5. A livable good

78 16 1
                                    

Aku bakal double update, tapi lanjut nanti malam. Jangan lupa vote komen, thank you ❤️



Posisi Reha saat ini adalah di dalam mobil Audi Sehun. Sejak penyetujuan pemilik apartemen jatuh ke tangannya, Sehun berinisiatif untuk menghantarkannya secara langsung.

Jadilah saat ini Reha memandang kagum hunian apartemen yang sepertinya jarang ditempati.

"Kau tidak menolak jika aku akan kemari lebih sering, atau menginap?" Ujar Sehun melirik sekeliling, terlihat tidak asing tapi masih sama rapinya dari beberapa bulan lalu ia tinggalkan, dan hanya dihuni jika malam hari dan besoknya akan selalu dibersihkan.

"Hm, itu terserah, kau pemiliknya. Lagi pula kamar disini lebih dari dua," ujar Reha melihat tiga pintu dari bawah dan meyakinkan jika itu adalah kamar utama dan kamar tamu.

Sehun mengangguk. Ia letakkan plastik belanjaan yang cukup besar, dan hal itu membuat Reha bertanya-tanya.

"Aku membawa beberapa bahan masakan. Kau tidak mungkin membelinya dalam waktu dekat," ujar Sehun melihat raut bingung Reha. Gadis itu mengangguk setuju.

"Terimakasih, Sehun." Sehun tersenyum tipis, sebelum mendekatkan diri pada pintu ia memberikan Reha kunci cadangan apartemen apa bila pin pintu rusak dan dia segera pamit untuk pergi.

-
-
-

Reha terduduk di ruang tamu, tangannya menggenggam satu buku tebal yang baru saja Jaemin rekomendasikan untuknya. Bagaimana proses pembelajaran bela diri dalam bisnis gelap terpandang jelas dalam tiap-tiap kalimat dan sub-judul. Aneh tentunya, siapa yang mau menerbitkan buku berlatar ilegal ini, tapi kenyataannya memang tidak bisa ditolak. Bahkan bukunya sudah dia baca separuh.

Drtt...

Drtt...

Reha menarik ponselnya, ia menyambungkan panggilan Yuta dalam sambungan suara.

"Kau benar-benar pergi? Apa semuanya berjalan lancar?" Yuta berucap untuk memastikan, pasalnya kepergian Reha tanpa keberadaannya saat itu, bahkan Yuta masih lembur di balik meja kerjanya.

"Yah, semuannya selesai. Kau bisa menghampiri ku jika ingin." Reha melirik sekelilingnya yang memang sudah rapi, bahkan meletakkan beberapa barang bawaannya di lantai atas.

"Tentu, aku akan datang setiap hari." Reha terkekeh mendengar ajuan tekat lelaki itu, dan Yuta sendiri tersenyum tipis. Setidaknya, ia bisa mengembalikan kebahagiaan Reha perlahan-lahan, dan sadar jika gadis itu tidak sehebat dulu dalam menutup kesedihannya, tapi kenyataannya Reha memiliki kemampuan yang membutakan.

"Eoh, akan ku matikan, aku masih meeting." Reha merotasikan matanya jengga.

"Untuk apa menghubungi ku jika masih bekerja," desis Reha membuat Yuta terkekeh kecil.

-
-
-

Yuta memasukkan ponselnya ke dalam saku, tubuh tingginya sudah bangkit menatap tamu yang baru saja masuk dengan perawakan dingin yang tidak sedikit memudarkan kecantikan gadis itu.

"Eun Daru?" Yuta menaikkan sebelah alisnya, bahkan tidak mempersilahkan gadis itu sudah duduk lebih dulu. Aru seperti tokoh antagonis yang memukau dengan perawakannya, walau tidak seluruh sikapnya berlatar keburukan. Dia seakan tau mulai dari akar bagaimana gadis itu berbicara, melawan, atau bahkan sekedar melamun.

Dan untuk kesekian kalinya, mata tajam melambangkan keagunggan dalam kentara kental yang datar.

"Ku dengar kau dekat dengan pemimpin, Ryu Corporation? Apa ada hubungan berkeluarga?" Yuta berupaya basa basih, dan bodohnya dia tau, jika Aru tidak menyukai hal-hal seperti itu.

"Kau tidak punya hak untuk bertanya." Benar saja. Yuta mengangguk kepalanya kecil, ia menyeringai kecil dan mulai menyandarkan tubuhnya, satu kaki ia jadikan tumpuan dengan satu tangan selonjor di kepala sofa.

"Ah, benar. Jadi aku punya hak untuk bertanya apa maksud keberadaan mu kemari?" Aru menarik berkas berlembar yang kian ia sodorkan langsung di atas meja, tepat di bawah wajah lelaki itu.

Yuta mengenyitkan alisnya.

"Aku mau kita menikah."

-
-
-

Reha memandang langit yang mulai gelap, seharian dirinya hanya diam di apartemen menatap luasnya kota Seoul yang tak henti-hentinya diguyur hujan satu jam lalu. Dan kini, rasa dingin lebih menguasai hebat saat dirinya membiarkan pintu balkon terbuka lebar.

Ding... Dong...

Reha melangkahkan kakinya untuk membuatkan pintu. Dan ia langsung di hadapkan sosok Jaemin yang datang dengan wajah lesuh, bahkan tubuh lelaki itu sudah terhempas di atas sofa dengan keadaan tengkurap.

"Rasanya ingin tinggal di sini saja. Kau bisa memasakkan ku tiap hari, juga membereskan kamar ku," ujar Jaemin membesarkan suaranya, Reha di ujung ruangan melempar bantal kecil yang sedari tadi memang ia bawa.

"Kau mau menjadikan ku budak!" Desis gadis itu tidak terima, Jaemin tersenyum di balik bantalnya.

"Yah, sedikit mirip."

Reha tak ingin banyak bicara, dia tau jika Jaemin akan terus berbicara sampai kekalahan menghampiri lawannya. Dan tak selang berapa menit bel kembali berbunyi, dan sadar jika Jaemin sudah mulai terlelap dengan nyaman.

"Eoh, Yuta!" Seru Reha memeluk pundak lelaki itu, sedangkan Jaemin mulai membuka matanya, ia menghela napas panjang.

"Kau di sini juga?" Yuta meletakkan kotak makan yang sepertinya panas, sebab ada gumpalan uap di atasnya. Jaemin mulai mengubah posisinya, dia menaikkan kakinya dan melipatnya.

"Ku rasa kau belum makan malam, jadi aku membelikan beberapa makanan."

"Ayo sajikan!" Seru Jaemin saat hidungnya sejak awal sudah menghirup wangi sundubu jjigae.

TBC

Dikit dulu. Mulai kedepannya bakal aku masukkan scene Yuta dan Aru! Mereka seperti pasangan yang berdamage banget. Tapi aku belum nemu sosok yang cocok buat menggambarkan wajah Eun Daru.

Okey makasih udah vote komen, malam update seperti biasa.

Okey sepertinya kamu menyukai Reha yang menjadi babu. That's right?

Well, Yuta di ajak Aru nikah...

Entar aku ajak Vivi juga ke apartemen kamu.

Exodus | Lost spaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang