/23

23 8 1
                                    

Jangan lupa vote dan comment nya!

Selamat membaca 🤪🤪🤪

.

.

.

Sudah tiga hari berlalu semenjak ujian nasional yang digelar oleh seluruh sekolah menengah atas yang ada di Korea Selatan itu berakhir. Pihak sekolah pun turut memberikan kebebasan selama itu bagi para murid akhir kelas dua belas yang baru saja dapat bernafas lega setelah berperang dengan lembaran yang dipenuhi soal soal memuakkan. Tak mau menyia nyiakan, Jiyoung mengambil kesempatan itu untuk beristirahat di dalam kamar. Melancarkan aksi balas dendam terhadap waktu yang selalu mengganggu dan mengusik serta mengacau jam tidurnya belakangan ini. Bersantai dan bermalas malasan pada pagi hingga siang hari. Walau sesekali mau tak mau tubuhnya harus bangkit karena pihak sekolah yang membuat pengumuman tiba tiba melalui ketua kelas.

Jika kemarin dirinya harus terpaksa repot repot memakai seragam sekolah selama tak sampai satu jam―hanya untuk sebuah acara mengembalikan buku ke penjaga perpustakaan, beda halnya dengan apa yang akan terjadi pada hari ini. Jantungnya bagaikan sedang berpesta di dalam sebuah klub dengan musik yang diputar pada volume paling keras. Telapak tangannya terasa basah dan dingin seakan baru saja menggenggam sekepal bola salju yang hendak mencair padahal cuaca di luar sedang panas panasnya. Bumi selayaknya gonjang ganjing menggetarkan kedua kakinya yang sedari tadi bergerak tak karuan diatas penumpu kayu bawah meja taman belakang.

Kendati bukan menenggak habis air bening berkarbonasi pada kaleng yang sudah dibuka, dirinya malah menggerogoti tiap centi kuku jari kelingking kirinya. Siapapun pasti akan tahu tentang seberapa cemas air muka yang Jiyoung tunjukkan pada wajah cantiknya. Jiyoung gugup. Sangat gugup. Terlihat empat angka pada layar gawainya mengatakan jika waktu tersisa tiga puluh menit lagi sebelum yang ditunggu tunggu akan menampakkan diri. Iya, hasil ujiannya akan keluar sebentar lagi. Setengah jam lagi. Merajuk segala asa dan semoga yang baik baik atas kemungkinan yang akan menghampirinya sebentar lagi walau sebelumnya ragu dan pasrah sempat bertemu di waktu yang sama didalam benaknya. Tidakkah dunia terlalu berlebihan jika kali ini nasib buruk yang lagi lagi ia dapatkan?

Ting!

Tiba tiba dentingan notifikasi yang berasal dari benda digital itu menyajikan pop-up pesan dari sahabatnya.

'Hasilnya sudah keluar dan diumumkan di mading utama sekolah'

'Aku masih ada urusan di perpustakaan bersama Taehyung'

'Kau duluan saja, nanti aku menyusul bersama Hyeji juga'

Oh, sudah waktunya ya?

Entah terlalu asyik terbuai di alam bawah sadarnya sampai sampai tak terasa sudah tiga puluh menit sudah ia gunakan hanya untuk melamun belaka. Mengempiskan dada dan meraup udara sejuk pagi hari lalu menahannya selang beberapa sekon setelahnya menghelakan nafas cukup berat. Menyimpan gawai pada saku kemudian beranjak dari duduknya. Mengambil langkah berat dan menyusuri lorong sekolah yang menghubungkan taman belakang dengan loby utama sekolah ini. Terlihat dari kejauhan beberapa teman seangkatannya turut berkerumun di satu titik yang sama. Mengurutkan nama dengan jari telunjuk lalu berhenti pada sisi tertentu dan berteriak heboh setelahnya. Walau tak jarang sesekali irisnya temukan mimik mimik datar sekaligus tidak puas pada beberapa wajah kerabatnya.

Satu langkah.

Dua langkah.

Tiga langkah.

Dan kini sampailah Jiyoung turut mengerumuni titik itu. Torsonya masih terbelakangi oleh punggung punggung yang terbalut dengan jas berwarna sama yang seperti ia kenakan. Kendati mata normalnya tetap tak bisa membaca dengan jelas ratusan daftar nama yang terlampir pada lembar putih dari jarak yang dipijaknya kini. Lagi lagi hembusan nafas kasar keluar dari lubang hidung dan bukaan mulutnya. Menunggu momen yang pas hingga berikutnya sang kaki mengambil ancang ancang untuk melangkah mendekat. Butuh empat langkah dan pendirian yang kuat berjaga jaga agar tubuhnya tak jatuh terhuyung akibat dorongan dari tubuh teman temannya. Ramai dan heboh nya bak mengalahkan ibu ibu kompleks yang sedang antusias saat antri sembako gratis. Jiyoung pun mengembalikan fokusnya pada takdir yang ada di hadapannya ini. Menengadahkan kepala dan arah pandangnya pada kertas putih itu. Membaca judul yang dicetak dengan huruf kapital tebal di bagian paling atas. Hingga setelahnya batinnya mengeja nama yang mengisi baris paling atas. Dan seperti biasa kali ini dugaannya tidak meleset. Tetap sama.

FROM DUSK TILL DAWN : of my lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang