bonus

897 55 5
                                    

Mungkin udh pada lupa ama nih cerita 😅.. Mumpung ini malam lebaran aku kasih hadiah bagi para kesayangan naruhina.. Semoga cerita singkat ini bisa nemenin malam lebaran kalian..

Selamat membaca❤
.
.
.

Hinata sangat jengkel sekarang, tujuh tahun lebih mereka menjalani rumah tangga, Naruto suaminya masih belum juga bisa mengalah dengan putranya sendiri.

Awal kelahiran Boruto putra mereka Naruto belum menunjukkan keposesifannya. Namun dua tahun usia Boruto, Hinata malah dibuat kebingungan. Bagaimana bisa Naruto cemburu dengan putranya sendiri?

Kecemburuan Naruto tak pelak menjadi salah satu biang keladi dari keributan nya sendiri dengan sang putra. Seperti saat ini..

Hinata tengah berdiri diantara dua laki-laki kuning yang masih saling menatap dengan api yang membara dimata biru masing2. Mengapit dua tangannya membuat rutinitas yang setiap pagi ia jalankan jadi terhambat hanya karna ulah duo kuning kesayangannya.

Oh ayolah, haruskah Hinata melakukan ini setiap pagi. Kapan keposesifan suaminya akan berkurang?. Kapan rutinitas ini akan berhenti?

"Kalian akan tetap seperti ini atau bagaimana?" Hinata bergantian menatap putra dan suaminya dengan pandangan mematikan.

"Pilih dulu aku atau cecenguk kuning itu Hime!". Naruto ciut melihat pandangan menghunus istrinya setelah apa yang ia ucapkan, namun tetap dalam posisi yang sama. Enggan melepaskan tangan sang permaisuri hati dari genggaman.

"Jelas kaa-san akan memilih ku seperti biasanya" Senyum smirk Boruto keluar mengejek ayahnya yang sudah pasti kalah melawan dirinya.

Ayah dan anak itu kembali menatap dengan pandangan yang jauh mematikan dari sebelumnya, menyampaikan telepati yang sudah pasti terbaca oleh Hinata.

'Jauhi kaa-san, atau ku ganggu kegiatan tau-san tiap malam!'

'Enak saja!. Ini hari sabtu giliran tau-san yang berduaan dengan kaa-san dong!'

'Enyahlah tau-san!, masih enak ku kasih waktu tiap malam dengan kaa-san!..'

'Cecenguk satu ini!, kau mau tou-san kembalikan ke rawa-rawa?'

Ancaman tersirat dari ayahnya sontak membuat suara tangis Boruto tiba2 terdengar. Membuat Naruto kalang kabut, menyadari ia sudah membuat kesalahan. Istrinya sudah pasti..

"Aku pilih Boruto. Sudah puas kan?.." Hinata menggendong putra kecilnya, menenangkan Boruto yang masih setia dengan tangisan kerasnya. "Enak saja membuang putra ku yang sudah kulahir kan susah payah" Hinata bersungut pelan membelakangi suaminya yang terlihat gusar.

Boruto yang sejak tadi digendong oleh Hinata memberikan tatapan mengejek pada ayahnya tampa memelankan suara tangisan supaya ibunya tak curiga.

Boruto mana takut lagi dengan ancaman sang ayah malah ia mengambil kesempatan itu untuk mendapatkan kemenangan telak dari ibunya.

Mengetahui sang putra tengah mengerjai nya membuat Naruto kian jengkel. Rasanya ia sudah diduakan Hinata meski dengan putranya sendiri.

"Hime.." Suara Naruto memelas, meminta perhatian istrinya kembali.

Bukannya Naruto egois. Ia tahu Boruto sangat membutuhkan perhatian orang tuanya diusianya saat ini. Tapi bolehkah ia meminta sehari saja waktu berduaan dengan istrinya?.

Sejak kelahiran Boruto, Hinata hanya terfokus pada putranya, jarang sekali mereka berduaan kecuali saat malam. Itu pun jika Hinata tak kelelahan atau Boruto yang tiba2 datang mengganggu.

line of destiny✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang