18. Self revenge theme

62 12 0
                                    

Happy reading!




Reha baru saja kembali untuk membeli beberapa cemilan yang habis di markas. Sebenarnya ini ide Yuqi dan berakhir ia kena true or dare saat bermain dan kini ia melangkah dengan pandangan menunduk, kepalanya selalu tertutupi oleh kupluk yang nyaris menutup mata.

Pagi ini cuaca sedikit mendung, dan Reha berinisial untuk mencari taksi di area halte. Sudah lama menunggu guntur menyambar sesekali, sepertinya akan hujan.

Dan kakinya memutuskan untuk berteduh di sisi halte lebih dalam lagi, namun tiba-tiba ada tangan yang menariknya dan berakhir di gang sempit.

Reha membulatkan matanya, ia terlihat terkejut namun juga menatap naylang. Lagi dan lagi orang yang sama.

"Reha," Jaehyun mengangkat wajahnya dan tangan lelaki itu sudah cukup kuat menyekat tanggannnya.

Jaehyun yang kembali mendapati tatapan tajam itu kembali menghela napas berat.

"Aku tidak tau apa yang membuat mu sebenci ini pada ku. Tapi tolong untuk tidak ikut campur dalam hal bisnis ku, Reha. Kau bahkan mendatangi, Taeyong yang notabenenya adalah mantan pacar mu. Kau tidak punya malu selepas membuat masalah pada mereka?" Bagai di jatuhkan oleh ribuan besi panas, hati Reha menjadi hancur tak terasa. Gadis itu mengeratkan hatinya pada kokoh kehancuran saat ini.

Tamparan hebat melayang dari Reha.

"Pikirkan lebih dalam lagi apa masalahmu pada ku, dan jangan coba-coba untuk menghentikannya. Karena sampai kapanpun aku akan tetap pada tujuan ku. I will destroy you." Reha buru-buru pergi saat tangan Jaehyun terasa renggang, namun Jaehyun tak akan semudah itu untuk membiarkan Reha lepas darinya.

Dan Reha juga akan memberontak sebisanya.

"REHA!!" Jaehyun membentaknya dengan keadaan mereka yang masih dekat, Reha memejamkan matanya sesaat dan berpaling, ia terkekeh.

Manik gadis itu mulai terbuka dan mengumbar aura mematikan yang jarang Jaehyun temukan.

"Jangan pernah berpikir jika aku akan memaafkan mu apa lagi menoleh untuk sekedar tersenyum. Kau lebih menjijikkan di bandingkan diri ku yang dulu!" Sentaknya membuat Jaehyun tidak percaya.

"Kau pasti sudah dengar semuanya. Entah itu dari kemauan mu atau Taeyong yang menceritakannya secara langsung."

"Kau lebih busuk dari aku!" Dan Reha betul-betul pergi, dan Jaehyun hanya terdiam membisu dibuat Reha.

-
-
-

Reha terduduk di sisi kasur. Tubuhnya tak bergerak untuk bangkit sejam yang lalu. Tangannya masih tergempal kuat. Reha berusaha untuk menahan tangisnya yang akan percaya kapan saja.

Jaehyun ternyata belum menyadari siapa dirinya, dan Reha yakin soal Taeyong tak jauh bedanya dengan Jaehyun, lelaki itu membuatnya hancur dan nyaris mati tanpa perlawanan.

Tak lama dari itu ketukan pintu kamar terdengar, Reha menatap Yuqi yang mengangkat ponselnya.

"Ponsel mu tertinggal di ruang latihan dan ada satu panggilan tak terjawab." Reha segera mendekat dan menggambilnya.

"Makasih," gumam Reha yang mendapat tepukan di bahu sebelah Yuqi pergi dari hadapannya.

Reha mengerutkan keningnya saat Aru menghubungi. Reha rasa Aru tipikal orang yang telepon bukan untuk basa-basi, dan Reha pikir Aru memiliki nomor ponsel juga untuk hal penting

Reha memutuskan untuk menghubungi ponsel Aru yang terpandang dua menit lalu.

"Ada perlu apa?" Tanya Reha yang langsung mendapatkan sambungan.

"Hara, kau bertemu dengannya." Reha mengeratkan tangannya saat nama wanita itu kembali terdengar. Rasa gugup menjalar dari tangan hingga dada. Gadis itu mengigit bibirnya berusaha untuk mengekspresikan hal yang cocok untuk keadaannya sekarang. Reha rasa Hara yang Aru maksud berbeda.

"Rim Ceatha." Namun detik berikutnya ia terhempas kembali ke atas kasur, duduk di sisi ranjang dengan perasaan gusar.

"Kau tau dari mana?" Tanya Reha pelan.

"Rim Ceatha, dengan Eun Daru. Kau tidak tau?" Reha tidak tau apa maksud Aru membawa Hara dalam sambungan teleponnya.

"Ah, kau kan teman baru ku. Dan kau lebih dulu mengenal Jea."

"Aru ada apa?" Semakin di buat bingung Aru terkekeh yang membuat raut wajahnya berkerut.

"Cobalah untuk mencari tau jawabannya. Dan jangan harap kata bantu akan Yuta lontarkan untuk mu."

"Everyone back, Reha."

-
-
-

Reha terdiam di taman belakang. Pikirannya terpikir atas perkataan Aru. Dan hal yang semakin membuatnya berpikir saat Yuta tak mengangkat ponselnya sejak tadi.

Perkataan Jaemin soal kemarin betul-betul berpengaruh.

Yuta seperti menjauh. Dan apa hubungan Aru dengan Hara? Semua pertanyaan menumpuk, dan tidak ada satupun yang bisa ia jawab sendiri. Reha mengeratkan jemarinya, ia pikir dengan dirinya di ruangan terbuka akan membuka jalan pikirannya yang mulai suntuk, dan itu tidak membuahkan hasil.

"Ke club malam bagaimana?" Yuqi datang dengan kunci mobil di tangannya, gadis itu menaikkan alis sebarin menunggu jawaban.

"Aku tidak terbiasa ke sana," jawab Reha yang membuat Yuqi merotasikan matanya.

"Biasakan, ayo!" Seru Yuqi menarik tangan Reha dan gadis itu pasrah saja, itung-itung mereparasi otaknya untuk kembali sadar dalam ketenangan.

"Ikut!!" Jerit Shua dari lantai dua, gadis itu dengan cepat turun menghampiri Yuqi yang sudah berdecak kesal.

"Anak kecil tidak boleh ikut," peringgatnya yang malah mendapati pukulan kecil dari Shuhua.

"Hey, aku sudah dewasa!" Desisnya tidak terima, dan berakhir Yuqi menerima ajakan untuk membawa Shua yang banyak sekali berbicara semasa di perjalanan dan itu membuat Reha merasa nyaman seketika.

Setibanya di club malam, Shua merangkul dua tubuh manusia yang tinggi mereka sedikit berbeda. Mereka berjalan beriringan.

Samar-samar di ruangan yang megekang telinga ini, Reha bisa mendengar dua suara yang sangat ia kenal, dan mampu membuatnya terdiam dengan hati yang bergerumu hebat.

Aru yang ingin mengambil kacang-kacangan di sisi Jea terdiam menatap punggung yang tak asing. Gadis itu tersenyum sesaat menatap Jea yang mulai mefokuskan dirinya.

"Bagaimana mengajak, Reha?" Ujarnya sedikit nyaring, dan pastinya Reha mendengar. Mata gadis itu tampak tak tenang, terlebih Yuqi dan Shua sibuk dengan minuman mereka sendiri.

"Huh, katanya kau tidak suka jika dia ada di sini? Bersamamu." Reha menggepalkan tangannya, ia menunduk sejenak.

Aru yang melihat hanya tersenyum tipis.

"Sejak kapan aku berkata begitu?" Jea semakin aneh, namun ia akan menjawab semampunya dalam mengginggat.

"Hara, kau tidak suka sebab Hara juga membencinya." Dan tuntas, satu tetesan mata terjatuh. Reha pikir tema dari alur hidupnya adalah pembalasan dendam untuk diri sendiri.

TBC

Exodus | Lost spaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang