"Kau terlihat gila Erwin," komentar Farlan.
Farlan menghembuskan rokoknya, lalu meminum cocktail yang ia pesan beberapa saat lalu.
"Dan, kenapa kau mau bertemu di sini?" tanya Nile sambil menyilangkan kakinya kesal. "Aku masih punya banyak pekerjaan jika hanya kau panggil untuk melihatmu minum."
"Berhenti minum dan jelaskan apa maumu Erwin," kata Mike.
Farlan melirik Erwin yang masih tetap diam sambil menegak vodkanya. Tiga bulan sejak kepergian Levi, Erwin lebih sering mengunjungi Kuchel.
Ah, soal Kuchel. Wanita itu sudah dalam keadaan yang lebih baik sekarang. Beberapa kali Mikasa juga datang untuk sekadar mendengarkan dongeng dari Kuchel.
"Aku akan pergi jika tidak—"
"Eren membawa Levi kepada Zeke," sela Erwin.
Seketika suasana menjadi hening. Tak ada yang berbicara atau bahkan menyentuh gelas mereka. Erwin benar-benar membungkam mereka.
Tentu saja terkejut. Sejak awal, mereka tahu kalau Eren sangat mengagumi Erwin. Eren bahkan dengan sukarela menjadikan dirinya pembunuh, menipu orangtuanya, dan membantu Erwin dalam banyak hal. Eren itu sangat menganggap Erwin sebagai panutannya.
"Dan kau... akan membunuhnya?" tanya Farlan hati-hati.
Erwin melirik Farlan sekilas. Matanya kembali menatap gelasnya yang sudah kosong.
"Aku belum selesai berbicara," kata Erwin.
Sekali lagi, suasana menjadi terlalu hening. Bahkan dentuman musik di luar ruangan VVIP itu tidak bisa mengganggu mereka.
"Eren melakukannya dengan imbalan catatan kriminal kami bersih," kata Erwin lagi.
"Apa masalahnya sekarang? Levi tidak ada dalam genggamanmu lagi?" tebak Nile jengah.
Farlan memerhatikan raut Erwin. Tidak. Erwin berbeda. Dia bukan ingin mendapatkan Levi lagi. Senyum miris terlihat di wajah Farlan. Ah, jadi begitu.
"Aku akan mengikutimu. Apa pun rencanamu, Erwin," kata Farlan.
Erwin memandang Farlan kemudian mengangguk. Dia mengeluarkan sebuah ponsel dari sakunya lalu meletakkannya di meja. Ponsel itu menunjukkan foto orang yang mereka kenal. Ia menggunakan topi dan masker di depan sebuah apartemen.
"Apa kau yakin?" tanya Mike sambil mengamati foto orang itu.
"Sayangnya tidak. Tapi, kita harus tetap berjaga-jaga. Mike, aku akan meminta bantuanmu sekali ini lagi untuk mencari Trivia Andromeda," kata Erwin.
"Akan segera kucari," jawab Mike tegas.
Erwin menghembuskan nafasnya. Sorot matanya menajam.
"Levi tidak bersamaku, Zeke pengacara yang tidak mungkin memegang senjata di sana. Nile, kau bisa membantuku dengan melindungi mereka sementara aku mencari yang lain?" tanya Erwin.
"Dalam pengawasanmu," jawab Nile.
Erwin melirik Farlan. Ia berdiri dari duduknya.
"Farlan, kau akan membantuku. Aku akan bertanggung jawab atas Isabel," kata Erwin.
Farlan tersentak. Isabel. Tunangannya. Gadis itu ditemukan meninggal di apartemem Farlan seminggu yang lalu. Farlan berdecih lalu berdiri dari duduknya.
"Aku akan menunggu saat kau menghabisi bedebah itu."
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never or Ever//EruRi
FanfictionSegelintir orang akan percaya pada kebahagiaan yang berlangsung selamanya. Namun, segelintir lainnya bahkan menolak arti kebahagiaan. Jika takdir tidak sedemikian kejamnya, Levi Ackerman akan selalu percaya pada orang yang dikasihinya. Jika takdir m...