk bisa mengingat masa lalunya sangat kecil.

Terlebih banyak ingatan traumatic yang memberi efek cukup serius pada kasus amnesia Allendra ini. Mungkin, aku menjadi bagian dari ingatan traumatic itu. Aku tahu perjuanganku untuk  kembali padanya tidak akan mudah, Alena saja perlu waktu sekitar satu bulan untuk mengakrabkan diri dengan Allendra sampai pria itu benar-benar nyaman dan mencoba membentuk ingatan baru bersama adiknya itu.

Aku tidak tahu berapa banyak waktu yang kuperlukan untuk kembali membawanya ke sisiku, yang jelas satu hal yang pasti, aku akan menepati janjiku padanya. Aku akan membuat Allendra menerimaku di hatinya dengan atau tanpa ingatan masa lalu. Jika memang kenangan di belakang tidak bisa dia dapatkan, maka akan kubuat kenangan baru yang lebih indah dari segala hal yang telah kulewati bersamanya di masa lalu. Tidak masalah jika aku harus mengulangnya dari awal, apa pun akan kulakukan demi Allendra. Demi dia dan buah hatinya.

“Yang kuat ya, Nak, kita tunggu sampai Papa pulang. Mama janji, Papa akan menjadi orang pertama yang menggendongmu setelah kamu lahir nanti,” gumamku sambil mengelus perutku yang sudah membuncit cukup besar, Allendra junior ini yang menjadi penyemangatku selama enam bulan terakhir aku hidup tanpa pria itu.
Aku sungguh tidak sabar untuk bertemu dengan dua jagoanku, dua Spancer yang akan menjadi semesta kehidupanku selamanya.

Bersambung

Start: 28.03.21

Oh, My Bad Husband!  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang