Jangan lupa vote dan comment nya!
Selamat membaca 🤪🤪🤪
.
.
.
Jiyoung sedang menyimpuhkan diri di balkon ruangan lantai paling atas mansion Park itu. Menyerahkan tubuhnya untuk disanggah oleh pembatas yang ada seraya menghirup dalam dalam udara malam yang terasa sejuk dan segar tanpa dibumbui oleh polusi yang berasal dari exhaust kendaraan maupun kegiatan manusia yang lain. Menyeka permukaan kulit lengannya berulang kali dengan telapak tangan bermaksud mencari sedikit penawar dari hawa malam hari yang terasa lebih dingin dari biasanya.
Suasana pegunungan selalu menjadi yang paling favorit bagi Jiyoung. Kata damai dan jauh dari padatnya aktivitas perkotaan setidaknya berhasil menjadi penenang jiwanya yang lelah dari segala tuntutan dan kesibukan yang meraung raung memanggil nama sang empu di luar sana. Menjadi obat walaupun sesaat. Memirsa objek lingkaran yang menggantung elok di atas gelapnya langit dengan iris coklatnya.
Sendiri, bebas, dan sepi.
Menguasai hamparan langit yang luas tanpa ada sesiapa yang menemaninya. Tanpa gemerlapan bintang, tanpa halangan awan kelabu. Bulat penuh dengan pancaran sinar khas nya sedikit mampu menerangi kelamnya hamparan angkasa. Tangan kanannya yang sedari tadi memegang gelas, ia dekatkan pada gumpalan ranum tipis merah muda nya. Menyesap air bening itu sedikit demi sedikit. Rupanya makan malam kali ini membuat kerongkongan Jiyoung membutuhkan penetrasi lebih banyak dari sebelum sebelumnya. Hingga sebuah tangan lain terjulur didepannya dengan sebuah baju hangat yang mengisi genggaman tangan yang sedikit berotot itu.
"Pakai sweater ku. Ini sudah malam, cuacanya jadi lebih dingin" kata Jimin.
Jiyoung meraih serat kain yang menyusun baju hangat berawarna abu abu itu sambil tersenyum simpul "Terima kasih"
"Hmm" gumam Jimin lalu melanjutkan "Sedang memikirkan apa?"
"Tidak ada"
"Bohong sekali. Kau terlihat melamun sejak tadi" ucap Jimin tidak percaya.
Seketika Jiyoung menolehkan pandangannya pada presensi manusia di sebelah kanannya itu "Kau memantauku yaa?"
"Hanya menebak nebak" sahut Jimin singkat sembari menyandarkan punggung nya pada pembatas balkon―berlawanan arah dengan Jiyoung yang saat ini menatap apapun yang ada didepan sana.
"Tidak usah ku ceritakan juga pasti kau sudah tau" jawab Jiyoung yang hanya di balas anggukan paham oleh lelaki di sebelahnya.
"Apa kau tidak mau bertanya apa yang sudah ku bicarakan dengan Appa tadi?" tawar Jimin seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Aku rasa itu privasi" jawab Jiyoung sekaligus meletakkan gelas yang sudah kosong itu di nakas terdekat.
"Bahkan hal seprivasi ukuran boxer ku kau sudah tau" balas Jimin seraya mengendikkan bahu santai. Sangat santai. Sedang Jiyoung yang mendengarnya otomatis memejamkan kelopak mata nya sejenak sembari menghembuskan nafas penuh kejengahan.
"Ck, Jimin! Sudah kubilang hari itu aku sedang mencari flashdisk ku yang hampir saja kau hilangkan!" jelas Jiyoung pada sahabatnya ini dengan tatapan tajamnya.
"Kkkk. Lagipula kenapa harus mencari di dalam lemari pakaian dalamku sih, Ji?" tanya Jimin sedikit heran.
"Buktinya aku menemukan flashdisk ku disana! Kau ini yang aneh! Kenapa harus menyimpan flashdisk ku bersama kolor kolormu itu?!" jelas Jiyoung lagi memberi pengertian dengan nada yang sedikit di tekankan dan oktafnya yang naik satu tingkat lebih tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FROM DUSK TILL DAWN : of my life
Fanfiction[ON GOING STORY] "Aku ingin menjadi ombak yang hangat, tapi kenapa aku tidak mengenal bahwa kamu adalah Samudra" BTS - Best of me start : 250221 Note : Cerita yang ditulis tidak sesuai menurut aturan PUEBI Object cover by @darr_choi