Contains🔞:
18+ (NSFW things)
Suicide
Rape
Yang tidak suka harap skip"Nghh aahh hahh! Ahh! Cu-cukuphh Erenhh!" erang Levi.
Levi mendangak saat merasakan rambutnya ditarik ke belakang. Eren menggeram saat merasakan lubang Levi mengetat, menjepit penisnya.
Eren menarik kedua tangan Levi ke belakang, menambah tempo gerakannya sambil menggeram. Tentu saja mengabaikan erangan Levi yang lelah.
"Mmhh aahh aahhk E-Erenhh!" pekik Levi saat penisnya menyemburkan sperma untuk kesekian kalinya.
"Shit, kau benar-benar nikmat Levi," geram Eren sambil menampar pantat bulat Levi.
Levi tidak ingat sudah berapa lama ia mendesah di bawah Eren hingga suaranya serak. Dia juga tidak ingat sudah seberapa banyak sperma yang Eren berikan di tubuhnya hingga tubuhnya selengket itu.
"Ja-janganhh mhh aahh di dalamhh," keluh Levi saat merasakan penis Eren membesar.
Eren melirik Levi yang terlihat pasrah. Lelaki mungil itu sepertinya sudah kehabisan tenaga untuk melawan dan sejak tadi, ia juga hanya membiarkan Eren menikmatinya. Sesekali Levi akan mengeluh sakit dan meminta agar dirinya berhenti, namun setelah itu, Levi tidak melakukan apa pun. Levi memang melawan, tapi secara verbal. Dia seperti tidak lagi memiliki keinginan untuk melawan sejak... ia memukul Farlan tadi.
"Kau memang jalang kecil yang harus dinikmatikan, Levi," gumam Eren.
Eren melepaskan penisnya dari lubang Levi, membalik tubuh Levi dan memerkosa mulut mungil itu. Levi yang tidak siap malah tersedak penis besar Eren, bola matanya berputar ke atas, wajahnya memerah.
"Nghh mphh hhh E-Ewrenhh," erangnya.
Eren menarik rambut Levi lalu memaksa Levi memberikan pelayanan kepada penisnya menggunakan mulut mungil itu. Eren mengerang nikmat saat Levi tanpa sengaja menyesap kuat penisnya.
"Telan semuanya Levi," geram Eren saat ia hampir mencapai pelepasannya yang entah keberapa.
Dengan demikian, Eren menghentakkan pinggulnya, penisnya semakin masuk ke dalam mulut Levi hingga Levi kembali tersedak, spermanya keluar membasahi kerongkongan Levi dan tertelan oleh Levi mau tidak mau. Tubuh Levi ambruk dipenuhi sperma dimana-mana setelah Eren melepaskannya. Air matanya kembali meluncur turun sementara nafasnya terengah-engah.
Pelacur murahan, pikir Levi tentang dirinya sendiri. Levi tidak pernah mau disentuh oleh sembarang orang, tapi fakta bahwa ia juga mengalami ejakulasi berkali-kali di bawah Eren membuatnya merasa bahwa ia memang pelacur. Pelacur yang haus akan sentuhan.
Pelan-pelan, Levi merubah posisinya menjadi meringkuk, dia terisak, melupakan Eren yang berdiri di dekatnya memakai jubah mandi. Eren mendudukkan dirinya di sisi Levi lalu mengecup pelipis Levi. Tak lupa, lelaki yang lebih muda itu mengelus surai hitam Levi yang dibasahi keringat.
"Lain kali kita akan bermain lebih lama. Kau pasti maukan, jalang kecil?" kekeh Eren.
Levi bisa merasakan elusan tangan Eren yang mengancamnya. Ia menggeleng, membantah ucapan Eren. Bibirnya bergetar dan tangannya terkepal erat.
"Ah, kau pasti penasaran mengenai Farlan ya?" Eren kembali berucap.
Tubuh Levi menegang. Dia memandang Eren dengan mata yang bengkak.
"Cu...kup..." bisiknya parau.
Eren menyeringai. Ditangkupnya pipi gembil Levi menggunakan satu tangannya, memaksa Levi menatapnya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never or Ever//EruRi
FanfictionSegelintir orang akan percaya pada kebahagiaan yang berlangsung selamanya. Namun, segelintir lainnya bahkan menolak arti kebahagiaan. Jika takdir tidak sedemikian kejamnya, Levi Ackerman akan selalu percaya pada orang yang dikasihinya. Jika takdir m...