17. Not the place to be

65 13 0
                                    

Aku nggak tau endingnya bakalan kalian suka atau nggak, but remember nothing special here.
So, vote komen for your spirit.

Scene JaeHa benar-benar kurang di lost Space. Mereka lebih fokus sama balas dendam. Tapi di Quite Bitter adegan mereka bakalan banyak. Renacananya besok aku mau publis, i wait for the right
date🤸🏻‍♀️🙂



Reha rasa ini hari yang paling menyakitkan, saat dimanah ia mendapatkan kabar jika berkas yang ia berikan ke Taeyong sudah lenyap di genggaman Jaehyun. Dan hal ini atas kebodohan Reha sendiri. Ia tidak mempunyai salinan dan semua bukti asli sudah mati begitu saja.

Maniknya menatap benci gedung Taeyong.

"Orang-orang Brengsek sekali." Setetes air mata jatuh tanpa tau diri, melayangkan pikirannya yang sudah tidak membaik dan Taeyong menjatuhkannya untuk kedua kali.

Reha memutuskan untuk kembali, tidak ada perlawanan yang cocok untuk Taeyong, sebab lelaki itu punya semua yang tidak bisa di kalahkan, dan Reha tidak mau lagi masuk kedalam lingkup keluarga Lee yang membuatya gila kesakitan.

Tepat saat itu, Reha langsung bertemu tatap dengan Hara yang sudah keluar dari taksi. Wanita dengan perawakan elegan yang alami kini menatapnya penuh benci dengan satu tangan menggandeng ransel makanan. Keduannya cukup menyalurkan mata dalam kebisuan yang membuat mereka tidak bersuara.

Ara menggempalkan tanggannya, "ini bukan tempat ku, aku harus kembali ke Seoul tanpa bantuan siapapun."

-
-
-

Waktu yang sama kembali Reha alami selepas sehari dua malam di LA, gadis itu sudah menyeret kopernya untuk keluar dari bangunan berkaca itu. Di sisi kanan terdapat ponsel yang menyambung dalam nomor telepon.

"Jemput aku di bandara tanpa siapapun," ujar Reha segerah memutuskan panggilan telepon, setidaknya Jaemin tidak banyak bicara saat mereka masih melakukan jarak untuk percakapan hal yang membuatnya hilang harapan pada orang lain.

Dan tak lama mobil Jaemin berhenti tepat di depannya, lelaki itu turun dari mobil membantu megangkat barang bawaan Reha yang tidak terlalu banyak. Reha sudah mendudukkan dirinya di sebelah jok mobil dengan tatapan terpejam.

"Kau dari mana saja?" Seperti yang Reha tau, Jaemin pasti akan bertanya dan lelaki itu mulai menyalakan pendal mobilnya.

"Aku hanya refleshing," gumam Reha membuat lelaki itu mengerut tidak percaya.

"Hyunjin, melihat mu bersama Jaehyun, sebenarnya yang terjadi pada mu itu apa? Kau mengigau?"

"Yah, tapi semuannya baik-baik saja. Aku berhasil kabur." Jaemin bernapas legah, setidaknya Reha terlihat sehat, namun sejak tadi ada yang mengganggu pikirannya. Reha lebih banyak diam dan melamun.

"Aku akan pergi untuk beberapa waktu, jadi jangan khawatir." Reha yang melihat kekhawatiran Jaemin berusaha meyakinkan lelaki itu jika ia bisa menjalankan semuannya dengan baik.

"Yakinlah, aku bisa."

"Walaupun hubungan darah kita tidak baik, kau satu-satunya yang ku khawatirkan selain Yuta," ujar Jaemin membuat hatinya menghangat. Detik berikutnya Reha memeluk pinggang Jaemin dari samping membuat lelaki itu tersenyum tipis.

"Aku akan selalu baik-baik saja," gumamnya untuk kesekian cara.

"Yah, balaskan dendam sebisa mu, Reha."

"Pasti Jaemin, makasih." Reha masih mengambil kepercayaan Jaemin dan diiringi waktu kehangatan semakin luas ia rasakan, dan itu tidak main-main nyamannya.

-

-

Malam itu Reha memutuskan untuk tinggal di kediaman Synder dengan alasan Jaemin ingin ia bersama Reha. Dan sebagian anggota merasa legah kehadiran Reha yang menggilang membuat mereka khawatir. Namun sepertinya Yuqi biasa saja, terlihat gadis itu duduk di depannya dengan tatapan sibuk pada game pertempuran diponselnya.

Sejenak Reha izin untuk kembali kekamar untuk mengistirahatkan tubuhnya. Dan kamar kosong yang dulunya di tempati satu anggota mereka sudah mulai bersih dan rapi. Aroma bloming flora rekomendasi Reha sudah mulai ia hirup sempurna.

Tubuhnya mendekat meja dan meraih tas selempang, ia ambil kartu kredit sang Ayah dan Ibu yang di jadikan satu. Reha mengusap buku tabungan hasil dari keduanya digabungkan cukup besar nominalnya.

"Aku tidak butuh lagi pengacara, buktinya sudah lenyap," lirih Reha menghela napas.

"Alangkah baik aku bertindak, tidak perduli akan berakhir seperti apa, yang jelas Jaehyun harus mati." Reha mulai menetapkan rencana baru yang harus ia selesaikan.

-

-

-

Malam berlalu, Reha meraih pistol di dalam ruangan yang sudah di susun sebanyak mungkin. Kini maniknya menatap nyalang pada papan yang harus ia tembaki hingga benar-benar terlatih. Dan malam berlalu menuju pagi, seakan Reha tak kenal rasa lelah. Gadis itu terus menarik palatuk dengan hati yang tidak tenang.

Reha yang ingin melayangkan satu peluruh terhentikan saat Sehun menarik tangannya cukup kuat. Lelaki itu menatapnya tajam membuat Reha punya banyak keberanian sebab emosi yang masih menguasainya.

"Kau seharusnya izin," peringat Sehun cukup membuatnya menepis tangan lelaki itu.

"Tidak penting, Sehun." Sehun menaikan sebelah alisnya, ia tarik pistol itu sampai Reha benar-benar fokus padanya. Lelaki itu melayangkan tatapan sengit untuk pertama kalinya Reha lihat.

"Aku tidak ingin kau berkhianat." Reha terdiam cukup lama, dan maniknya masih mempertahankan kemarahan yang membuat kegiatannya terhenti.

"Aku tidak butuh itu, itu tidak berguna," desis Reha tepat di depan wajah Sehun yang sangat dekat, bahkan hembusan napas lelaki itu terasa jelas.

"Jika aku tidak berkhianat aku juga akan mati kalau kau tau." Kalimat yang mampu membuat jeda dalam pemikiran rumit Sehun, lelaki itu melepaskan tangannya dan menghela napas panjang.

"Aku hanya ingin kau hati-hati," gumam Sehun lalu pergi meninggalkan Reha yang terjatuh dalam segundang kebimbanggan.

TBC

Mungkin ada keanehan di chapter selanjutnya, kalian bisa cari jawaban di book save infinity. I haven't published yet, but dizzy. Jadi untuk sekarang just wait❤️

Exodus | Lost spaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang