10. An inappropriate meeting

66 10 0
                                    

Jangan lupa vote komen. Mungkin sebagian dari kalian tau arti judulnya. Chapter ini pengen banget aku update kemarin, tapi jaringan aku tiba-tiba macet terus nggak bisa buka. So...

Happy reading!



Sesuai perjanjian, malam ini Reha akan berlatih bersama Jeno untuk misi di pegununggan. Banyak yang Reha siapkan hingga memakan waktu cukup lama, selepasnya ia membersihkan diri dengan menggunakan pakaian seperti biasa.

Ia raih kopi pahit tanpa gula. Sebenarnya Reha bukan orang yang suka dengan kopi, apa lagi yang pahit-pahit, hanya saja ini rekomendasi Jaemin untuk menghilangkan kantuk. Reha akan cepat mengantuk jika dimalam hari, apa lagi dengan keadaan tubuh yang lelah.

Selagi menikmati kopi dengan erangan tak biasa pintu apartemen Reha diketuk pelan, tidak ada bunyi bell yang biasanya bersuara jika ada yang bertamu. Ara pikir itu Jeno, megingat lelaki itu akan menjemputnya dan pergi bersama. Namun semua yang ia bayangkan buyar.

"Jaehyun?" Sontak Reha menutup pintunya secepat mungkin, tapi dengan sekali hentakkan Jaehyun sudah masuk ke dalam. Sialnya Jaehyun terlalu gesit untuk mengetahui pergerakannya. Tangan Reha sudah bergetar hebat di kedua sisi tubuhnya, mencengram ujung hoodie dengan perasaan kalut dan takut. Jaehyun terlihat menyeramkan, mata itu tajam, tapi terlihat tedu dengan segundang kehampaan.

"Reha?" lirih Jaehyun menatap gadis itu senduh. Dan di sinilah hati Reha seakan diuji, dirinya ingin meledak tapi tak sanggup. Cinta dan kebencian memberikannya kebimbangan yang besar.

Bibir Reha seakan tidak bisa terbuka, dan suaranya seakan mati. Ia betul-betul bisu.

"Reha." Jaehyun menarik bahunya dan memberikannya kehangatan atas kerinduan yang menumpuk. Namun lagi-lagi Reha diam. Kedatangan Jaehyun seperti hipnotis yang membuatnya terdiam seperti mati.

Dengan sedetik dia mendorong Jaehyun dan meraih pistol yang jam 9 nanti akan dia gunakan untuk latihan. Jaehyun terkejut, dan Reha sudah sepenuhnya sadar, jika rasa benci yang harus ia pilih. Reha tidak ingin buta karena cintanya lebih besar dan rasa benci membuatnya kehilanggan segalanya.

"Berhenti berpura-pura, Jaehyun. You look disgusting." Jaehyun kurang mengerti, lebih tepanya ia mati terkejut. Reha terlihat berbeda, bahkan gadis itu menyiratkan kebencian yang menyudutkannya akan kebimbanggan, dan pistol? Kenapa semuannya berputar balik?

"Reha?" lirih Jaehyun nyaris menghancurkan pertahanan hati Reha.

"Pergi, aku tidak ingin menembak mu sekarang," desis Reha menatapnya tajam. Namun tiba-tiba Jaehyun terkekeh, dia melangkah mendekat dan itu membuat Reha memundurkan langkahnya. Dia masih menatap Jaehyun sengit.

Tiba-tiba Jaehyun menariknya membuat pistol itu terjatuh jauh. Jaehyun memeluk Reha dari belakang, mengenggam kedua tangan gadis itu yang memberontak. Jaehyun mengangkat satu tangan Reha, membuat gadis itu mengigit bibirnya.

"Kemana cincin pertunangan kita, Re?" Jaehyun seakan di permainkan, bahkan di jari tengahnya masih terdapat cincin pertunanngannya, dan Reha? Tidak.

"Lepas brengsek!"

"Hey, kau melupakannya? Itu hal penting." Jaehyun berusaha untuk tidak emosi, dan hal itu bisa Reha rasakan. Reha terkejut saat Jaehyun menghirup perpotongan lehernya. Rahang gadis itu mengeras dengan mata yang memerah menahan tangis.

"Kau terlihat lebih buruk. Kemana, Reha yang manis, hm?" Jaehyun terdengar memancingnya, bahkan suara renda lelaki itu membuat Reha merinding takut. Tapi Reha berusaha tegar dan tidak boleh lengah, jika ia lengah Jaehyun akan punya ruang yang besar untuk menang, dan semuannya bisa Reha baca dalam sekejap.

Kepala Reha terangkat kesamping mempertemukan ia pada wajah Jaehyun. Satu tangan lelaki itu memeluk lehernya dan menahan dagu Reha dengan dua jarinya.

"Reha, kenapa pergi?" gumamnya senduh, dan lagi-lagin Jaehyun menghirup perpotongan lehernya. Wajah mereka bertemu dalam jarak yang dekat.

"Pergi," lirih Reha masih dengan raut dingin.

"Aku merindukan mu. Kau pasti merasakan hal yang sama," bisiknya nyaris menyatuhkan birai mereka, dan Reha berhasil memberontak dan menendang Jaehyun yang berhasil terdorong kebelakang.

Jaehyun terkekeh kagum.

"Kau bahkan terlihat terlatih. Reha, ada apa dengan mu, sayang?" Setetes air mata Reha jatuh, namun matanya masih terpandang tajam.

"Pergi." Untuk kesekian kalinya Reha memerintahkan lelaki itu untuk pergi, tapi sepertinya Jaehyun tetap pada tekatnya untuk tidak pergi.

"Katakan apa yang membuat mu melakukannya?" Jaehyun menatap Reha senduh, dunianya seakan runtuh mendapati perubahan sikap gadis itu.

"Aku hanya ingin." Reha yang melihat langkah kaki Jaehyun ingin mendekat-pun menarik tangan Jaehyun dan menyudutkannya dengan kuat. Wah, pelatihan itu tidak sia-sia, walau seharusnya Reha membanting tubuh besar Jaehyun.

Jaehyun diujung sana mengerang sakit saat kepala belakangnya mengenai ujung meja. Tentu Reha tidak tinggal diam ia mengambil kesempatan untuk lari. Meraih ponsel di dalam saku yang bersamaan itu berdering. Reha bahkan melupakan semua alat pelatihannya yang sudah ia siapkan dalam waktu panjang.

"Tolong aku, seseorang memberitahu keberadaan ku pada Jaehyun." Reha berlari dengan ketakutan yang besar, bahkan ia memilih menuruni tangga darurat dan untung saja lantai apartemennya berada di lantai lima.

"Kau-arah timur!" Reha tersadar jika yang tengah menghubunginya dalam waktu tepat adalah Jeno, maka dengan segerah ia melangkah ke arah timur selepas keluar dari lobby.

Reha yang bisa melihat Jeno dari balik kaca segerah menyetopkan mobil itu dan masuk, buru-buru Jeno melajukan pedal gas. Dan napas Reha ia atur untuk lebih tenang sedangkan Jeno mengeraskan rahangnya takut.

-
-
-

Flashback

Jeno melirik kembali melirik foto Reha untuk kesekian kalinya. Dan Jaehyun tidak sebodoh itu untuk tidak mencurigai Jeno. Tiba-tiba saja Jaehyun menodongkan pistol pada lelaki itu.

"Kau pasti tau sesuatu?" Tanyanya dengan nada tidak bersahabat.

Jeno berusaha tenang. Ini bukan pertama kali ia di todong pistol. Lelaki itu semakin memposisikan tubuhnya untuk tetap nyaman pada sofa hitam empuk milik Jaehyun.

"Tidak ada untungnya aku menyembunyikannya." Jaehyun menaikkan alisnya, lelaki itu semakin tidak yakin. Bertahun-tahun tanpa sang adik bukan berarti Jaehyun tidak tau sosok itu. Dan tiba-tiba Lucas datang dengan raut bersahabat bagi Jaehyun.

"Reha sudah ditemukan alamatnya. Salah satu suruhan kita mengikutinya saat tak sengaja melihat di depan apartemen." Lucas berucap seraya mengirimkan alamat ke nomor ponsel lelaki itu dan Jaehyun segerah menarik kunci mobilnya.

Jeno panik selepas kepergian Jaehyun, dan lelaki itu segera pergi. Namun Lucas yang saat itu keluar membawa beberapa orang berbadan besar.

"Tahan, Jeno!"

"Sial, damn it, Wong Lucas." Dan di sanalah Jeno kembali beradu membuat ia mendapatkan luka dimana-mana, bahkan pikirannya hanya berfokus pada Reha

"Aku tidak tau apapun," jelas Jeno membuat Reha tersenyum kecil. Dan tangannya masih mengobati luka-luka Jeno yang cukup dalam, pasti akan meninggalkan bekas beberapa hari.

"Terima kasih, Jeno." Jeno tau suasana ini, suasana dimanah dia menyelamatkan Reha dari kelompok Sinner. Kecanggungan kembali hadir. Sesudah memberikan obat merah, salep, ataupun plaster. Jeno melirik Reha kecil.

"Sementara ini, menginaplah di rumah, Sehun. Di sana kau akan aman dan tidak akan aman jika kau bersama anggota Synder lainnya." Jeno kembali menatap Reha, ia menyentil jidat Reha yang hanya diam. Jeno tau maksud gadis itu.

"Tidak pa-pa, dia baik."

TBC

Akhirnya mereka ketemu!! Agsfjbskfh senang aku

ps 2024: jujur aku baca ini agak kupu2. Kok aku bisa nulis cerita seeeee begini woi!

Exodus | Lost spaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang