/6

34 5 0
                                    

Jangan lupa vote dan comment nya!

Selamat membaca 🤪🤪🤪

.

.

.

Mereka pun menyudahi acara makan malam itu setelah senyap menguasai selama tujuh menit lamanya menemani tiga sosok manusia yang sedang sibuk mengunyah diiringi sinkronisasi suara seruputan dan tumbukan kecil antara mangkuk dan sumpit di genggaman yang mengenai permukaan panci. Ah ralat, lebih tepatnya Jiyoung dan Taehyung. Sedang Jungkook masih sibuk meraup makanan instan tersebut yang masih tersisa sepertiga bagian dari volume panci hingga kemudian dirinya pun turut menyelesaikan kegiatannya itu mengingat perutnya juga mempunyai batas kapasitas tertentu.

"Wahhh. Noona, kau memasak berapa bungkus hingga masih tersisa cukup banyak?"

"Hanya empat, Kook" balas Jiyoung setelah tiga tegukan air bening dingin melalui alur kerongkongannya menuju lambung untuk menetralkan sekaligus menyegarkan rasa ramyeon yang masih melekat kuat di lidahnya.

"Tapi kenapa ini terlihat seperti dua kali lipatnya?"

"Ah, aku tidak tau kalau ini ramyeon jumbo. Aku tidak membacanya tadi" tambah Jiyoung setelah membaca kalimat bertuliskan huruf kapital pada kemasan ramyeon itu.

"Tumben sekali si tukang makan jadi banyak protes begini?" timpal Taehyung mengetahui jika adik sepupunya itu selalu kelaparan setiap waktu lantas menjadi kebingungan setelah mendapatkan pemandangan langka seperti ini.

"Ya, Hyung! Ini terlalu banyak, tentu saja perutku tidak muat!"

Spontan Jiyoung dan Taehyung tertawa mendengar penuturan laki laki itu. Bagaimana tidak, jika raut wajah Jungkook sendiri sudah seperti menunjukkan muka muka orang tidak bersalah yang menuntut pembelaan dimana hal itu lebih terkesan lucu bagi keduanya. Hingga kemudian tamu tak di undang entah dari mana menginterupsi manusia didalamnya, menekan tombol bel yang sudah diulangi kali kedua.

Ding Dong

Ding Dong

Maka tak menunggu sampai sosok dibalik pintu itu kembali menekan tombol door-bell apartemennya, lantas kemudian mengamati terlebih dahulu siapa yang mengganggu malam santainya melalui layar intercom yang tepancar tak jauh dari pintu tersebut.

"Siapa Hyung?" tanya Jungkook dengan jiwa penuh keingin tahuan.

"Gawat!"

"Jimin datang!" tambahnya lagi.

***

Cukup lama Jimin berdiri memaku menunggu pintu apartemen yang berada di depannya kini untuk segera dibukakan oleh penunggu di dalamnya. Bahkan durasi yang dibutuhkan lebih lama daripada waktu yang digunakan Jungkook untuk makan. Hingga kedua kaki Jimin pun mulai membagi tugasnya untuk menjadi pusat tumpuan secara bergantian selama beberapa kali–tak tahan jika untuk berdiri tegak terus menerus secara bersamaan mengingat pegal mulai menyerang kedua penyanggah tubuhnya itu. Maka satu lenguhan keras pun berhasil meledak begitu saja diiringi tiupan angin pada pipinya yang menggelembung, mendesak ingin keluar melalui bukaan mulutnya sehingga bagian bawah bibir itu sendiri sedikit menyembul menyamai posisi bibir bagian atasnya. Menatap jam yang terikat indah di tangan kirinya sejenak kemudian menghitung dalam imajinasi otak jeniusnya mengetahui bahwa dirinya sudah menunggu selama lima belas menit lamanya maka memutuskan untuk membawa penyanggah tubuh yang sudah lelah itu untuk pergi. Namun belum genap langkah kaki kanannya memijaki anak tangga teratas tiba tiba terdengar suara dari arah belakangnya, membuat Jimin menolehkan kembali pandangannya menuju sosok lelaki dibalik pintu yang sedang menyeringai tak berdosa.

FROM DUSK TILL DAWN : of my lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang