Perkiraan 4 chapter lagi tamat. Ini cerita fiksi jadi nggak ada yang spesial. So jangan lupa vote komen.
Happy reading!
•
•
•
Reha sangat memperkuat tekatnya untuk pergi menuju Los Angeles menemui Taeyong. Ia juga menyempatkan diri menggambil tabungan sebelum berangkat. Pagi itu ia langsung mengambil penerbangan LA segerah mungkin, dan untung saja tiga puluh menit lagi penerbangan itu akan ia terima.Menunggu detik habis Reha sudah mendudukkan dirinya di salah-satu kursi pesawat. Posisinya terduduk di dekat jendela memandang bandar internasional Seol. Manik legamnya memandang tiap-tiap pergerakan pesawat yang akan lepas landas menuju bandara LA.
Matanya menatap jauh kota Jeju yang mulai tertutup awan-awan. Tubuhnya mulai menyandar memejamkan mata sejenak. Reha harap semuanya selesai. Dan semua rasa sakit hatinya terbalaskan. Reha ingin Jaehyun berakhir di tanggannya.
-
-
-
Selepas keberangkatannya tiba, Reha sudah menempati satu unit Hotel yang letaknya tak jauh dari perusahaan besar milik Taeyong. Gadis itu seakan menyiapkan hati dan raga yang kuat untuk menyambut hari esok. Yah, Reha harap Taeyong menerimannya sedikit terbuka. Setidaknya ingin memebantunya untuk sang Ayah.
Dan malam larut Reha memutuskan untuk tidur lebih awal.
-
-
-Mentari membangunkan Reha, tubuh berbalut dress tidur bangkit menuju kamar mandi. Reha merehatkan dirinya di dalam bathlub cukup memakan waktu hingga ia memutuskan untuk sarapan di restoran hotel, memesan sanwich dengan teh hangat pahit.
Reha masih gugup. Namun ia meyakinkan diri semuanya akan baik-baik saja, Reha yakin Taeyong akan menerimanya.
Tubuh gadis itu sudah rapi dengan kemeja tak lupa skirt sebatas lutut yang ia gunakan. Reha memandang gedung yang terpandang jelas. Lee Group. Maniknya memandang seduh dan sadar ia menggelengkan kepalannya cukup hebat membuat beberapa anak rambutnya berhamburan dari tataran rapi.
Kaki jenjangnya menghampiri resepsionis yang tersenyum ramah, sebelum personil itu menanyai namanya Reha sempat terdiam.
"Perwakilan dari Jung Handry," tutur Reha tersenyum canggung dan personil itu menyambungkan telepon pada presdis pemilik gedung perncakar langit.
Dan selepanya Reha di hantar hingga depan pintu presdis. Sesudah melihat kepergian personil tadi lagi-lagi Reha melamun dengan kedua tangan yang meremat tali tasnya. Napas memburu perlahan terasah. Ia pun mengetuk pintu hingga suara barito terdengar yang memintanya untuk masuk.
Tuntas tubuhnya di dalam ruangan dingin yang beraroma. Manik Reha langsung bertemu tatap pada mata tajam Taeyong. Lelaki itu mengerutkan keningnya.
"Kau membawa nama, Handry?" Taeyong memang terkejut, tapi dari nada pembicaraan lelaki itu sudah tidak menyukai kehadirannya, bahkan tubuh lelaki itu sudah bangkit mendekat.
"Aku, Jung Reha," gumam Reha membuat Taeyong terdiam, lelaki itu seperti menerbangkan aura yang tidak sedap. Sebab Taeyong semakin menatapnya tajam.
"Pergi," pinta lelaki itu sekeras mungkin, ia tidak menyukai keberadaan Reha dalam urusan apapun.
"Maafkan aku, aku betul-betul minta maaf, Taeyong." Dan Reha sadar jika kehadirannya sama saja mempermasalahkan harga dirinya yang sempat hilang dan mati.
"Bagaimana bisa aku mempercayai mu?" Lelaki itu meletakkan tatapan yang begitu mematikan dan tubuh Reha mati rasa untuk bergerak lagi, bahkan napasnya ia tahan.
Taeyong yang tidak melihat reaksi lebih, terlebih lagi tatapan teduh gadis itu membuatnya menghela napas, raut dingin itu menunduk beriringan tubuhnya yang merendah.
"Duduk." Dengan ragu Reha mendudukkan tubuhnya di sofa panjang. Ia menatap Taeyong sejenak. Dan Reha rasa tidak perlu ada basa-basi di keduannya lagi, sebab Taeyong tidak megiginkannya.
"Jadi, punya tujuan apa?" Taeyong bersuara. Tatapan nyalang yang sama persis kembali Reha dapatkan.
"Aku harus membebaskan satu kasus. Dan tidak mungkin aku menyelesaikannya sendiri." Taeyong menatap Reha cukup lama. Dan tak lama dari itu iringan tawa menyakitkan membuat Reha menunduk sejenak.
"Kau mempercayai ku?" Tanya lelaki itu.
"Ah, lebih tepatnya Ayah mu." Reha menyodorkan berkas milik Ibunya mengenai kasus tersembunyi Ceo Ryu Corp. Alis Taeyong terangkat. Ia tau jika orang tua Reha tiada, namun kenapa gadis itu melanjutkan kasus sang Ibu padanya.
"Kalau begitu berjumpa esok pagi. Aku akan minta bantuan teman ku di Seoul."
-
-
-Malam itu Reha kembali dibuat bungkam dengan hati yang rapuh. Gadis itu menatap foto profil dari nomor ponsel yang Taeyong berikan untuknya. Sebenarnya tidak muda untuk sekedar meminta nomor lelaki itu, tapi Reha pikir ia harus penuh perjuangan selama ini.
Profil yang menampilkan foto Taeyong dengan sang istri, tak lupa dua anak lucu.
"A-apa ini balas dendam?" Reha tertawa melihat nasip dirinya, ia tertawa cukup hebat sampai raut senduh terpandang nyata.
"Kau dulu juga menjijikkan Reha," lirihnya mematikan layar ponsel. "Tapi aku yakin sekarang lebih menjijikkan. Jaehyun harus mati di tangan ku," lanjutnya memandang langit gelap.
-
-
-Siang itu Taeyong menghubunginya dan meminta untuk waktu makan siangnya digunakan dengan baik, lelaki itu memintannya untuk berjumpa di salah satu restoran berunit privat.
Reha kembali menyerahkan berkas yang ia simpan sebagian di hotel. Reha hanya bungkam saat Taeyong membaca berkas itu dengan seksama. Jika bukan pendudukan Taeyong yang lebih tinggi dari Jaehyun, Reha rasa ia tidak seharusnya menemui lelaki itu lagi.
"Aku akan menghubungi, Chanyeol soal ini."
"Tolong beratas namakan mu, dan yang bertanggung jawab aku." Taeyong hanya sekedar megangguk kepala, tangan gadis itu tak berhenti tercekat kuat, ia menatap Taeyong yang masih sibuk dengan urusan sendiri.
"Akan aku usahakan, setidaknya kau tidak akan datang lagi selepasnya."
"Taeyong," panggil Reha pelan, ia cukup ragu untuk kembali mengutarakan maksudnya.
"B-boleh berjumpa Hara?"
"Tidak." Suara tegas lelaki itu nyaris membuat Reha tersentak terkejut. Taeyong sudah pergi dengan meninggalkan sejuta sesak dihatinya. Benar. Hal ini tak jauh dari dirinya yang dulu, sebuah pembalasan yang nyata.
-
-
-Jaehyun, mengeratkan jemarinya. Ia menatap lurus pada bangunan tinggi.
"Lucas!" Teriak lelaki itu dengan suara yang kentara penuh dengan kemarahan. Jaehyun menatap tajam siapa pun di keadaan moodnya sedang tidak baik. Dan kini Lucas sudah berdiri di depannya.
"Pergi ke kediaman Lee, dan ambil semua berkas yang ada lalu bakar tidak ada sisa." Peringatnya membuat Lucas meneguk saliva terkejut. Lucas yang tau suasana yang di hadapi petingginya dengan segerah pergi seorang diri tanpa di ketahui siapapun. Intinya ia harus bergerak secepat mungkin.
TBC
Gimana untuk scene ini? Ada yang belum dapat jawabannya? Ayo ramaikan, aku masih pusing sama book satunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exodus | Lost space
Mister / ThrillerMasa lalu telah menyeret Alessia kembali ke detik ini. Detik-detik yang membuatnya dibenci banyak orang. Namun bagi Alessia, semua itu tidak berarti. Yang penting baginya adalah menghancurkan Jean dengan tangannya sendiri. 2021 July³ ‼️𝗗𝗶𝗹𝗮𝗿𝗮...