19-NoE

806 84 4
                                    

Contains🔞:
Violence
18+ (NSFW-psycho things)
Sex
Murder

Levi mendesah keras saat Erwin memasukkan penisnya ke dalam lubangnya dengan kasar. Tubuhnya yang berkeringat gemetar merasakan penis itu bergerak tanpa menunggunya menyesuaikan diri.

"Aahh! Haahh nghh! E-Erwin tu-tungguh mhh ahh!" pekik Levi.

Levi membusungkan dadanya saat Erwin kembali menyentak penisnya lebih dalam. Erwin menyelipkan tangannya di bawah punggunv Levi.

"Aahh ssh kau seksi sekali Levi. Seandainya kau selalu menurut begini," ujar Erwin sambil mengelus punggung kosong Levi.

Levi menatap Erwin sayu. Dia menggeleng pelan sebelum memejamkan matanya.

"A-ku... nghh ahh! Hahh... bu-bukan pelacur..." isak Levi.

Erwin menghentikan gerakannya. Kekesalan mulai terlihat di wajahnya. Ia menarik penisnya sebatas kepala lalu melesakkannya kembali dalam satu kali hentakan.

"Aaahhkk!" pekik Levi.

Levi secara refleks ingin menjauh dari Erwin, tapi Erwin menahan pinggangnya kuat. Saat mata mereka bertemu, Levi ingin sekali menangis.

Ini konyol. Sangat konyol...

"Hiks..." lirih Levi.

"Pelacur..." gumam Erwin.

Erwin menenggelamkan wajahnya ke perootongan leher Levi. Ia meninggalkan beberapa kissmark di sana sebelum berpindah ke tulang selangka Levi. Disesapnya kulit Levi hingga meninggalkan bekas kemerahan yang tak akan hilang dalam waktu dekat, lalu ia menggeser bibirnya ke lengan mulus Levi yang mungil, mengecupnya sekilas sebelum berpindah ke dada Levi.

"Aku memikirkan itu," kata Erwin.

"Aahh! Hah... E-Erwinhh!" desah Levi tertahan saat Erwin kembali menggerakkan pinggulnya pelan.

Erwin menyesap puting Levi dengan rakus. Tangan Erwin menggenggam penis mungil Levi yang sudah basah dan tegang. Tiga rangsangan di titik sensitifmya membuat Levi tidak bisa melakukan apa pun selain mendesah dan menikmati. Tubuhnya masih berada di bawah pengaruh obat perangsang yang membuatnya lemas dengan sentuhan sekecil apa pun itu.

Kenapa... begini...?

"Kau pelacurku. Hanya milikku," bisik Erwin.

Erwin melepaskan puting Levi sesaat untuk melihatnya basah akan saliva. Erwin memilin puting Levi yang basah dan memerah akibat perbuatannya. Sesekali, ia akan meremas dada Levi meski tahu itu adalah dada lelaki. Bibirnya mengukir senyum tipis tiap kali desahan Levi terdengar.

"Er-winhh aahh haahh~"

"Ya Sayang, sebut namaku," kata Erwin, menikmati suara Levi yang menggoda.

Erwin menyentakkan penisnya semakin dalam. Tak lama, lelaki itu menggerakkannya kasar dan tak beraturan. Tubuh kecil Levi terhentak-hentak seiring dengan gerakan kasar Erwin yang semakin menjadi. Matanya berkaca-kaca, namun hatinya tak menolak.

Erwin... apa yang kau lakukan padaku...?

Air mata turun mengalir ke pipinya. Levi segera membuang wajahnya dan menangis dalam diam di sela-sela desahannya. Ia tidak sanggup melihat wajah Erwin. Hatinya bergemuruh tiap kali ia melakukannya.

"Argh... lihat aku Levi," geram Erwin.

Erwin menangkup pipi Levi, memaksa Levi untuk menatapnya. Tatapan sayu, mata yang dihiasi air mata, bibir yang menekuk ke bawah dan alis yang bertaut. Erwin menampilkan senyumannya. Ia mengangkat tubuh Levi lalu mengubah posisi mereka dengan Levi berada di pangkuannya, membelakanginya.

Never or Ever//EruRiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang