▪︎
▪︎
▪︎"Katanya ada murid baru?" tanya Tara sambil menyuap sesendok mie ke dalam mulut.
"Bukan murid baru tapi murid lama yang balik lagi." jelas Selatan.
"Namanya siapa sih kok gw gatau?"
"Leta." jawab Gio yang sedang mengaduk bakso.
"Dia sahabat nya Tasya, 11 12 lah sifatnya sama Tasya." sambung Bara memperjelas. Tara hanya mengangguk mengerti kemudian melanjutkan makan.
"Kok gw baru ketemu ya sama dia?"
"Dia ijin nggk berangkat sekolah 1 bulan, jadi lo gak pernah ketemu sama tuh bocah." sahut Selatan sembari mengupas kulit kacang.
Tara mengangguk dilanjutkan makannya dengan tenang.
"Emm boleh gabung enggak?" suara yang terkesan dilembut-lembutkan membuat Tara memberhentikan makannya tengok ke belakang ternyata si bangsat sama babunya.
"Duduk aja." jawab Tara acuh.
Setelah itu mereka duduk.
"Pesen sana." suruh Angkasa ke Ilham yang terlihat asik bermain ponsel.
"Pesen apa?" Ilham menatap malas Angkasa yang seenak jidat nyuruh dirinya memesan.
"Kamu mau pesen apa sya?" tanya Angkasa tangan kekarnya itu terlihat mengelus pucuk kepala Tasya dengan sayang.
"Emm bakso sama es teh aja." sahut Tasya menunduk malu karena diperhatikan oleh orang-orang yang berada dikantin.
"Bakso sama es teh 2." ucap Angkasa kepada Ilham.
Ilham mengangguk kemudian memesan diikuti Kevin dan Leta dibelakang.
"Angkasa." panggil Tasya dengan nada lembut.
"Apa, hm?"
"Nanti temenin aku ke mall ya. Aku mau beli kado buat sepupu aku."
"Iya apasih yang enggak buat kesayangannya Angkasa ini." ucap Angkasa mencium pipi Tasya dengan gemas.
Pipi Tasya bersemu merah kemudian dia memeluk Angkasa untuk menyembunyikan semburat merah dipipi nya itu. Angkasa terkekeh dengan kelakuan pacarnya ini.
Tara, Bara dan Gio memutar bola matanya malas menatap pemandangan didepan ini.
"Minuman datang!" seru Leta membawa nampan berisi es teh.
"Nih baksonya." Ilham meletakan bakso ke hadapan Tasya dan Angkasa. Berasa jadi babu ya mas?
"Thanks." Ilham mengangguk kemudian duduk disebelah Kevin dan mulai memakan nasi goreng.
"Gw duluan." Tara bangkit dari kursi diikuti Selatsn dan Gio dibelakang.
"Kalian ngapain ngikutin gw?" tanya Tara saat merasa dirinya dibuntuti dari kantin sampai koridor.
"Siapa yang ngikutin lo kita mau ke kelas kok, iya gak bro?" jawab Selatan merangkul bahu Gio. Gio mengedikan bahunya acuh.
"Oh kelas toh. Bukannya kelas lo arahnya ke sana bukan ke sini."
Skakmat
Selatan cengegesan digaruk kepalanya yang tidak gatal itu.
"Udah sana gw mau ke kelas gausah ngikutin." ujar Tara kemudian berjalan meningalkan dua manusia itu ditengah koridor.
"Kelas." ucap Gio kemudian berjalan meningalkan Selatan sendirian.
"Dasar es batu." gumam Selatan lalu menyusul Gio yang sudah berjalan rumayan jauh.
•••
Tara sesekali menengok kebelakang mengecek apakah dirinya masih diikuti atau tidak.
Karena sudah tidak diikuti Tara berjalan menuju taman belakang sekolah, duduk di kursi taman dengan bersenderan kursi, mengedarkan pandangan ke penjuru taman, menutup mata untuk merasakan semilir angin sepoi-sepoi yang menyapa wajah ayu-nya itu.
Suara langkah kaki terdengar dari arah belakang, dengan cepat Tara bangun dari duduknya dan bersembunyi di atas pohon mangga yang berada dibelakang dengan cara memanjat. Jangan salah loh gini-gini Tara bisa manjat udah kebiasaan dari kecil manjat di pohon biasa lah hobinya kan maling buah punya orang.
"By, ngapain kamu kesini!" tanya seorang berambut panjang itu kepada pria didepannya.
"Cuma mau lihat kamu aja, aku kangen by." lelaki itu mengecup bibir ranum perempun didepannya tanpa protes. Sesekali melumat.
Didorongnya dada lelaki itu agar memberhentikan aksinya. Wajah lelaki itu nampak kesal.
"Jangan disini nanti ketahuan sama 'dia' kamu mau rencana kita gagal by." lelaki itu menggeleng polos.
"Sekarang kamu pulang gih." usir halus perempun itu seraya mengusap rahang tegas lelaki didepannya.
"Hmm." dehem lelaki itu dengan mengecup sekilas bibir perempun itu kemudian melesat pergi meninggalkan taman.
Sepeninggal lelaki tadi perempun itu juga pergi meninggalkan taman. Tinggalah Tara sendiri yang masih asik nangkring di atas pohon mangga dengan senyum penuh arti yang belum luntur sedaritadi.
•••
"Asalamualaikum Tara sama Selatan pulang." sapa Tara dan Selatan memasuki rumah.
"Waalaikumsalam." jawab Mami dari arah dapur.
"Kok baru pulang?" tanya mami berjalan menghampiri anak kembarnya.
"Tadi nungguin Tara ma--" ucapan bara terpotong karena bibirnya dibungkam dengan tangan kecil milik Tara.
"Makan dulu mom." Tara tersenyum menatap Mami, Mami mengangguk matanya tak sengaja menatap kresek hitam yang berada digengaman anak gadisnya.
"Itu apa ra?" tanya mami mengambil kresek hitam dan dibuka ternyata isinya.
"Mangga? Dapat darimana ?" tanya mami membolak-balikan mangga yang berada ditangan nya.
"Maling mom." sahut Selatan yang berada di sebalah Tara.
"Astaga ra, kamu tuh kalo mau mangga gausah maling tinggal beli aja gabakal habis kok uangnya!" omel mami.
"Manganya lebih seger kalau diambil langsung dari pohonnya mam." bela Tara sambil menggaruk tenguknya.
"Huft, udah sana mandi terus Istirahat, mangga nya mami sita." mami berlalu meningalkan Tara yang sedang menjambak rambut saudaranya denhan kesal.
"Kenapa lo harus bilang begitu bambank!!" Tara menjambak rambut kembarnya dengan kencang.
"Emang kenyataannya begitu kan, lo maling tuh mangga ditempatnya bang didit." jelas Selatan malah membuat jambakan itu tambah kuat.
"Gausah diperjelas asu!" Tara menghempas kepala Selatan kemudian berlalu menuju kamar, kakinya dihentak-hentakan untuk menyalurkan kekesalanya saat ini.
"Awss, kuat banget jambakannya sampai-sampai rambut gw rontok." gumam Selatan menatap nanar rambutnya yang berada ditangan
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
UTARA [NEW VERSION]
Teen Fiction[Follow author terlebih dahulu sebelum membaca] Bercerita tentang seorang gadis yang jiwanya memasuki tubuh orang lain akibat kecelakaan, yang mana tubuh yang ditempati itu tidak dikenalinya sama sekali. Ini cerita tentang Utara Freyanika yang bertr...