24-NoE

634 60 4
                                    

Contains🔞:
18+ (NSFW things)
ZeVi sex
Tidak suka harap diskip

Erwin meneguk vodkanya sekali lagi hari itu. Tubuhnya yang atletis hanya terbalut oleh bathrobe hitam pertanda ia baru saja selesai mandi.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Erwin.

Seorang dokter dengan bintik di wajahnya terlihat menghela nafasnya. Dia sedang memeriksa seorang anak gadis yang matanya terpejam.

"Dia trauma, tapi dalam beberapa hari keadaannya pasti membaik," jawab sang dokter.

"Baguslah," gumam Erwin.

Erwin memandang gadis mungil yang masih berbaring tak nyenyak di kasur yang biasanya ditempati Levi. Bibirnya terlihat menggumam tidak jelas. Sepertinya dia mencari Levi.

"Dia benar-benar anakku?" tanya Erwin.

Matanya terlihat kosong. Lelaki berambut hitam itu, Marco Bodt, menghembuskan nafasnya heran. Dulu, dia bekerja sebagai dokter pribadi keluarga Smith. Dan Levi, saat melahirkan Mikasa, meminta bantuannya. Marco mengenalnya karena Levi adalah mantan kekasih Erwin dulu. Bahkan sosok yang paling dihargai dan dimanja dan bahkan dicintai oleh Erwin.

"Apa aku terlihat berbohong? Erwin, Levi datang padaku empat tahun lalu meminta bantuan untuk melahirkannya. Aku masih mengingat dengan jelas saat dia menerima Mikasa di pelukannya dia memberinya nama Mikasa Ackerman Smith," kata Marco.

Marco melirik Erwin sekilas. Lelaki itu masih terlihat kosong. Tak ada kehidupan di mata birunya.

"Aku akan pergi sekarang. Dan jangan lupa, rawat Mikasa dengan baik. Aku akan mengirimkan obatnya besok," kata Marco lalu keluar.

Sekeluarnya Marco, Erwin melangkahkan kakinya ke kasur. Tak menghilangkan tatapan angkuhnya, Erwin melihat Mikasa yang menggeliat dan perlahan membuka matanya.

"Pa-papa..." isak Mikasa pelan.

Tatapan Erwin melembut, ekspresi wajahnya melunak. Perlahan, Erwin membawa Mikasa ke gendongannya. Memeluk gadis itu erat sementata gadis manis itu menangis sambil memeluknya.

"Hiks... Papa kemana... hiks... Paman..." isak Mikasa.

Erwin membawa Mikasa keluar dari kamar itu menuju ke kamarnya. Ia mengecup pelipis Mikasa perlahan dan selembut mungkin.

"Mika," bisik Erwin.

"Ung... hiks... Mika mau Papa..." isak Mikasa.

Saat Erwin ingin meletakkan Mikasa di kasur, Mikasa tidak mau melepaskan dekapannya pada Erwin. Erwin terdiam. Mikasa benar-benar putrinya... ya?

"Mikasa..." lirih Erwin.

Mikasa memandang Erwin. Matanya basah dan sembab, hidungnya memerah, menggemaskan. Erwin tersenyum pilu. Diusapnya air mata Mikasa dengan jemari kasarnya.

"Sayang, kau bisa memanggilku Daddy mulai sekarang," kata Erwin.

Mikasa terdiam. Dia masih sedikit terisak, tapi dia terlihat kebingungan. Melihat wajah bingung Mikasa, Erwin tersenyum tipis. Didekapnya tubuh mungil itu, lalu ia kecup hidung mungil Mikasa.

"Karena aku adalah suami Papamu. Orang yang merupakan ayah kandungmu... Mikasa Smith..."

.

.

.

1 hari yang lalu...

Never or Ever//EruRiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang