/24

18 7 1
                                    

Jangan lupa vote dan comment nya!

Selamat membaca 🤪🤪🤪

.

.

.

Seokjin membolak balikkan buku menu dengan warna putih yang mendominasi sembari sesekali telunjuk kanannya membenahi posisi kacamata yang bertengger di pangkal hidungnya. Sibuk membaca dan memilih menu makanan yang akan dipesannya sebagai hidangan makan siang. Mencermati setiap kata yang menyusun serangkaian menu itu seraya membayangkan dalam awang awang imajinasinya mengenai kemungkinan bentuk dan rasa yang tercipta. Terlalu larut hingga tak menyadari presensi orang lain yang baru saja kembali dari kamar mandi disana.

"Kau mau memesan apa, Jim?" tawar Seokjin langsung ketika Jimin sudah memposisikan bokongnya nyaman pada kursi kayu berwarna putih itu. Kendati memilih kursi yang ada didepannya meski dua kursi lain turut mengitari meja yang ditempati keduanya.

"Samakan saja" balas Jimin singkat tanpa menoleh.

Seokjin yang mendapat jawabnya seketika memanggil waitress restoran itu dan mengucapkan beberapa nama menu yang telah ia putuskan sebelumnya. Menimang nimang serta meyakinkan diri atas potensial yang terlihat melalui sajian gambar dan juga harga yang tertera lumayan cukup untuk menguras sisa uang cash yang ada di dalam dompet hitamnya. Maklum saja, Seokjin sangat jarang menggunakan uang lembaran melainkan black card yang selalu ia bawa kemana mana. Hendak memprotes jika nantinya lidah yang mengecap rasa itu bahkan tidak memenuhi batas standar seleranya. Memang salah Seokjin sedari awal tidak memilih restoran yang dikelola sang Ibu saja sebagai destinasi memanjakan lidah serta pemenuh lambung yang sudah terasa kopong di siang hari. Ingin mencari dan mencoba suasana baru yang sepertinya memang tak ada yang lebih memuaskan di banding sistem yang ia terapkan pada restoran sang Ibu sekaligus Hotel Presidential Suit miliknya.

 Ingin mencari dan mencoba suasana baru yang sepertinya memang tak ada yang lebih memuaskan di banding sistem yang ia terapkan pada restoran sang Ibu sekaligus Hotel Presidential Suit miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terhitung sudah lebih dari tiga puluh menit hidangan itu baru tersaji sempurna diatas meja kayu lingkaran itu. Cukup lama menunggu untuk ukuran pengunjung yang tak terlalu ramai. Sangat payah―batinnya.

Dua manusia itu pun langsung berancang ancang mengambil pisau daging pada tangan kanannya. Memotong dan mengiris pasti lalu menusuknya dengan garpu yang ada digenggaman tangan kiri. Menikmati rasa yang tak terlalu buruk tanpa sepatah kata pun keluar dari keduanya yang sedang sibuk mengunyah. Mungkin hanya bagi Jimin, karena sebenarnya Seokjin sangat ingin berbicara dan mengobrol santai dengan adiknya itu walau tak benar benar yakin dengan sikap yang masih terlalu dingin kepadanya.

"Oh iya, aku mendapat kabar kalau hasil ujianmu sangat memuaskan. Selamat ya, Jim" lontar Seokjin membuka percakapan itu.

"Terimakasih" jawab Jimin singkat hingga berikutnya kembali melanjutkan acara makan siangnya.

FROM DUSK TILL DAWN : of my lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang