10

21.6K 2.6K 89
                                    

Tara berjalan dikoridor sembari menyupah serapahi Tasya yang berani-beraninya memfitnah dirinya, gara-gara gadis itu ia tidak jadi memakan bakso yang sedari semalam ia idam-idamkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tara berjalan dikoridor sembari menyupah serapahi Tasya yang berani-beraninya memfitnah dirinya, gara-gara gadis itu ia tidak jadi memakan bakso yang sedari semalam ia idam-idamkan.

Saat hendak berbelok tiba-tiba tangan Tara ditarik dan dibawa ke UKS, didudukan dirinya di atas ranjang sedangkan orang yang menarik dirinya sedang mencari kotak p3k.

"Lo beneran yang udah bikin Tasya kayak gitu?."  tanya Selatan sambil membersihkan darah di sudut bibir Tara dengan kapas yang dibasahi alkohol.

"Enggak lah, kurang kerjaan banget gw bikin dia begitu."

"Lo engga percaya sama gw?"

"Percaya kok." Selatan tersenyum tipis.

Ditekannya luka disudut bibir Tara membuat si empu mengaduh, "ssh sakit bego!"

"Untung mami sama papi engga ada dirumah kalau ada mungkin nanti lo kena omel."

Tara diam mendengar ucapan Selatan yang ada benarnya, jika kedua orang tuanya tau sudut bibirnya terluka dirinya akan diinterogasi.

"Lo kok banyak omong sih sekarang?"

"Lagi pengen."

"Dih!"

Tara diam memikirkan kejadian tadi sambil membiarkan Selatan mengobatinya. Kenapa Tasya memfitnah dirinya didepan banyak orang, padahal ia tidak memiliki masalah dengan Tasya.

Ada yang aneh dengan semua ini.

"Gw mau nanya boleh?" tanya Tara.

"Mau nanya apa?"

"Apa hubungan gw sama Angkasa terus Tasya juga." Selatan diam mendengar ucapan Tara barusan.

"Kalau enggak mau jawab juga gak papa kok nanti gw bisa cari sendiri."

"Engga gw bakal ceritain, tapi janji kalau udah gw ceritain lo enggak usah kejar-kejar cowo bajingan itu lagi."

Tara mengangguk kemudian menautkan jari kelikingnya dengan keliking Selatan sambil tersenyum.

"Jadi lo itu suka sam-" belum selesai mengucapkan kalimatnya pintu uks dibuka dengan paksa oleh beberapa siswa yang membopong seorang siswi yang terlihat kacau keadaanya.

"Dia kenapa?"

"Kesurupan kak."

"Pergi yuk!" Selatan mengeret tangan Tara sebelum kembarannya itu bertanya lebih banyak lagi.

"Kenapa di geret sih? Lo takut ya?" Tuding Tara menusuk-nusuk perut Selatan yang keras.

"Apasih enggak, gw cuma takut nanti lo ikut-ikut kesurupan." elak Selatan, mata bermanik hitam itu bergerak ke sana kemari agar tidak berkontak mata dengan Tara.

"Aaa sweet banget sih kembaran eike ini."

"Sini eike cium." sebelum bibir berwarna pink itu menyentuh pipi Selatan meraup wajah Tara menggunakan buku yang sempat ia saku dikantong celana.

"Stres."

Selatan berlari menghindari Tara yang tertawa ditempatnya.

"Untung abang kalo bukan gw ewe dia."

•••

"Teh ayok beli itu!!" seru bocah yang entah dari mana tiba-tiba menghampiri Tara yang sedang asik duduk dibawah pohon bringin dekat taman.

Tara kaget dong dikira tuyul eh ternyata bocah.

Tara yang ditarik paksa oleh bocah itu hanya bisa sabar agar tidak mengumpati bocah yang se-enak jidatnya main tarik aja.

Tara memperhatikan bocah berjenis kelamin laki-laki itu, dilihat jika bocah itu berusia sekitar 5 tahunan.

"Udah kan engga jajan lagi?" tanya Tara sembari membuntuti bocah laki-laki yang sedang duduk anteng dikursi taman sambil makan cilok yang tadi dibeli, bocah itu mengganguk.

"Nama kamu siapa adik manis?" tanya Tara tanpa menoleh ke arah anak itu karena membalas chat dari mommy yang chat bertanya kabar.

"Kenzo." ujar bocah itu. Tara cuma ngangguk doang.

"Rumah kenzo dimana?"

"Ditempatnya."

"Bukan itu maksudnya." greget Tara.

"Terus apa teh?" ujar Kenzo mendonggak menatap wajah Tara yang duduk disampingnya.

"Alamat rumah kamu dimana."

"Emm, enggak tau intinya rumah Kenzo besar catnya warna putih banyak bunga-bunganya juga di halaman." jawab Kenzo sambil merentangkan tangan saat menyebut jika rumahnya besar.

Tara mengaruk tengkuk yang tidak gatal.

"Tapi masih daerah sini kan?"

Kenzo mengangguk. "Mau pulang."

"Yaudah yok." ujar Tara megandeng tangan Kenzo biar gak nyasar. Nyasar Tara sendiri yang rumyang.

Tara berjalan menuju tempat memarkirkan motornya tadi, sesampainya di motor Tara menaikan Kenzo didepan biar ga jatuh. Setelah itu Tara ikut menaiki motor dibelakang lalu mereka berdua pergi meninggalkan taman dengan kecepatan sedang.

Tara menatap sekeliling perumahan yang dilewatinya. Rata- rata perumahan disini berwarna putih kan jadi bingung dia, mana Kenzo anteng-anteng aja engga bilang yang mana rumahnya.

"Rumah kamu yang mana?"

"Masih diujung sana."

Tara mengangguk. Sesampainya di depan rumah entah milik Kenzo atau orang lain Tara enggak peduli karena bocah itu yang meminta turun disini.

"Ini beneran rumah kamu kan?"

"Bukan, ini rumahnya mama sama papa Ken cuma numpang."

Tara mengangguk saja, males meladeni bocah seperti Kenzo ini.

"Yaudah masuk sana, bentar lagi maghrib nanti digondol wewe gombel loh kalau enggak masuk." ujar Tara yang masih stay diatas motor vespa warna biru metalik.

"Mana ada wewe gombel di perumahan, aneh ih tetehnya."

"Udah sana masuk!"

"Iya ini masuk, makasih ya teh udah anter Kenzo."

Tara hanya membalas deheman saja. "Kakak pulang dulu ya, dadah Kenzo." ujar Tara melajukan motornya meningalkan rumah orang tua Kenzo.

Kenzo menatap kepergian Tara dengan motornya setelah itu dia langsung masuk ke rumah.

"Asalamualaikum Ken pulang." teriak Kenzo dari arah pintu.

"Waalaikumsalam." jawab orang rumah.

"Astaga Ken kamu darimana Mama khawatir tau gak, kalau pergi tuh izin dulu ya jangan asal pergi kamu gak kasihan sama mama apa?" cerocos mama Kenzo sembari membolak-balikan tubuh kecil Kenzo.

"Maaf mama tadi Ken pergi ke taman terus ketemu sama teteh cantik." ujar Kenzo menunduk karena takut dengan mamanya.

"Siapa yang cantik?" tanya Zico dari arah dapur membawa minuman soda berkaleng ditangannya.

"Wewe gombel." ujar Kenzo cengegesan yang dibalas dengusan dari Zico abangnya, mama Ken hanya geleng kepala doang.

"Yaudah sekarang Ken ke kamar gih." ujar Mama Ken kepada anaknya.

"Iya mama." setelah itu Kenzo menaiki anak tangga menuju kamar dilantai dua.

"Ma, Zico pergi nongkrong dulu ya sama teman-teman." pamit Zico.

"Jangan pulang malam-malam loh bang, nanti papa kamu udah pulang dari semarang." ujar Mama Dian memeringati anak sulungnya ini yang bandel.

Zico cuma ngangguk doang lalu mengecup pipi mamanya setelah itu berjalan menuju garasi mengambil motornya dan pergi ke markas untuk nongkrong sebentar.

UTARA [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang