/16

23 6 0
                                    

Jangan lupa vote dan comment nya!

Selamat membaca 🤪🤪🤪

.

.

.

Canggung.

Lagi.

Namun kali ini sensasinya terasa lebih dahsyat daripada saat mereka berempat tadi. Sepertinya ini baru kali pertama bagi sepasang sahabat itu saling diam tak melontarkan kata. Bahkan saat keduanya bertengkar pun tetap akan saling balas membalas melalui cubitan pada lengan dan perut oleh Jiyoung dan gelitikan maut oleh Jimin lalu berakhir dengan gelak tawa yang memenuhi seisi ruangan dan memilih untuk berdamai. Sesimple itu. Tapi kali ini sepertinya tidak mudah bagi Jimin. Ketara sekali lewat raut wajah dan matanya yang sedari tadi sibuk mencari objek entah apa untuk ditatapnya―yang jelas bukan wanita didepannya itu.

"Heol, kau itu benar sahabatku bukan, sih?" Jiyoung memecah suasana. Muka nya sangat berkebalikan dari Jimin. Santai, sangat santai.

Jimin tak membalas, hanya menoleh dan menunjukkan ekspresi bingung penuh tanda tanya.

"Aku tidak masuk sekolah dua hari, dan sahabatku yang baik hati ini sama sekali tidak bertanya tentang itu?" tanya Jiyoung lagi dengan sedikit sindiran disana.

"Ya, seharusnya aku yang bicara seperti itu! Kenapa kau tidak memberitahuku jika kau tidak sekolah, Ji?" Jimin terpancing. Enak saja Jiyoung main menyalahkan dirinya seperti itu! Padahal dari dulu keduanya sudah sepakat untuk mengabari satu sama lain jika terjadi sesuatu.

"Memangnya masuk akal jika aku tetap mengirim pesan kepadamu di saat seperti itu?" tanya Jiyoung sembari menyangkut pautkan hal yang terjadi akibat hari itu.

"Tetap saja kau harus mengabariku! Mungkin aku tidak akan pernah tahu jika bukan Taehyung yang memberitahuku. Sahabatmu itu aku atau Taehyung, sih?!" Jimin sedikit kesal lantaran sahabat dari kecilnya itu baru kali ini tak mengabarinya. Ya walaupun Taehyung hanya mengetahui sebatas urusan keluarga melalui surat izin yang dikirim oleh keluarga Lee, tetap saja Jimin merasa tersaingi! Itu tidak adil!

"Kkk, mian. Sudah sudah, wajahmu sangat menggemaskan saat marah" goda Jiyoung.

"Selama ini kau tidak menyadarinya jika aku memang menggemaskan?" sahut Jimin yang sekarang sudah merubah air mukanya menjadi sok imut tetapi tetap cool.

"Hmm, aku sangat gemas. Sampai sampai rasanya aku ingin menonjok muka jelek yang semakin jelek saat marah itu" timpal Jiyoung disusul tawa yang menggelegar beberapa detik setelahnya.

"Dasar bocah ini" gerutu Jimin yang juga ikut tertawa.

"Memangnya kenapa kau tidak masuk sekolah, Ji? Lagipula tidak biasanya kau izin apalagi sampai dua hari" tanya Jimin yang sedang memainkan ponselnya.

"Aku pergi ke Busan. Menginap di rumah nenek" jawab Jiyoung setelah meminum susu pisang dalam kemasan kotak itu.

"Ohh" balas Jimin singkat sambil menatap layar ponselnya sebelum kemudian tersadar dan mendongakkan kepalanya otomatis "Tunggu sebentar. Busan katamu? Menginap? Di rumah nenek? Maksudmu kau menginap di rumah nenekku, begitu?" tanya Jimin bertubi tubi.

"Hmm"

"Yaa, kenapa kau tidak mengajakku?!" kali ini nadanya sedikit menyiratkan kekesalan.

"Sudah kukatakan alasannya tadi" sahut Jiyoung tetap santai.

"Ya, tetap saja tidak bisa seperti itu! Lalu, apakah nenek menanyakan sesuatu tentangku?" tanya nya lagi bak seorang wartawan yang lapar informasi. Bagaimanapun sebenarnya Jimin sangat merindukan neneknya itu. Entah sudah terhitung berapa lama sejak Jimin mengunjunginya terakhir kali.

FROM DUSK TILL DAWN : of my lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang