01

35.2K 3.4K 212
                                    

'Eunghh'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Eunghh'

Suara lenguhan terdengar dari bibir pucat milik seorang gadis cantik yang sedang terbaring diatas brangkar dengan perban yang melingkar di kepalanya, mata bulatnya mengerjap pelan menyesuaikan dengan ruangan yang di tempatinya saat ini.

Mengedarkan pandangannya ke sekitar, ruangan bernuansa putih serta berbau obat-obat'an yang menyeruak masuk ke dalam indra penciumannya.

Oh apa ini? Kenapa dirinya bisa berada disini? Seharusnya dia sudah berada di atas sana tapi kenapa malah di rumah sakit? Apakah tuhan memberikan kehidupan lagi untuk dirinya?

'Cklek'

Pintu terbuka menampakan Pria dan wanita paruh baya yang berumur sekitar 40 tahun'an memasuki ruangan gadis itu.

Mata kedua paruh baya itu  membulat, melihat anak bungsunya yang sudah sadar karena beberapa minggu ini tidak sadarkan diri karena tertabrak oleh penggendara yang tak bertanggung jawab.

"Mas anak kita sudah bangun!" seru wanita paruh baya itu kepada pria yang berdiri disebelahnya, wanita paruh baya itu berlari kecil menghampiri brangkar yang berisikan anaknya yang sedang melamun.

"Astaga sayang kamu udah sadar! mami kangen banget sama kamu loh." memeluk tubuh anaknya erat membuat gadis yang berada di pelukannya itu tersentak dari lamunannya.

Mau protes tapi tenggorokannya terasa sakit.

"Mon, jangan berlebihan memeluk Tara. Kasihan badan dia masih sakit." Pria paruh baya itu menatap anak gadisnya kasihan karena istrinya memeluk dengan erat.

"Oh lord ! Kamu kesakitan sayang? Bilang sama mami mana yang sakit biar nanti mami tiup." Heboh Monalisa--mami gadis bernama Tara itu.

Tara menggeleng mendengar ucapan wanita yang tidak ia kenali.

"Mau minum?" Mengangguk mengiyakan ucapan pria bersetelan kemeja lengkap dengan jasnya yang sedang menuangkan air dari teko kedalam gelas.

Tara meneguk air tersebut dengan bantuan wanita yang mengaku sebagai maminya.

Sesudah minum tenggorkan Tara menjadi lebih baik dari sebelumnya. Menatap mereka berdua bergantian, ada raut bingung dan penasaran di wajah pucat Tara.

"Maaf sebelumnya, om sama tante siapa ya?" tanya Tara penasaran.

"Jangan bercanda sayang, ini mami masa enggak inget sih sama mamimu ini yang paling cantik."

"Masa sih?" Tara tidak percaya dengan ucapan wanita yang mengaku sebagai maminya, yang mana saat ini sedang memijat tangan Tara dengan pelan.

"Iya astaga, Mas anak kamu kenapa sih?"

"Amnesia mungkin." setelah menjawab pertanyaan sang istri, pria tersebut langsung melenggang pergi.

Wanita paruh baya itu menghembuskan napas nya kesal karena kelakuan suaminya.

"Masa sih amnesia? Enggak mungkin sih tapi bisa jadi juga." gumam wanita tersebut yang mana masih bisa didengar oleh Tara.

"Dok, tolong periksa anak saya."

Pria paruh baya tadi memasuki ruangan Tara lagi, sekarang dia tidak sendiri melainkan bersama dokter yang selalu menangani kondisi Tara pasca sakit.

Menghela napas pelan, dokter bername-tag Arga itu menatap kedua manik orang tua Tara dengan sorot sendu.

"Tara mengalami amnesia, yang membuat dirinya kehilangan ingatan akibat benturan keras saat kecelakaan waktu itu." jelas Dokter Arga.

Wajah kedua paruh baya itu biasa saja, mungkin mereka sudah memikiran jika itu akan terjadi kepada anak gadisnya.

"Tara masih bisa inget lagi enggak Ga?" Dokter Arga mengangguk membalas ucapan Jason--papi Tara.

"Kalo gitu, saya pamit dahulu. Oh iya satu lagi Tara jangan dipaksa untuk mengingat kenangan nya dulu, karena itu bisa membuat amnesia nya semakin parah." Dokter Arga pergi meningalkan ruangan Tara dengan diikuti suster dibelakangnya.

"Kamu dengar kan kalo saat ini anak gadis mami yang cantik ini amnesia, nah jadi kenalin ini mami kalo yang samping mamimu ini papi kamu." jelas mami dengan mengusap rambut Tara pelan.

"Terus nama aku siapa?" Tara perlu memastikan sesuatu terlebih dahulu dengan menanyakan nama.

"Nama kamu Utara Lyncia Raspati." itu bukan namanya, oh astaga ada apa ini.

"Kalo gitu mami sama papi pulang dulu ya sayang, mau masak buat abang kamu yang ada dirumah, nah kalo kamu butuh sesuatu nanti telfon Papi atau Mami, Dokter Arga juga boleh."

Tara mengangguk menangapi ucapan mami.

"Dadah sayang, nanti mami sama papi kesini lagi." Tara membalas lambaian tangan mereka sebelum hilang tertelan daun pintu.

Tara menghela napas, memikirkan kejadian aneh saat dirinya terbangun dimulai dengan kedua paruh baya yang mengaku sebagai orang tua nya, kedua amnesia padahal dirinya masih ingat siapa dirinya dimana ia tinggal serta ukuran bh sekalipun dan terakhir yang paling mengejutkan kenapa namanya beda dengan nama yang berada di akte kelahiranya dulu.

Oh astaga!

°°°

UTARA [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang