Amsterdam, Amsterdam dan Amsterdam!
Hanya hal itu yang dibicarakan oleh Hyunsuk sejak semalam. Karena tak tega melihat adiknya terus berceloteh, Seunghun pun setia mendengarkan obrolannya sampai pagi buta. Keduanya baru tertidur saat jam dinding di kamar menunjukkan pukul 3 pagi.
Bagi kakak-beradik ini, Amsterdam bukanlah sekedar kota biasa. Mereka beberapa kali pergi ke sana saat kecil untuk menghabiskan liburan sekolah atau akhir pekan di rumah kakek Hyunsuk.
Namun seiring keduanya tumbuh dewasa, mereka tak pernah lagi pergi ke sana. Selain harus membantu ayah dan ibu mengurus restoran, kepindahan sang kakek ke Berlin menjadi alasan lain yang membuat Seunghun dan Hyunsuk tak lagi mengunjungi kota yang hanya berjarak sekitar dua jam saja dari Maastricht tersebut.
Sementara itu, kakek Hyunsuk menetap di Berlin selama beberapa tahun dan membuka sebuah studio lukis, yang mana didasari oleh hobinya yang senang melukis sejak masih muda. Di usianya kini yang telah senja, semangatnya untuk tetap beraktivitas dan berkarya sangat patut untuk diacungi jempol.
Sepertinya darah seni beliau menurun juga pada Hyunsuk. Pemuda ini sudah banyak membuat sketsa, baik berupa gambar wajah orang, pemandangan, ataupun berbagai bangunan di kota. Itulah mengapa ia sering membawa buku skets nya kemanapun ia pergi.
Berbeda dengan Karina, gadis itu cukup sedih karena harus segera mengakhiri liburannya untuk kembali ke Korea. Namun ia juga bersemangat sebab dirinya tak akan pergi ke Amsterdam sendirian. Ia yakin perjalanannya nanti akan sangat seru karena ditemani oleh Seunghun dan juga adiknya.
Setelah melakukan check-out dari hotel, Karina bergegas keluar sambil menarik koper yang berisi pakaian dan juga barang bawaan miliknya. Tak lupa dengan satu ransel berwarna merah marun yang ia pikul di punggungnya untuk menyimpan ponsel, laptop, dompet beserta paspor.
Gadis itu telah menyiapkan sesuatu bagi Seunghun dan juga Hyunsuk. Anggap saja sebagai kenang-kenangan darinya bagi mereka karena telah membuat liburannya di Belanda semakin mengasyikkan.
Mereka bertiga sudah sepakat untuk berkumpul di depan hotel tempatnya menginap sebelum berangkat ke stasiun kereta yang hanya berjarak sekitar 10 menit dengan berjalan kaki.
Karina baru saja mengeluarkan sebuah croissant dari bungkusannya ketika ia menyadari kedatangan dua lelaki yang sudah ia tunggu sejak tadi.
"Oh! Selamat pagi!" sapanya seraya memasukkan kembali kue tersebut ke dalam bungkusannya. "–Kalian sudah sarapan?"
Mereka berdua mengangguk menanggapi pertanyannya.
"Bagaimana denganmu?" tanya Seunghun.
Karina tertawa kecil sambil menunjukkan paper bag berisi croissant yang ia pegang. "I was just about to eat when I saw both of you came- It's alright, aku bisa memakannya nanti di kereta."
"Kita masih punya banyak waktu, kau bisa makan dulu."
"Yep, you can eat first!" Hyunsuk ikut menimpali.
"No, no, seriously it's okay! Aku ingin cepat-cepat memulai perjalanan kita hari ini."
Ia lalu bangun dari tempat duduknya. Matanya membulat kala menyadari kedua lelaki di hadapannya tak membawa barang apapun.
"Kalian pergi tanpa membawa apa-apa?"
"Hm." respon Seunghun.
"I bring something inside this bag though- kamera polaroid dan sketchbook." balas Hyunsuk.
"Oh.. oke!"
"–Kalau begitu ayo kita pergi!"
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention [COMPLETE]
Hayran KurguKarina, gadis yang baru saja menginjak usia 20 tahun itu meninggalkan tanah kelahirannya untuk pergi ke Belanda, tepatnya ke kota Maastricht. Bukan untuk melanjutkan pendidikan atau bekerja, ia pergi ke sana hanya untuk bersenang-senang. Di kota yan...