26-NoE

353 32 5
                                    

Levi tersenyum saat melihat Historia duduk di meja makan sambil berusaha mengendalikan Mikasa dan Armin yang sangat cerewet dan hiperaktif hari ini. Levi membawakan beberapa piring lauk hasil masakannya.

"Aku tidak menyangka kau tinggal di sini selama tiga bulan terakhir ini," kata Historia.

"Zeke cukup baik membiarkanku menumpang di sini. Aku akan mulai mencari pekerjaan dan—"

"Kau masih belum boleh melakukan pekerjaan berat Levi. Aku akan pergi keluar sebentar, ada masalah yang harus kuurus," kata Zeke lalu mengacak rambut Levi.

"Kau tidak makan dulu?" tanya Levi, dahinya berkerut heran.

"Tidak. Aku akan makan saat aku kembali. Maaf ya? Permisi," kata Zeke sambil tersenyum sekilas pada Historia sebelum kemudian pergi.

"Apa kalian berkencan?" tanya Historia.

Seketika wajah Levi memerah.

"Apa? Tentu saja tidak!" kesal Levi.

Levi menatap kedua anaknya yang sedang beradu sendok. Levi meraih sendok itu lalu membetulkan posisinya di tangan mungil Mikasa dan Armin.

"Tidak boleh dibuat main. Ayo makan," kata Levi sambil mengambilkan makanan untuk kedua anaknya.

"Kapan Papa akan pulang?" tanya Armin.

Kaki Armin berayun-ayun riang. Lalu, Mikasa juga ikut menatap Levi antusias.

"Daddy baik sekali pada Mika," kata Mikasa dengan senyuman khasnya.

Levi menoleh menatap Historia heran. Apa maksudnya?

"Kak Erwin," kata Historia sebagai jawaban.

Nama yang disebutkan oleh Historia memberikan jawaban untuk Levi. Levi duduk terpaku di kursinya, menatap kosong ke piringnya. Dia... sudah memberitahu Erwin dan dia melupakannya.

Mereka menghabiskan sisa waktu itu sebelum Historia kembali membawa Mikasa dan Armin ke rumah Smith dengan bermain bersama. Mikasa puas sampai ia tertidur, Armin sempat tidak mau pulang saat Levi tidak ikut, tapi dia anak yang pintar. Penjelasan dari Levi yang berkata bahwa Levi masih harus mengurus beberapa hal lainnya membuatnya memahami kondisi Levi.

"Dia berubah," kata Historia setelah menutup pintu mobil yang baru saja dimasuki Armin.

Levi nengangkat sebelah alisnya. Eh?

"Berubah?" tanya Levi.

"Kak Erwin bukan orang yang akan tersenyum dan lebih memilih menenggelamkan dirinya di tumpukan buku dan kertas kerjanya. Tapi, akhir-akhir ini dia hanya akan lebih banyak melamun atau menghabiskan waktunya bersama Armin dan Mikasa sambil memberikan senyuman tipis terbaiknya," jekas Historia.

Levi terdiam mendengarnya. Hatinya berdegup kencang membayangkan hal itu. Apa mungkin... Erwin sudah mulai kembali menjadi Erwin yang ia kenal?

"Tunggu... itu... apa dia tidak marah pada Eren...?" tanya Levi.

"Tidak. Heran? Aku juga,

Historia berbalik, ia tersenyum membuat Levi termenung di tempatnya.

Ini pertama kalinya Levi melihat Historia tersenyum seperti itu.

"Terima kasih," kata Historia.

"U-untuk...?" tanya Levi gugup.

"Mengubah kakakku menjadi orang yang lebih baik..." jawab Historia.

Levi membalas senyuman itu tanpa sadar. Pipinga memerah karena tersipu. Ia menatap Historia lembut.

Never or Ever//EruRiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang