/18

27 6 0
                                    

Jangan lupa vote dan comment nya!

Selamat membaca 🤪🤪🤪

.

.

.

"Hey, kalian sudah sampai? Ayo masuk" interupsi suara yang lebih matang dari seseorang berhasil mengakhiri peperangan antara dua orang yang sedari tadi berdebat.

Jimin dan Jiyoung lantas menoleh menaruh atensinya pada lelaki yang berdiri tegap dibawah pohon kurma dekat pintu utama. Ralat, atau mungkin pohon palem? Ah, entahlah. Intinya ya seperti itu bentuknya

 Intinya ya seperti itu bentuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seokjin Oppa!"

Jimin mendengus saat kedua maniknya merangkum sebuah pemandangan sahabatnya yang kini memeluk kakaknya disana. Cukup heran juga. Kenapa harus seerat itu pelukannya? Seperti yang mau hilang ditelan bumi saja. Ck!

"Kkkk, hai, apa kabar?" tanya Seokjin sedikit terkekeh seraya mengusap lembut surai panjang Jiyoung.

"Lama tidak bertemu kau masih sama saja ya, tetap kecil, Kkkk" sambungnya.

"Oppa!" bentak Jiyoung melepas pelukan lalu hendak menyiapkan jutsu kebanggannya.

"Aw! Iya aku hanya bercanda, jangan dicubit, sakit" kata Seokjin mengusak gemas wanita didepannya itu hingga selanjutnya menyadari sosok lain yang berjalan mendekat kearah mereka.

"Ah, Jim? Appa dan Eomma sudah menunggu di dalam. Ayo kita masuk" ajak Seokjin sambil menarik kedua sudut bibirnya dengan manis yang kemudian hanya dibalas tatapan datar oleh sang lawan bicara tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Tenang saja. Seokjin sudah terbiasa dengan sikap dingin Jimin kepadanya.

Ketiga manusia itu melewati setiap objek yang ada. Mulai dari beberapa pohon dan tanaman hias di kanan kiri sisinya, lalu menuju patung singa setinggi betis yang memang sengaja tidak dicat, hingga berakhir pada pintu kayu tak seberapa besar itu. Seokjin memegang kenop lalu membuka, mempersilahkan dua orang lain yang sedari tadi membuntutinya untuk ikut masuk ke dalam.

Tidak, masih belum berakhir. Matanya dimanjakan oleh sebuah kata sambutan yang terpahat pada sebuah papan logam yang melekat diatas pintu lainnya.

'Welcome to Secret I–Park Insight'.

Perlahan lahan sensor berupa injakan pada dasar lantai mengirim sinyal pada detektor sehingga pintu kaca tergeser secara otomatis, mempersilahkan orang yang hendak menjelajahi ruangan didalamnya. Mengambil langkah dan terjerat dalam kungkungannya dengan sempurna. Mereka disuguhi sebuah patung sederhana yang berdiri kokoh di atas lantai granit dengan corak semburat hitam di dominasi dengan warna oranye keemasan memenuhi permukaannya. Sejujurnya hanya bentuknya saja yang sederhana, namun tidak dengan material dasar penyusunnya. Patung huruf I kapital dan tulisan Park yang terpisah namun tergabung oleh tanda strip diantaranya, terbuat dari batu titanium dengan beberapa sisi yang dilapisi Kristal langka. Terkepung oleh kolam dangkal yang di desain sangat elok dan elegan sedemekian rupa. Air biru alami didalamnya itu seperti sengaja mengitari dan memberitahukan kepada siapapun yang melihat benda raksasa tersebut. Menunjukkan dengan bangga identitas sebenarnya dari manusia yang meninggali kediaman bak istana itu.

FROM DUSK TILL DAWN : of my lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang