/5

42 5 0
                                    

Jangan lupa vote dan comment nya!

Selamat membaca 🤪🤪🤪

.

.

.

Jimin seketika terbangun dari tidurnya. Mimpi lampau yang terkesan mencekam kini kembali hadir menghantui dirinya setelah sekian purnama tidak menampakkan diri. Dari sekian rentetan tragedi lawas selalu memunculkan trauma lama pada memori memori nya. Ketakutan, kesedihan, kekecewaan, kehilangan, kebencian menemaninya bersamaan luapan luapan emosi yang ada. Lantas tiga aliran air asin bening lolos begitu saja mencucuri dan membasahi pipi di wajahnya bersamaan dengan jatuhnya tiap bulir keringat dingin di pelipisnya. Tubuhnya pun turut menggetarkan diri menandakan membutuhkan seseorang untuk memeluk dan menenangkannya saat ini juga. Dadanya terasa sesak dan menciut padahal oksigen sudah Jimin raup sebanyak mungkin hingga mengembang kempis dengan ritme yang cepat.

Lantas Jimin membuka kaos yang menutupi tubuhnya kemudian meraih tisu basah diatas nakas dan dengan sigap menggosokkannya dengan kasar pada bahu sebelah kiri. Lembar kian lembar ia gunakan untuk menggesek pundaknya dengan tempo yang terbilang tergesa gesa. Hingga tak sengaja dengan spontan menepis dikala sapaan lembut dari telapak tangan pria di pundak kanan berhasil mengejutkan dirinya.

"Kau kenapa, Jim? Apa ada yang bisa kuban–"

"Kenapa kau bisa ada disini?" potong Jimin begitu saja.

"Aku kebetulan lewat dan kemudian mampir. Apakah salah mengunjungi rumah adikku sendiri?"

Setelah mendengar penuturan dari sang kakak, dengan tergesa gesa dirinya menghapus sisa linangan air mata kemudian menapaki lantai menuju walk in closet. Memilah dan menggapai turtle neck hitam berlengan panjang di disusul jaket jeans biru langit kemudian mengenakannya dilanjut menjauhi torsonya dari hadapan sang kakak. Kunci motor pun sudah dengan nyaman bergelayut manja di genggaman tangan kanan Jimin. Sedang sosok lain yang sedari tadi melihat hanya terdiam membiarkan langkah kaki adiknya meninggalkan dirinya di dalam kamar sekaligus rumah milik sang empu. Beberapa iringan suara ketukan jarum jam menemani dirinya yang sedang terdiam, berhasil diungguli dengan deruman motor Jimin yang mengudara seketika menguasai indra rungu hingga setelahnya terdengar samar samar.

"Kenapa kau selalu menghindariku, Jim?"

"Padahal dulu kita sangat dekat.."

***

Setelah beradu mulut selama beberapa waktu, ketiganya pun menunaikan tungkai kaki nya menuju tempat yang di tuju untuk menuntaskan kegiatan. Jiyoung sudah memapahkan dirinya di hadapan kompor tanam yang menjuntai indah di tengah tengah dapur bernuansa putih toska dengan beberapa peralatan memasak yang tertata rapih dan tentunya beberapa ramyeon yang sengaja di tumpuk tingkat tiga. Jiyoung pun dengan segera menyelamkan ramyeon tersebut didalam luapan genangan air pada panci alumunium yang mulai mendidih, kemudian mengaduknya seraya membubuhkan bumbu ramyeon. Beberapa langkah dibelakangnya Jungkook sedang berkutat diatas meja makan menyiapkan tiga mangkuk keramik bercorak gradiasi langit malam dengan tekun serta beberapa piring untuk meletakkan hidangan tambahan lainnya seperti kimchi dan tteokboki keju yang ia beli saat dijalan tadi. Sedang dari kejauhan terdapat sepasang bingkai mata yang sedang duduk manja di atas sofa empuk sembari berpura pura sibuk membaca buku 'Kiat Jitu Lulus Ujian Perguruan Tinggi Negeri Favorit' padahal tujuan pandangannya mengamati lekat sosok wanita yang sedang memasak ramyeon itu.

"Hyung, kenapa dari tadi kau melihatku terus?" lontar Jungkook meleburkan keheningan yang menggerayangi atmosfir di sekitar ketiganya. Bagaimana tidak sedari tadi hanya ada harmonisasi dentingan mangkuk dan piring serta luapan air mendidih tanpa ada sepatah kata pun keluar dari mulut manusia yang menempatinya. Lantas menegur sosok laki laki dari arah baratnya setelah merasa diamati sedari tadi.

"Apa maksudmu? Apa kau tidak lihat aku sedang membaca buku" balas Taehyung setelah berdehem singkat seraya membenarkan buku dan posisi duduknya.

"Kau punya bakat baru Hyung?" tanya Jungkook yang berhasil membuat Jiyoung kebingungan namun lebih memilih tak mau peduli dan tak ambil pusing kemudian melanjutkan kegiatan memasaknya. Begitu pun dengan Taehyung yang juga merajut ekspresi kebingungan atas pertanyaan Jungkook.

"Kau bicara apa?"

"Kau hebat, Hyung. Sejak kapan kau bisa membaca buku dengan terbalik? Bisakah kau ajari aku caranya?"

Lolosan deheman kedua berhasil keluar dari mulut Taehyung. Merasa ditegur karena ketahuan dengan akting amatirannya lantas tetap menegaskan tubuhnya untuk kembali tenang dan tetap stay cool–katanya.

"Boleh. Lima puluh ribu won tiap jam nya"

"Cih, kau itu tidak pandai berbohong Hyung. Bilang saja kalau kau sedang mengamati Jiyoung Noona"

Oke. Untuk perkataan Jungkook yang satu itu berhasil membuat Jiyoung mematung sejenak bagai kelompok pramuka yang diperintahkan oleh pimpinannya untuk siap grak. Sedang Taehyung pun sudah melongo sembari membulatkan tatapan tidak percaya kepada Jungkook lalu melanjutkan akting cadangan yang sudah disiapkan baik baik oleh nya.

"Jangan mengada ngada, Kook. Aku sedang memainkan hp ku. Hanya saja aku menyembunyikannya dibalik buku supaya aku terlihat rajin" saut Taehyung seraya menunjukkan hp di genggaman tangan kanannya. Sedang Jiyoung tertawa tipis mendengar penuturan konyol Taehyung.

"Cha! Sudah selesai. Kemarilah" tutur Jiyoung sekaligus mengangkat panci berisi ramyeon panas nan lezat lalu memindahkan di atas alas panci pada meja makan yang sudah disiapkan Jungkook.

Sungguh ramyeon panas lebih menggoda nafsu dari apapun dan siapapun, apalagi ketika disantap saat dinginnya malam mulai menyesap setiap bagian inci kulit. Bahkan wanita seksi diluaran sana pun kalah menggiurkannya dari pesona si ramyeon. Lalu setelah ketiganya selesai menjajahkan buntalan duduknya diatas kursi dibawah sorotan sinar cahaya lampu dapur, dengan secepat kilat mereka meraih sumpit di tangan kanan dan mangkuk keramik di tangan kiri kemudian meloloskan suap demi suap ramyeon tersebut untuk dinikmati.

"Waahh. Ramyeon buatanmu enak sekali Noona" ucap Jungkook setengah jelas karena mulutnya dipenuhi ramyeon seraya menunjukkan ibu jarinya dengan mantap yang kemudian dibalas anggukan serta kekehan kecil dari Jiyoung.

"Terima kasih atas makanannya. Selamat makan" tambah Taehyung sembari melengkungkan sedikit senyumnya. Bagaimanapun perdebatan dirinya dengan Jiyoung yang terjadi beberapa saat lalu terus berputar didalam kepalanya, sedikit merasa bersalah kemudian membuat dirinya tak enak hati berharap semoga Jiyoung bisa memaklumkan dan memaafkan dirinya.

"Selamat makan" balas Jiyoung

Sedang Jungkook tak menghiraukan mereka berdua, sumpit di tangannya sibuk dengan gesit mengais tiap untaian ramyeon untuk memenuhi mulutnya lantas menambah personil didalam perut kosong untuk menemani cacing cacing perutnya "Noona, bisakah kau membagikan resepnya padaku?"

"Kkkkk, tentu"

"Ah, aku lupa kita belum berkenalan. Noona perkenalkan aku Jeon Jungkook, adik sepupu Taehyung Hyung" tutur Jungkook sekaligus menyingkap sumpit pada sela sela jarinya untuk memudahkan bersalaman dengan Jiyoung.

"Mwo? Kalian bersaudara? Kukira hanya teman main saja" kejut Jiyoung sembari meraih tangan Jungkook kemudian menyalami dengan lembut.

"Aku tidak seramah dan sepopuler Jimin yang dengan mudah bisa akrab dengan siapapun, apalagi adik kelas" balas Taehyung dengan spontan.

"Itu benar. Buktinya temanmu hanya aku dan Jimin Hyung" ucap Jungkook

"Ternyata tidak terlalu jauh, kau juga sama sepertiku" timpal Jiyoung ditemani air muka mengejek kepada Taehyung untuk membalasnya atas apa yang sempat dilayangkan padanya saat berdebat tadi.

"Kau benar"

-bersambung-


Dadah floryy, wait for me on next chapter as soon as possible! Mwa

Thank you for your vomment :)



Best regards,

Flo.

FROM DUSK TILL DAWN : of my lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang