15. Meet the forced past

65 10 0
                                    

Jangan lupa vote komen!

Happy reading!




Nyaris 24 jam Jaemin di buat gelisah, keberadaan Reha belum juga ia temui, dan Jeno juga memberikannya kabar jika Reha tidak ada di setiap kediaman Jaehyun. Lelaki itu sempat berdecak kesal karena Jeno tidak menghubunginya lebih awal.

Setelah beradu dengan kegetiran yang akan semakin tumbuh, Jaemin memutuskan untuk menghampiri Yuta yang tidak menghubunginya selepas kejadian.

Lelaki itu memandang Aru yang tersenyum kecil, gadis bersurai coklat itu mempersilahkannya masuk. Jaemin memandang sekeliling mencari keberadaan Yuta.

"Duduklah, aku akan memanggil Yuta." Jaemin megangguk kecil, ia segerah duduk dengan menatap ponselnya sedari tadi. Mengharapkan panggilan anggota Synder yang pasti mengenai keadaan Ara.

Samar-samar Jaemin mendengar langkah kaki, lelaki itu langsung mendapatin tubuh Yuta dengan Aru yang mengekor dibalik punggunggnya. Yuta sempat menatap Aru yang melangkah menuju dapur, lelaki itu menghela napas mendekati Jaemin.

"Kau sudah tau keadaan, Reha? Ku pikir kau juga cemas," ujar Jaemin bangkit menatap Yuta dalam tinggi yang sama. Yuta terdiam. Bohong jika ia tidak khawatir, padahal hatinya tidak tenang sejak semalam. Tapi Yuta masih sadar dengan perjanjiannya denga Aru.

"Aku berusaha mencarinya, tapi dia melarang ku. Jadi aku hanya bisa bekerja di rumah." Yuta melirik sinis Aru yang sudah ingin menaiki tangga, gadis itu terlihat membawa segelas kopi. Aru menatap Yuta kesal.

"Reha menghilang, betul-betul tidak ada jejaknya. Dan jejak terakhir Jaehyun bersamannya. Jeno sudah mendatangi semua tempatnya tapi tidak ada," Jaemin betul-betul mengutarakan ketakutannya terhadap gadis itu.

"Aku akan berusaha lagi," ujar Yuta dengan raut dingin, tuntas semuannya selesai lelaki itu meninggal Jaemin yang terdiam membisu.

-
-
-

Perlahan Reha membuka matanya. Manik legamnya langsung bisa tertuju pada sosok di sudut ruangan. Reha menatap tajam Jaehyun yang terduduk di sofa kamar.

"Aku bisa saja membawa mu ke gudang bawah tanah, tapi kau terlalu istimewa untuk menempatinya. Jadi ku bawa ke kamar ku," ujar lelaki itu tersenyum tipis. Reha yang melihat lagi-lagi dibuat muak.

"Apa mau mu, Jaehyun?" Desis Reha mendudukkan posisinya, Ara tidak bisa banyak bergerak sebab tangannya yang diborgor pada kepala kasur, begitu pun kedua kakinya.

"Aku yang harusnya bertanya, sayang. Apa mau mu? Kau meninggalkanku dan muncul dengan sikap angkuh begini? Hey, kau bukan Reha yang aku kenal." Jaehyun mendekat ia menatap mata Reha yang terpancar kebencian.

Jaehyun tidak tau apa maksud dari tatapan itu.

"Kau bukan Jaehyun yang aku kenal. Kau Brengsek, kau bajingan, kau-"Jaehyun menutup mulut Reha, Jaehyun pikir Reha harus ia kerasi, tapi Jaehyun tidak bisa bersikap demikian. Ia terlalu sayang pada Reha.

"Katakan satu kata Reha."

"Menjijikkan." Jaehyun tak mengedipkan matanya, bahkan tangan lelaki itu sudah terturun jatuh. Sedetik napasnya tertahan, menatap Reha cukup dalam.

"Aku mau kau menunggu. Aku akan menghancurkan mu." Lagi-lagi Jaehyun terdiam. Selepasnya lelaki itu pergi meninggalkan Reha yang mulai terisak.

Hati Reha sakit, dia hancur, dia terlalu rapu menghadapi Jaehyun. Perlahan-lahan sikap Jaehyun mulai terbuka. Dia betul-betul berbeda.

-
-
-

Waktu semakin larut dan Jaehyun tidak lagi mengunjungi Reha, gadis itu tak hentinya menatap jarum jam untuk merehatkan diri. Reha tidak bisa banyak bergerak, pikirannya seakan penuh dan itu membuatnya sulit untuk beradaptasi di situasi sekarang.

Sesaat ia melirik pantulan dirinya di cermin besar yang mengarah padanya. Ah, Reha baru sadar jika ia masih mempunyai hiasan kepala yang rapi. Gadis itu melirik kedua tangannya yang diborgol. Kepalanya ia miringkan kecil, dengan susah payah Reha meraih jepitan di ujung kepala.

Kesulitan Reha hadapi membuat kedua tanggannya kembali merasa sakit. Dan sekali tarikan ia berhasil mengambil benda kecil yang lancip. Sontak ia meringis hebat dengan tidak sengaja anak rambutnya ikut tertarik.

Reha segerah membuka gembok dengan benda yang ia gigit. Sulit, tapi Reha berhasil melewatkannya. Hal itu ia gunakan untuk melepas penyangga kakinya.

Ini salah satu yang ibunya ajarkan semasa kecil dan berguna saat dewasa. Dengan perasaan senang dia bangkit mendekati jendela.

Di bawah sana para penjaga tidak terlalu banyak, namun tubuh mereka begitu berbanding terbalik dengan tubuhnya yang kecil.

Reha melirik sekitar, ia meraih vas bunga dan melemparnya ke sisi jendela dan syukurnya itu menarik perhatian mereka semua. Dengan segera tubuhnya melompat dan jatuh di semak-semak yang syukurnya melewati pagar pembatas.

Reha mengeratkan ototnya yang kaku.

"Shitt, ini membunuh ku." Seketika mata Reha membulat saat melihat pemandangan di depannya. Ini Jeju, dan Reha baru menyadari jika ia berada di kediaman Jaehyun yang pernah dia datangi.

Rumah yang tidak terlalu besar namun minimalis di pertengahan hutan, walau mendekati pembatas kota.

"Tidak ada!" Jeritan itu berasal dari orang dalam, Reha segera pergi dan lari. Tanpa sadar kakinya membawa ia di kediaman yang dulu.

Maniknya memandang sekeliling yang betul-betul kotor dan penuh akan bau pengap. Kakinya yang tidak di lapisi apapun mendekati kamar orang tuanya. Bayang-bayang pertumbuhan hadir begitu alami, dan perbincangan ringan saat dimana Reha dan Ibunya menunggu kehadiran sang Ayah dari kerjanya.

Semua, Reha rindu mereka. Reha tidak bisa hidup tanpa mereka, tapi keadaan memaksanya untuk menerima kenyataan yang pahit. Reha hidup dengan waktu-waktu dimanah ada saatnya ia bahagia, dan ada saatnya dimanah ia sendiri.

Pekerjaan mereka membuat Reha kecil terkadang hidup sendiri, menjadi anak tunggal tidak nyaman. Namun nyaman menjadi satu-satunya orang yang disayang. Dan Jaemin tidak begitu ingin menetap dengannya.

Setetes air mata jatuh mengusap frame pernikahan ibu dan ayahnya yang semakin kusam dimakan waktu. Maniknya tertutup sejenak, sesak di dada tidak bisa membuat isakan lirih yang kecil. Reha menangis dengan erangan menyakitkan.

Reha melirik sekitar, ia menenangkan diri cukup lama. Kakinya menuju meja kerja sang Ibu, ia buka laci satu-persatu. Ini aneh, tubuh Reha seakan dikendalikan oleh hatinya yang terus berbicara.

Dan seketika matanya membulat mendapati lembaran bertanda nama Jaehyun yang sengaja di selipkan di sisi meja. Maniknya menatap sekitar, dan tuntas tertuju pada rak buku yang terdapat brangkas kecil. Reha mencoba membukannya dari kode manapun, dan berakhir menggunakan tanggal lahir Jaemin.

Kunci kecil ia dapat, Reha melirik meja kerja Ayahnya yang satu-satunya memiliki sela kunci. Dengan segerah ia membukannya.

"I-Ini bukti, Jaehyun?" Reha terkejut mendapati ribuan berkas tebal yang begitu banyak, dan satu bua flashdisk. Reha menjatuhkan tubuhnya. Lemah kembali. Reha meremat flashdisk itu cukup kuat sampai ia menunduk sakit.

"Setidaknya aku bisa memasukkan, Jaehyun ke penjara. Setidaknya dia tersiksa sebelum mati," gumamnya.

Reha bangkit, ia membawa semua berkas itu dan menghampiri kamarnya di lantai tiga. Ia mengambil beberapa pakaian dan juga ponsel lama yang tersikap di balik lemari. Reha memasukkan semua barang bawaannya yang menurutnya penting dan dibutuhkan.

"A-Aku butuh, Taeyong."

TBC

Sebenarnya konflik udah dimulai dari awal cerita. Tapi aku kasih sedikit konflik untuk kelancaran alur. Sorry banget kalau ngebosenin atau nggak jelas. Jujur ini cuman karangan. Buat kalian yang nikmati dan selalu nungguin chapternya update makasih
sekali ❤️❤️❤️

Selamat menyaksikan Taeyong dengan dia.... Siapa yah?

-Sorell

Exodus | Lost spaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang