12-NoE

799 101 24
                                    

Contains🔞:
Violence!
18+ (psycho things)
Murder, mutilation, death
Tidak suka harap skip

Levi menjatuhkan rahangnya saat dia melihat Hange yang tersenyum lebar sambil berdiri di atas kasurnya sementara Moblit meringis melihat kelakuan Hange. Mikasa dan Armin yang mengikuti Levi di belakang Levi seperti kereta api langsung menepi untuk melihat apa yang terjadi.

"Ha-Hange?" kata Levi dengan mata mengerjap.

"Nah Moblit! Kau tahu kan kau harus meminta maaf padanya karena terlalu kasar?!" seru Hange.

"Ack! Hanggeeee!!!" pekik Armin.

"Woah! Kau sudah semakin besar saja sejak terakhir kali aku melihatmu, Armin!" pekik Hange lalu meloncat turun dan memeluk Armin erat.

Levi merasakan kain di kakinya dicengkram erat oleh jemari kecil lainnya. Dia menunduk dan mendapati Mikasa bersembunyi di belakang kakinya.

"Hange... kau menakuti Mikasa..." keluh Moblit.

"Huh? Oh! Astaga ada Putri kecil di sini! Hehe, maafkan aku, apa aku menakutimu?" kata Hange dengan cengiran lebarnya.

"Papa..." rengek Mikasa, menahan tangisnya.

Levi berjongkok, ia menggendong Mikasa dan Mikasa segera menenggelamkan wajah cantiknya ke bahu sempit Levi. Levi menatap Hange heran. Apa maksudnya ini?

"Keluar dari kamar—uhuk!" deham Levi.

Levi menutupi mulutnya dengan satu tangannya. Ia terbatuk beberapa kali sebelum kemudian berjalan ke kasur untuk mendudukkan Mikasa.

"Kak Levi sudah batuk-batuk dan pucat sepanjang hari!" seru Armin sambil menunjuk Levi.

Hange tiba-tiba menjadi serius. Dia menurunkan Armin lalu menatap Mikasa yang sibuk mengelus-elus lengan Levi.

"Moblit, bisa bawa mereka keluar? Aku harus memeriksa Levi," kata Hange.

Armin mengulurkan tangannya yang segera digandeng Moblit. Hange mendekati Mikasa. Dia berjongkok di sisi kasur lalu menatap Mikasa. Mikasa sedikit takut, tapi kemudian anak itu menggeleng cepat. Dia tidak ingin meninggalkan papanya.

"Namamu Mikasa ya Putri cantik? Boleh aku memeriksa papamu sebentar saja?" tanya Hange.

"Tidak. Aku baik-baik saja," dengus Levi.

Hange mengulurkan tangannya. Sebelum Levi sempat berkelit, tangan Hange menyentuh kulitnya. Hange mendesah khawatir.

"Tuan Putri, boleh ya aku periksa Papa dulu?" kata Hange.

Mikasa beberapa kali melihat antara Hange dan Levi, tapi akhirnya dia menurut. Dia berlari ke arah Moblit dan Moblit segera menggendongnya keluar sambil menggandeng Armin.

"Kurasa kita bertemu lagi dengan kau dalam keadaan menyedihkan ya," gumam Hange.

Seketika pintu tertutup, tubuh Levi limbung dan ia jatuh ke kasur. Hange terdiam saat melihat tubuh lemas Levi. Dia membantu Levi memosisikan dirinya dengan benar. Lalu, ia mulai memeriksa Levi.

Nafas Levi memburu, wajahnya dihiasi oleh semburat merah, peluh membasahi tubuhnya. Hange memghembuskan nafasnya.

"Erwin benar-benar keterlaluan ya?" komentar Hange.

"Ka-kau... tidak bilang kau mengenal ba-jingan itu..." kata Levi susah payah.

"Simpan tenagamu Levi. Kau demam tinggi sekali, dan sepertinya ini akan menjadi typhus," kata Hange.

Never or Ever//EruRiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang