Jangan lupa vote dan comment nya!
Selamat membaca 🤪🤪🤪
.
.
.
Setelah tiga tahun, inilah saat saat dimana perjuangan Jiyoung lagi lagi di uji pada sebuah lembar kertas. Hanya tinggal satu langkah lagi menuju garis finish kehidupan masa sekolah menengah atasnya yang sebentar lagi usai. Bertarung untuk yang ke sekian kalinya demi mencapai kepuasan yang di damba damba oleh sang Ayah. Kendati sempat pasrah dan meragu karena tak yakin jikalau ujian kali ini dirinya dapat mengalahkan skor yang akan didapati Jimin nantinya.
Lingkungan sekolah yang biasanya ramai dipenuhi siswa siswi, kini hanya tersisa kira kira sebanyak sepertiga. Meliburkan pelajar kelas satu dan dua selama tiga hari kedepan dengan tujuan mencari suasana yang tenang dan kondusif untuk membantu fokus saat mengerjakan ujian nanti. Duduk bersandar dengan nyaman pada sebuah kursi yang di sediakan tak jauh dari ruang ujiannya. Menyedot teguk demi teguk susu strawberry sembari sibuk membaca ulang dan mengingat ingat isi dari buku yang berada di tangan kirinya. Terlihat sangat tenang dan santai dengan kaki kiri yang dinaikkan menumpu pada paha yang lain. Namun siapa sangka jika melodi yang mengalir melalui earbuds yang menancap lekat pada masing masing lubang gendang telinganya itu menandakan sebagai penenang diri yang sejujurnya sedikit gugup. Ratusan kalimat pesimis berawalan 'bagaimana jika' yang sedari tadi bersemayam di dalam relung batinnya tak henti hentinya meraung raung dan berteriak. Membuatnya semakin gugup setelah mendapati botol minuman di tangan kanannya sudah kosong tak bersisa. Membuang pada tempat sampah yang dekat dengan jangkaunnya setelah berikutnya melepas kedua earbuds pada telinganya itu. Berniat mencari sedikit ketenangan seraya menarik dalam dalam nafasnya lalu melenguhkan perlahan lahan udara yang hendak keluar. Menormalkan kedua kakinya dengan telapak tangan diatas paha yang entah sejak kapan bergerak tak nyaman. Merapalkan dan meyakinkan dirinya dengan beribu ribu kata kata semangat.
Bahwa Jiyoung pasti bisa.
Bahwa Jiyoung pasti bisa menghadapi dan menyelesaikan ujian nasional dengan lancar.
Bahwa Jiyoung pasti bisa mendapatkan hasil yang memuaskan usahanya selama ini.
Bahwa Jiyoung pasti bisa menentukan jalan hidupnya kedepan nanti tanpa campur tangan sang Ayah lagi.
Bahwa Jiyoung pasti bisa hidup dengan bebas.
Bebas.
Kebebasan.
Mendengar kata nya saja sudah berhasil menciptakan genangan air yang mulai memenuhi iris bola matanya. Sebuah kata yang menjadi tujuan terbesarnya kelak. Menikmati hidup tanpa perintah dan tekanan yang berasal dari Ayah nya. Berjalan dengan anggun diatas pilihan yang ia buat sendiri. Nanti.
Kriiinggg
Jiyoung sedikit tersentak. Sejenak memastikan angka digital pada jam yang melingkar di tangan kirinya. Benar, ini sudah tepat jam tujuh lebih tiga puluh menit. Berdiri dari duduknya lalu merapikan seragam yang di kenakan sebelum tungkai kakinya melangkah menuju ruang medan perang. Bertempur dan bergelut ria bersama lembaran kertas dan juga ratusan kalimat menyulitkan pada soal yang terpampang di laptop selama tiga jam kedepan. Terlihat tak satupun wajah yang di kenalnya berada pada atap yang sama. Iya. Ujian Nasional kali ini dilakukan dengan sistem acak pada setiap murid yang akan menempati ruangannya. Meski tak sempat bertemu, Jiyoung sempat melihat pada mading papan pengumuman bahwa dirinya terpisah kelas baik dengan Jimin maupun Taehyung. Sedangkan takdir sepertinya memang akan selalu mempertemukan Jimin dan Hyeji karena mereka yang berada pada satu ruang yang sama.
Mengecek satu per satu dan menyita benda elektronik apapun yang di bawa supaya tidak terjadi kecurangan dalam ujian. Berisi lima belas siswa siswi dengan empat penjaga yang berdiri di masing masing sudut ruangan serta seorang guru yang duduk pada bangku yang telah disediakan. Menandatangani daftar hadir kemudian duduk pada bangku yang sesuai dengan nomor urutnya.
Jiyoung tak bosan bosannya berdoa hingga suara dari wanita paruh baya yang ada di depan menyuruh para siswa untuk mulai mengerjakan ujiannya itu.
"Read the rules and instructions on the second page. Those who violate the rules will be punished accordingly. You have three hours to take the exam. Congratulations and good luck!" ujarnya yang spontan membuat para siswa membalik kertas soal yang telah dibagikan. Ada yang mengerjakan soal esay terlebih dahulu, ada pula yang sibuk memfokuskan pikirannya pada pertanyaan pertanyaan yang ada pada laptop.
Jiyoung berhasil menyelesaikan empat puluh soal pilihan ganda selama dua jam lamanya. Kini tangan kanannya dengan cekatan mengambil sebuah pena. Membaca tulisan berbahasa inggris itu dan memahami maksud yang dipertanyakan. Mulai menorehkan tintanya pada lembar putih yang kosong. Mengerjakan dengan sangat teliti dan fokus. Menyelesaikan sembilan soal lainnya dengan waktu yang akan berakhir tiga puluh menit lagi.
***
Ujian hari pertama sukses berlalu. Terlihat Jiyoung yang tampak lemas dan kacau duduk pada sebuah bangku yang terletak di sudut kantin. Menatap kosong objek yang ada didepannya sembari mengaduk ngaduk tanpa tujuan minuman coklat berkarbonasi itu. Meskipun dirinya berhasil menyelesaikan ujian dengan sisa waktu yang ada, tetap saja bayang bayang soal bertaraf internasional dengan tingkat kesulitan yang menjadi lebih susah untuk dijamah itu mengerubungi pikirannya. Sedikit mengira jika usahanya belum mencapai kata maksimal pasalnya ia tak memiliki waktu yang cukup untuk mengecek ulang jawabannya. Takut takut jika memilih jawaban yang salah serta ceroboh karena fokus yang tiba tiba mengabur. Walaupun Jiyoung sudah yakin betul jika segala atensinya benar benar berpusat pada soal soal yang terpampang nyata di hadapannya. Seketika menyadarkan lamunannya sendiri dan menghabiskan minuman soda yang mengisi sebanyak setengah dari volume wadahnya. Mengecek singkat ponselnya namun tak ada notifikasi satupun yang muncul. Memilih memasukkan lagi ke dalam tasnya setelah mengirim sederet pesan singkat pada supir keluarga Lee untuk datang menjemputnya. Berdiri dengan cepat cepat lalu beranjak pulang menuju rumah untuk lagi lagi mempersiapkan materi yang akan diuji esok harinya. Berjalan menyusuri tiap meja meja kantin yang beberapa dintaranya terlihat dipenuhi oleh sekumpulan siswa lelaki dan perempuan seangkatannya yang mungkin saja berada dalam satu circle pertemanan. Berpikir masa bodoh lalu kembali melirik tas bawaannya memastikan tak ada yang tertinggal. Matanya jelas jelas tak fokus pada jalan yang ditapaki. Membuat tubuhnya bertabrakan dengan seseorang yang juga sibuk dengan gawainya.
"Aduh, maaf maaf" gaduh Jiyoung menyentuh dahinya yang menabrak dada orang itu.
"Eoh, Tae?" ucap Jiyoung lagi setelah mendongak dan menyadari bahwa sosok itu ia kenal dengan jelas.
"Ah, kau tidak apa apa? Maaf, aku ceroboh sekali memainkan ponsel saat sedang jalan" sesal Taehyung dengan mimik khawatir mendapati Jiyoung yang mengerutkan dahinya.
"Tentu" balas Jiyoung singkat.
"Kau mau pulang ya? Ku antarkan saja, bagaimana?" tawar Taehyung menebak nebak tepat sasaran.
Tunggu dulu.
Sejak kapan Taehyung berlaku menjadi lembut seperti ini pada Jiyoung?
Bukankah Taehyung dengan mode aneh dan menyebalkan selalu ia aktifkan jika bersama Jiyoung?
Lalu mengapa kali ini tidak lagi?
"Jika tidak merepotkanmu" kata Jiyoung dengan gamblang tanpa ada alasan untuk menolak sama sekali. Mengutus kembali supir keluarganya itu melalui pesan yang dikirim kali kedua dengan konteks yang berbanding terbalik dari sebelumnya. Membuta seakan tak peduli jika bisa saja supir utusan keluarga Lee itu sudah sampai setengah jalan. Dan entah kenapa juga Jiyoung menjadi seperti ini.
Ada apa dengan mereka berdua?
-bersambung-
Dadah floryy, wait for me on next chapter as soon as possible! Mwa
Thank you for your vomment :)
Best regards,
Flo.
KAMU SEDANG MEMBACA
FROM DUSK TILL DAWN : of my life
Fanfic[ON GOING STORY] "Aku ingin menjadi ombak yang hangat, tapi kenapa aku tidak mengenal bahwa kamu adalah Samudra" BTS - Best of me start : 250221 Note : Cerita yang ditulis tidak sesuai menurut aturan PUEBI Object cover by @darr_choi