prolog

437 24 15
                                    

Ini cerita aku yang series pertama. Dengan alur 25-30 chapter saja. So can you wait for the next my story, okay!

Enjoy the flow and pay attention to each scene, you will find the unexpected here.

Have a blast!



"Aku ngga bakal mengira untuk pulang naik taksi," lirih Alessia tuntas tiba di seberang rumahnya. Tepat ketika mobil itu berhenti, Alessia memandang gerbang rumahnya yang terbuka dan dapat dilihat sinar mobil memancar, menandakan akan ada kendaraan yang keluar.

Namun ketika Alessia ingin turun untuk menyaksikan dengan jelas mobil siapa yang baru saja keluar ia terdiam sejenak.

"Siapa yang bertamu semalam ini?"

"Non, anda mau turun di sini?" Gadis itu buru-buru mengeluarkan cash dan mulai menapaki halaman rumahnya. Kerutan di kening gadis itu terukir jelas. Suasana ini belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dari depan pagar hingga ia melihat pintu utama, Alessia tak kunjung menemukan lampu yang paling terang.

Sepanjang jalan di halaman rumah, Alessia lagi-lagi dibuat mengernyit ketika mendengar suara siren ambulance, gadis itu menoleh tepat di pagar pintu masuk. Tangan gadis itu yang awalnya menenteng tas selempang mulai merosot.

"Ibu? Ayah?" Gelisah mulai menghantui, Alessia buru-buru menapaki kakinya ke dalam, memindai dengan jelas seisi rumah, dan detik itu juga pikiran-pikiran tidak sehat mulai menghantuinya.

"Lessia..." bulir air matanya mulai menetas. Mathis- bersimpuh di dekat anak tangga.

"A-aapa yang terjadi..." akal pikiran Alessia sekaan lenyap, ia mengayunkan kakinya berat mendekati dua orang tuanya yang terbaring tidak berdaya.

Tanganya bergerak gemetar menarik bahu ibunya, dan seketika seruan pilu memenuhi seisi ruangan. Alessia tidak bisa menyusun satu-persatu jalan pikirannya. Ia yakin mendengar suara orang tuanya di telepon yang memintanya untuk segerah menemui mereka. Menghampiri rumah dinas mereka di Marseille mengatakan ada hal penting yang harus dibicarakan. Tapi–

"Nona harap minggir." Para petugas medis sudah ada di sini. Alessia mulai memberontak kuat ketika salah satu petugas medis mencoba menjauhkannya dari Ibu dan Ayahnya. Tidak bisa begini. Alessia sudah jauh-jauh untuk pulang dan itu untuk bertemu kedua orang tuanya.

"Lessia dengarkan kakak." Mathis menarik bahu gadis itu yang seketika merosot ke tanah. Dua mobil ambulan sudah jalan, meninggalkan beberapa petugas berseragam yang Alessia ketahui agen rahasia.

"Pergi dari sini." Alessia melebarkan matanya.

"Kakak gila? Mana bisa aku meninggalkan mereka."

"Marseille tidak aman untuk mu. Pergilah dengan Derek." Namun Alessia masih bersikap keras. Ia sudah mendorong Mathias menjauh, ia sudah mengambil ancang-ancang untuk menyusul orang tuanya. Namun keberadaan Mathias lagi-lagi menghalanginya.

"Tolong dengarkan kakak." Kedua tangan Mathias terasa sekali mencekam kedua bahu Alessia, ia seakan memaksa, mengancam dengan penuh keseriusan.

"Keberadaan Dubois dari Paman dan Bibi, bahkan hingga ke turunan. Termaksud kamu, Nic, dan juga aku. Kita dalam pencarian." Alessia semakin dibuat bertanya-tanya.

Exodus | Lost spaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang