Contains🔞:
18+ (psycho things)
Violence
Mutilation
Murder
Yang tidak suka harap skipLevi sekali lagi menghembuskan nafasnya. Astaga, ini melelahkan. Yelena akan memeriksanya setiap beberapa menit sekali, dan yang baru Levi sadari adalah kaca satu arah yang membuatnya tidak bisa melihat keluar ruangan tapi orang di luar ruangan bisa melihatnya. Momentum yang ingin ia hasilkan pun tidak kunjung ia dapatkan.
Aku harus segera keluar dari sini, batin Levi.
Levi kembali berusaha melepaskan dirinya. Kali ini, ia tidak berniat untuk menghasilkan momentum itu lagi. Ia menarik tangannya sekuat tenaga, berusaha menciptakan ruang antara tangannya dan kursi lalu menggesek-gesekkan tali ke kursi itu.
Levi menggeram kesal saat ia sudah mencoba selama mungkin tapi tidak ada hasil yang terbentuk. Bahkan, tali itu hanya rusak sedikit, tapi sama sekali tidak terpotong.
Levi terdiam sejenak saat tangannya terasa sakit. Ia menggeram kesal. Rasanya ia hanya ingin membanting orang-orang.
"Menikmati tempatmu?" tanya Yelena yang entah sejak kapan sudah masuk.
Levi melirik Yelena tidak tertarik. Ia tidak peduli lagi bahkan dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Levi menundukkan kepalanya sebelum kembali mengangkatnya untuk menatap Yelena.
Tatapan menantang itu sebenarnya membuat Yelena ingin segera mencungkil mata Levi, tapi ia menahan dirinya.
"Tidak apa, sebentar lagi saja," kata Yelena lalu tersenyum sumringah.
Levi mengangkat sebelah alisnya. Apa sebentar lagi ia akan bertemu dengan ajalnya?
Yelena pergi begitu saja meninggalkan Levi. Saat pintu tertutup, Levi teringat sesuatu. Ia selalu menyimpan pisau lipat di saku celananya. Jika ia bisa mengambilnya...
"Mpht!" erangnya sambil terus berusaha meraih saku belakang celananya.
Kursinya bergerak-gerak menimbulkan suara yang cukup keras. Levi tidak peduli. Asalkan ia bisa mendapat pisau itu...
Klik...
"Aku lupa mengatakan pada Yelena kalau kau selalu membawa pisau lipat Levi," desah seseorang yang masuk.
Kepala Levi masih dalam posisi tertunduk saat ia melihat kaki jenjang seseorang di depannya.
"Ck, padahal aku berniat memberimu kejutan," ujarnya lagi.
Levi masih tetap tidak mengangkat kepalanya, tapi...
Sial... kenapa jadi seperti ini...?
.
.
.
Erwin menghentikan mobilnya tepat di belakang mobil porsche putih bersih. Ia menoleh menatap Zeke yang sedang memilah pistol atau pisau.
"Kau lebih terlihat seperti psikopat sekarang," sindir Erwin.
"Oh, aku tersanjung," jawab Zeke malas.
Zeke menatap ke mobil di depannya. Ia mengangkat sebelah alisnya pada Erwin setelah melihat sebuah rumah kecil di tengah hutan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never or Ever//EruRi
FanfictionSegelintir orang akan percaya pada kebahagiaan yang berlangsung selamanya. Namun, segelintir lainnya bahkan menolak arti kebahagiaan. Jika takdir tidak sedemikian kejamnya, Levi Ackerman akan selalu percaya pada orang yang dikasihinya. Jika takdir m...