/2

73 8 0
                                    


Jangan lupa vote dan comment nya!

Selamat membaca 🤪🤪🤪

.

.

.

Sang surya yang sedari tadi mengawani kedua insan tersebut seakan turut mengamati mencoba meraup apa yang sebenarnya terjadi, sembari menyorotkan semburat sinar cahaya keoranyean–pun turut menenggelamkan diri pada sisi bumi. Bak seorang anak kecil yang gemetar menahan diri agar cairan beraroma pesing dari balik celananya tidak mengguyur membasahi tempat tidurnya–takut dan was was jika wanita berbaju putih dengan surai yang tergerai memanjang hingga perpotongan pinggang ditambah dengan wajah pucat menyeramkan, tiba tiba memunculkan diri dari belakang pintu kamarnya. Begitu pun dengan sang surya yang seakan mengerti mencoba menyembunyikan diri pada sisi bumi bagian barat–takut dan tak kuasa melihat air muka yang tergambarkan pada raut wajah cantik Jiyoung saat ini.

Sementara itu Jimin berhasil menggambarkan seri muka was was kebingungan pada wajah tampan tegasnya. Sungguh Jimin hanya mengutarakannya secara terang terangan tanpa ada setitik dusta sedikitpun kepada sahabatnya ini. Dia hanya menuturkan apa yang ada di benaknya tanpa melebih lebihkan ataupun melebay lebaykan. Jika Jimin ditempatkan pada kursi alat pendeteksi kejujuran–pun akan berkata demikian, karena memang seperti itulah adanya.

Maka sekelibat rasa bersalah pun berhasil lolos menyeruak pada dirinya saat Jiyoung mulai menengadahkan kembali kepalanya, lanjut beranjak melangkah bertolak diri menjauhinya–entah memang karena keinginannya atau sengaja agar bisa meloloskan diri dari rengkuhan Hyeji yang muncul tiba tiba hendak melangkah kearahnya.

"...........eooh? Jiyoung-ah kau mau pergi kemana?"

Hyeji mematung kebingungan mendapati sosok yang berhadapan dengan Jiyoung ternyata merupakan bayang yang ia cari sedari tadi. Jimin pun membalik badan seraya berjalan kearahnya lanjut meraih lengan kanan Hyeji "Maaf tadi aku ada urusan dengan Jiyoung. Ayo pulang ini sudah sore, aku akan mengantarkanmu"

***

Hyeji menikmati semilir desiran angin yang menimpa wajahnya sembari melingkarkan lengannya kuat kuat mengitari pinggang Jimin. Mendaratkan buntalan duduknya diatas kuda besi milik Jimin dengan corak keren sembari meletakkan kepalanya manja diatas punggung Jimin, merupakan hal favoritnya setelah sepulang sekolah. Apalagi ditambah besi bergerigi itu merupakan barang Limited Edition–hanya ada 50 di Dunia, menambahkan rasa bangga dan beruntung padanya sendiri yang menyandang gelar sang kekasih. Hyeji pun menuruti perkataan Jimin untuk segera pulang.

Jika kalian mengira Hyeji baik baik saja, kalian salah besar. Rasa keheran heranan kekepo kepoan berhasil bersua memenuhi bilik otak dan pikirannya saat ini. Entah apa yang terjadi pada Jiyoung dan Jimin, Hyeji rasa ada hal yang tidak benar diantara keduanya. Ditambah Jimin yang hanya diam saja sedari tadi seakan akan tidak menganggap Hyeji ada didekatnya saat ini. Hingga beberapa selang waktu kemudian mereka berdua tiba di tempat tujuan–depan rumah Hyeji.

"Gomawo, kau tidak mampir dulu?"

"Tidak usah Hye, aku akan langsung pulang saja" tutur Jimin sangat halus seraya melengkungkan kedua sudut bibirnya keatas.

Selepas Hyeji menuruni kuda besi miliknya, Jimin berancang ancang untuk kembali mengarahkan kuda itu agar kembali mengecai jalur aspal jalanan. Akan seperti itu harapnya jika saja Hyeji tidak mengeluarkan suara lagi dari bibir indah miliknya.

"Jim, bagaimana kalau nanti malam kita pergi ke bioskop?"

Sungguh saat ini Jimin hanya ingin pulang ke rumahnya, melabuhkan torsonya diatas ranjang empuk berserat berwarna abu abu kehitaman lanjut menyelimuti dirinya. Ditemani dengan beberapa lantunan irama lagu kesukaannya yang menyusup manja pada indra rungu sang empu. Berharap rangkaian kejadian tak terduga hari ini tidak akan berkelanjutan.

"Maaf Hye, aku tidak bisa. Mari kita lakukan lain kali saja, hmm?"

***

Sebenarnya apa yang terjadi dengan Jiyoung dan Jimin? Mengapa sedari tadi dia hanya diam saja? Apa Jimin tidak akan menceritakannya padaku? Tidak, tentu saja dia tidak akan memberitahukannya. Apakah aku langsung bertanya ke Jiyoung saja? Tetapi dia tidak membaca ataupun membalas pesanku dari tadi.

"Menyebalkan" gumamnya lirih seraya meraih potongan keripik berbentuk segitiga sisi berbalut hamburan keju lanjut meloloskannya ke dalam mulut untuk dikecap dan dinikmati.

"Kenapa?"

"Bukan urusanmu, oppa"

Sedikit terbelalak karena keluhnya ternyata terdengar oleh sang kakak yang entah sejak kapan­ ada di sampingnya–sama sama menginjakkan diri diatas sofa empuk sembari menonton tayangan K-Drama.

"Aku punya salah apa sih, baru pulang sudah kau omeli"

"Aku tidak mengomel kepada oppa"

"Lalu?"

"Aku mengomel padaku sendiri"

"Gila" Namjoon melambankan ucapannya selirih mungkin agar sang adik tidak diam diam menghunuskan pisau dapur kepadanya saat itu juga­­–bisa bisa dia sekarat. Bukan malah mendapatkan penghakiman dan omelan lainnya, Namjoon malah mendapati Hyeji yang berdiri beranjak menjauhinya, menuju kamar tidurnya.

"Aku ingin bersiap – siap, aku mau ke perpustakaan"

"Bersama siapa?" ujar Namjoon lanjut menambahkan "Jimin?"

"Sendiri"

"Mau oppa temani?"

"Tidak usah"

"Heol, yasudah kalau begitu"

-bersambung-


Dadah floryy, wait for me on next chapter as soon as possible! Mwa

Thank you for your vomment :)



Best regards,

Flo.

FROM DUSK TILL DAWN : of my lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang