8. A coincidence in fact

73 17 0
                                    

Spam vote komen ayo!

Happy reading!




Semilir angin menerbangkan anak rambutnya, kedua tangan ia hangatkan dibalik Hoodie yang setiap hari jadi style pakaian sehari-hari. Dan Jeno masih setia melangkah dengan bucket hat yang sedikit menutup matanya. Lelaki itu berjalan dengan gagah, jaket anorak senada ia gunakan menjadi pakaian yang paling cocok dimata Reha.

Keduanya melangkah bersama walau keadaannya sedang hening, tidak ada pembicaraan yang bagi mereka tepat. Sampai Jeno menghentikan langkahnya, ia menatap Reha dengan pandangan yang menunduk.

"Aku lupa, kau tidak seharunya berlama-lama di luar publik." Jeno melirik sekeliling sekaan berjaga-jaga jika ada yang memata-matai. Reha mengerutkan keningnya sedikit kebingungan. Pasalnya Jaehyun tidak lagi mengincarnya, dan soal ada yang mengejarnya beberapa waktu lalu ia anggap kejadian tidak beruntung banginya.

"Sehun menyarankan itu, dan ku ingat kau juga sempat dikejar beberapa suruhan Sinner." Kerutan Reha semakin terpandang dalam, Jeno menyentil kecil lalu mengubah posisi semula.

"Itu sisi gelap Ceo, Ryu Corporation."

"Ryu? Ryu Jaehyun maksud mu?" Tidak perlu bertanya kenapa Reha bisa mengenal, Jeno yakin jika seluruh penjuru mengenal siapa kakak Brengsek dan gila itu. Tentu saja tau karena kesuksesan dan tampangnya yang tampan.

"Hm, sangat sulit dipercaya." Yakinlah jika hati Reha sedang di kelilingi petir mati. Bagaimana sentakan satu rahasia itu terbongkar seiring dirinya bergabung dengan Synder.

"Sama seperti bertemu, Sehun. Sulit dipercaya," lanjut Reha yang di dapat anggukan kepala. Lelaki itu merangkul tubuh pendek Reha yang sebatas leher. Reha terkejut atas aksi tiba-tiba Jeno.

"Kalau begitu kita makan siang bersama. Aku tau tempat teraman untuk itu." Dan kini giliran Reha yang mengangguk, toh, tidak ada alasannya menolak, terlebih Jeno membawanya ke tempat yang aman.

-
-
-

"Aku pesan kimchi saja." Jeno segera mengangkat tangannya, mengutarakan pesanan mereka untuk disantap. Di sini sekarang mereka, di gang kecil yang tidak terlalu banyak orang lewat dan akan ada satu ataupun dua mobil yang berlalu.

Sebenarnya untuk tempat kuliner sangat tidak cocok strateginya, terlebih lagi sulit untuk ditemukan, bahkan Reha ingat sekali banyak belokan yang mereka lewati sebelum sampai di tempat ini.

Tapi Reha sempat yakin juga, pasalnya banyak pemuda ataupun pekerja yang mampir sekaan sudah menjadi tempat langganan mereka. Yah, setidaknya mereka memiliki pelanggan tetap.

"Ngomong-ngomong kau ingin berlatih malam besok?" tanya Jeno tak terasa makanan mereka sudah terletak di atas meja, mengucapkan terimakasih untuk itu mereka mulai menyantap.

"Aku tidak tau. Jika memang ada yang berniat membantu," ujar Reha yang memang sejak awal mendengar ucapan lelaki itu.

Jeno menatap Reha sebarin mengunyah makanannya, "aku tidak sebenarnya. Tapi tidak pa-pa, besoknya aku ada misi di Mountains."

"Mountains?" Mountains jika tak salah adalah pergununggan yang terletak di area timur dan tempat itu cukup sulit untuk dicapai, terlebih lagi sejak kasus pembunuhan beberapa tahun lalu.

"Ingin ikut bersama? Ini bisa jadi pengalaman pertama mu." Jeno menyadari jika kemampuan Reha sudah lumayan bagus, dan ini butuh latihan permanen dan tidak ada lagi objek palsu yang akan dia tembak setiap hari, sebab objek asli dan nyata akan jadi kemampuan yang sempurna.

Exodus | Lost spaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang