29-NoE

352 33 12
                                    

Contains🔞:
18+ (psycho things and a bit of NSFW)
Murder
Violence
Yang tidak suka harap skip

"Kau yakin akan berhenti? Kau bisa ditangkap," kata Hange sambil menatap kertas yang baru saja Erwin tanda tangani.

"Aku tidak akan membahasnya sekarang," jawab Erwin sambil memerhatikan ponselnya.

"Erwin, kau benar-benar nekat," keluh Hange.

Erwin mengedikkan bahunya acuh. Ia kembali melihat ke ponselnya, berusaha mengabaikan semua gangguan. Secepatnya. Secepatnya dia harus menemukan Levi.

"Mike sudah menemukan lokasinya," gumam Erwin saat Hange baru membuka mulutnya.

Hange menatap Erwin.

"Biarkan aku dan Moblit ikut," kata Hange.

"Tidak," tolak Erwin mentah-mentah.

Erwin menatap Hange lalu mendengus malas.

"Aku tidak mau repot karena harus membawa dua korban tembakan lagi," ujar Erwin.

"Hei!" protes Hange.

Erwin mengedikkan bahunya acuh. Ia berdiri dari duduknya untuk menyusuri koridor rumah sakit menuju ke sebuah kamar rawat.

"Oh, kau sudah kembali," kata Eren yang baru keluar dari kamar rawat yang dituju Erwin.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Erwin.

"Kau tidak akan pernah mengira dia baru saja mendapat tembakan di area vitalnya," jawab Eren.

Erwin memutar bola matanya malas. Waktunya sudah terbuang seminggu untuk mencari Levi. Dua hari lalu Zeke sudah sadar, tapi sepertinya dia belum bisa melakukan hal berat. Selain itu, Erwin juga tidak berminat menambah korban lagi.

"Aaaaa Daddy!!! Paman mau telkam Mikaaaa!" Mikasa keluar dari kamar sambil tertawa dan berteriak menuju ke Erwin.

Erwin cepat-cepat menangkap anak bungsunya itu lalu mengangkat tubuh mungil itu. Mikasa memeluk leher Erwin sambil tetap melihat ke pintu. Ia terkikik geli saat melihat pintu itu.

Mikasa berbalik, menenggelamkan wajahnya di bahu Erwin sambil berusaha memainkan rambut pirang Erwin. Erwin tersenyum kecil saat merasa Mikasa masih terkikik lalu membawa Mikasa masuk ke dalam.

Rahang Erwin terjatuh begitu saja saat dilihatnya Zeke sedang memangku Armin dan membacakan buku untuk Armin. Mikasa langsung bergerak untuk meminta turun lalu berlari ke Zeke setelah Erwin menurunkannya.

"Putri kecil sudah berhasil lolos dari serigala," kata Zeke saat Mikasa meloncat-loncat untuk mengintip buku bacaan itu.

"Lihat? Dia seperti tidak pernah terkena musibah," kata Eren sambil bersedekap.

"Setuju," sahut Hange.

Erwin memghela nafasnya. Diliriknya Hange dan Eren yang sepertinya langsung paham apa maksud Erwin.

"Mikasa, Armin, ayo keluar. Biarkan Paman beristirahat," kata Hange.

Eren tidak perlu banyak bicara setelah Hange mengatakannya karena Mikasa langsung mengulurkan tangannya minta untuk digendong sementara Armin tidak banyak protes dan ikut keluar bersama Hange, Eren, dan Mikasa.

Zeke menghembuskan nafasnya pelan saat kini hanya tersisa dirinya dan Erwin. Dia menatap ke buku dongeng di tangannya sesaat lalu menatap Erwin.

"Aku ikut," kata Zeke.

Never or Ever//EruRiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang