Jangan lupa vote komen!
Happy reading!
•
•
•Jeno menatap Ayahnya yang terbaring. Dia betul-betul datang atas suruhan sang kakak. Dan Jaejoong menatap putranya itu dengan tatapan sendu.
"Kembalilah, urus perusahaan Ayah di Seattle." Jaejoong mulai membuka objek yang membuat putra sulungnya harus menghubungi Jeno, dan berakhir lelaki itu datang dengan hati yang memang tidak baik.
"Tidak. Aku akan tetap menolak," desis Jeno tidak terima, dan ia masih kokoh pada tujuan awalnya untuk tidak ikut membantu dalam perusahaan keluarga Ryu.
"Apa lagi yang harus Ayah lakukan?" Jaejoong seakan hilang harapan melihat keras kepalanya Jeno.
"Diam dan jangan ikut campur." Helahan napas terdengar di sudut ruangan. Dan Jeno mengeraskan gempalan tangannya.
"Pulanglah, kau membuat Ayah semakin menderita." Lelaki yang awalnya menunduk menatap layar ponsel untuk pertama kalinya bersuara. Bahkan tidak ada niatan untuk menyambut baik sang adik yang nyaris bertahun-tahun tidak bertemu.
"kau memaksa ku kemari." Jeno menatap sang kakak tajam dan hal itu membuat suasana jadi tidak sedap, bahkan lebih dari sebelumnya.
"Setidaknya bersikap sopan lah." Jeno berdesit, dan saat itupun ia meraih ponselnya yang bergetar.
"Kau pergi, bukankah sudah berjanji untuk tidak pergi dulu sebelum selesai? Jaemin ada keperluan dengan Sehun." Reha terdengar kesal di ujung sana, bahkan panggilan baru saja tersambung.
"Jadi kau sendiri?" Tanyanya.
"Iya," dengus Reha.
"Aku datang." Jeno segera pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun. Dan berakhir Jaejoong menatap lelaki di sudut itu yang mulai terlihat jelas memastikan hilangnya tubuh Jeno di balik pintu.
"Jadi bagaimana pernikahan mu?"
"Aku tidak tau." Merasa tidak pasti menjawab Jaejoong mengerutkan keningnya. Berharap mendapatkan jawabannya yang meyakinkan, tapi tidak segampang itu ternyata.
"Kau kata akan mengurus proses pernikahan?" Sahutnya masih berusaha tenang.
"Iya, tapi gadis ku menghilang." Jaehyun kembali terlihat frustasi.
"Benarkah? Kalau begitu menikahlah dengan, Aru." Jaehyun menatap Jaejoong tidak percaya, bahkan lelaki itu meremas ponselnya tanpa sadar.
Seperti aliran batin yang tersiksa, Jaehyun berusaha menenangkan dirinya dan hal itu terlihat jelas dibalik mata gelapnya yang indah.
"Tidak. Dia terlalu gila jika menikah dengan ku."
"Jadi mau bagaimana?" Jaejoong sendiri sudah lama menahan diri untuk tetap membiarkan Jaehyun pada kekasih lamannya, tapi tidak segampang itu untuk melepaskan.
"Biarkan aku menemuinya. Tidak tau kapan, akan ku pastikan secepatnya."
-
-
-Reha menatap kesal Jeno. Tubuhnya saja sudah kembali bangkit untuk berlatih, namun Jeno tidak perduli. Lelaki itu meletakkan barang bawaannya sebelum mendekat pada posisi Reha.
"Kau bermain asal?" Tanya Jeno, ia menyadari jika ada luka di kedua tangannya.
"Tidak, ini celaka. Aku tak sengaja menembus vas dan berakhir serpihannya terlempar mengenai ku," jelas Reha yang kembali mengisi pistol dengan peluru dan berlangsung hingga memasang peredam suara.
"Cih, ceroboh."
"Aku ini sedang belajar, jangan membuatku tidak semangat," peringat Reha yang sedari tadi sudah kehilangan mood untuk berlatih, bahkan seperti tidak punya semangat lagi.
"Dimana-mana jujur adalah jalan yang benar. Kau tidak akan maju jika aku tidak mencaci mu." Reha melirik Jeno tajam.
"Kau itu kejam, bukan menambah semangat ku." Seperti mempertimbangkan sesuatu, dan benar saja semua yang dikatakan Jeno tidak diterimanya dengan baik.
Jeno melihat Reha yang ingin kembali bersuara, tapi dengan cepat ia menarik tangan Reha dan mendudukkannya di kursi. Jemarinya mengontak antik kotak obat lalu mengoleskan tangan Reha dengan obat merah. Sensasi perih yang ia terima.
Mereka hanya diam, dan Jeno fokus pada luka memanjang yang terlihat pada titik terdalam.
"Kau harus merelakan tubuh mu dengan goresan, selagi penuh darah. Itu jalan satu-satunya untuk berhasil." Jeno bersuara kecil dan terdengar seperti lirihan, tapi Reha mampu menyalinnya dengan begitu jelas.
"Kau dulu begitu?"
"Yah, semuannya," jawab Jeno.
"Ngomong-ngomong kau mirip dengan, Tuan Jaejoong, pemimpi perusahaan di Seattle." Hal itu mampu membuat Jeno terdiam, maniknya menatap Reha cukup lama.
"Semuannya bisa terjadi. Wajah ku pasaran," jawab Jeno kesal, namun dirinya mendapati gelak tawa Reha yang khas.
"Kau jujur sekali."
-
-
-Reha baru saja menyelesaikan latihannya, dan kesal melanda begitu saja. Beberapa menit selepas keluar dari area lapangan, Hyunjin menghampirinya dan memintanya untuk menemui Sehun, katanya atas perintah lelaki itu. Namun sehun tidak ia jumpai di markas Synder.
Dan satu-satunya tempat ia bertemu adalah Oh Company-kantor lelaki itu.
Kini kaki Reha sudah terinjak di lantai lobby, untuk pertama kalinya ia menetap di perusahaan semewah ini, bahkan interiornya yang lebih menawan.
Reha menghampiri resepsionis dan meminta untuk dihantarkan keruangan Sehun.
"Atas nama Jung Reha, katakan jika aku tidak ingin menunggu lebih lama." Dan tak lama dari itu seorang bodyguard menghampirinya, Reha dihantar dengan menggunakan lift khusus milik CEO.
Sebenarnya merasa tidak yakin, sebab tatapan karyawan yang ada sedikit membuatnya tidak nyaman.
Berakhir tubuhnya berdiri di depan pintu dalam ruangan Presdir Oh Company. Gadis itu memandang Sehun yang sibuk bekerja.
"Kau mengambil waktu istirahat ku. Katakan dengan cepat, Oh Sehun." Sehun melirik sekilas, ia terdengar menghela napas lalu melangkah duduk dan menyodorkan satu berkas.
"Ini penerimaan apartemen."
"Apa?" Tanya gadis itu kebingungan.
"Kau tinggal di apartemen ku selagi bergabung dengan Synder. Untuk jaga-jaga, anggota Synder harus di awasi," tutur Sehun meletakkan bolpoin miliknya yang berlabel 'Oh Sehun'.
"Dalam opsi apa saja?" Sedikit tidak yakin, bahkan tangannya sudah membolak-balik kertas berhalaman itu.
"Agar tidak terluka juga berkhianat." Reha menghela napas, Ia berpikir sejenak. Hatinya bergemuruh hebat, jadi Sehun masih ragu? Dan bisa dikatakan 100% belum yakin.
"Aku tidak tau harus berkata apa dengannya." Dan seketika Reha memikirkan Yuta sebab ia yakin jika lelaki itu tidak bisa melepaskannya begitu saja. Sebab mengingat Yuta yang memegang hak asuh anak.
"Jaemin, kata kau tinggalkan dengan sepupu mu." Reha mengangguk dan berdehem kecil, ia kembali meletakkan berkas bertutupan halaman biru.
"Na Yuta?" Tanya Sehun menaikkan kedua alisnya.
"Kau kenal?"
"Hanya memastikan." Reha mengangguk untuk kedua kalinya. Sebab Reha yakin, jika Sehun mengenal Yuta dari kalangan pembisnis, dan Sehun pastinya tidak sering sekali satu atau dua kali dalam perjumpaan perkumpulan golongan teratas.
TBC
A Jaejoong's son😌
KAMU SEDANG MEMBACA
Exodus | Lost space
Mystery / ThrillerMasa lalu telah menyeret Alessia kembali ke detik ini. Detik-detik yang membuatnya dibenci banyak orang. Namun bagi Alessia, semua itu tidak berarti. Yang penting baginya adalah menghancurkan Jean dengan tangannya sendiri. 2021 July³ ‼️𝗗𝗶𝗹𝗮𝗿𝗮...