/11

28 5 0
                                    

Jangan lupa vote dan comment nya!

Selamat membaca 🤪🤪🤪

.

.

.

Jimin melenggang menyamakan langkah dengan seseorang disebelah sisinya untuk menyusuri sepanjang lorong yang cukup lebar pada bangunan megah tempat ia mengenyam pendidikan menengah atas. Menggenggam halus dan hangatnya sebuah telapak yang jari jarinya menyatu erat dengan sela sela tangan kanan milik Jimin yang sedikit menampilkan tonjolan nadi. Sekilas menoleh ke arah sang empu seraya menarik senyum simpul manisnya. Meraung raung dalam batinnya akan keindahan bulu mata yang lentik, hidung mancung, dan polesan bibir merah tapi terkesan natural dengan ukuran tak terlalu tebal ataupun tipis–yang terlihat jelas dari samping. Memuja bentuk dan susunan wajah yang sangat pas dan proporsional itu. Cantik. Sangat cantik.

Terbersit sepucuk ingatan tentang memori semalam saat keduanya saling memeluk erat menyalurkan kehangatan dibalik tebalnya selimut–berlindung dari kegelapan dan dinginnya suasana malam yang mencoba merayap menyentuh setiap sentimeter permukaan kulit. Merengkuh dan membawanya dalam dalam tanpa merubah posisi sedikitpun, bersama sama melalui indahnya malam yang terasa singkat bagi Jimin.

Perlahan meraih gagang pintu lalu menyibak kemudian melewati bingkaian pintu kelas melepas tak rela genggamannya lanjut menapakkan kakinya ke tempat duduk setelah sedikit mengusak sayang surai panjang sang kekasih.

"Belajar yang rajin. Aku akan menemuimu saat jam istirahat nanti" ucap Jimin tersenyum sekilas hingga melanjutkan langkahnya kembali menjauh menuju ruang kelas yang ditempatinya.

Iya. Jimin dan Hyeji memang berada dalam kelas yang berbeda sejak kelas sepuluh. Sudah menjadi kebiasaan sehari hari bagi Jimin untuk mengantar Hyeji ke kelasnya yang terpisah dua bilik dari kelas Jimin. Memang hanya dua kelas yang ia papas tetapi tak menampik jika jarak yang ditempuh lumayan cukup untuk menghabiskan semangkok ramyeon hangat, mengingat setiap ruang memiliki luas tak main main. Melewati deretan kelas di kanan dan kirinya yang berjejer rapih dalam kawasan ruangan para senior tingkat akhir sekolahnya–alias siswa siswi kelas dua belas, murid akhir tahun yang penuh lingkaran hitam mata panda karena begadang akan cobaan dan rintangan ujian sekolah yang bertubi tubi. Menyebut beberapa nama dengan ramah tiap kali berpapasan dengan teman teman seangkatannya yang berbeda kelas. Sudah berparas tampan, berotak cerdas, bergelimang harta, berhati lembut, rendah hati serta ramah pula. Lalu, apa kekurangan seorang Park Jimin? Jawabannya hanya satu. Tidak bisa kamu miliki.

Ah, tolong Jimin katakan lagi kepada penulismu untuk jangan terlalu banyak berceloteh ria apalagi hal yang jelas jelas tidak penting dan tak ada sangkut pautnya dengan cerita ini. Bukan maksud apa, pasalnya ini sudah mencapai empat ratusan kata. Curahan hati seorang fangirl bucin lebih baik dilanjutkan di tempat lain saja. Sekian, terimakasih.

Lalu bagaimana Jimin dan Hyeji bisa menjalin hubungan jika keduanya tidak dalam satu ruangan?

Singkatnya ini bukan jaman purba.

Semua orang pasti tahu dan pandai mengoperasikan kecanggihan teknologi yang semakin melesat tiap waktunya. Ditambah lagi fasilitas dan performa sekolah yang sungguh maksimum dalam berbagai hal. Mulai dari tenaga pengajar, sistem pendidikan, fasilitas belajar, semuanya dipersiapkan dengan sangat mendetail demi kelancaran kegiatan belajar mengajar. Dengan harapan lahirnya prestasi yang kian menumpuk memamerkan keanggunan dirinya pada jajaran trophy yang kian memadat di lemari etalase lobi sekolahnya. Maklum saja, karena sekolah ini merupakan salah satu dari sekian sekolah Internasional yang berada di Korea Selatan. Hanya saja, perbedaan antara sekolah yang Jimin dan Hyeji tempati memang cukup mencolok dibandingkan dengan sekolah sekolah lain. Bahkan sekolah ini pun berhasil di nobatkan menjadi satu satu nya sekolah terbaik selama sepuluh tahun berturut turut dengan kualitas pendidikannya yang mampu bersaing dengan sekolah sekolah di benua Amerika dan Eropa.

FROM DUSK TILL DAWN : of my lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang